Love And Pain, Me And Her - Bab 449 Merayakan Ulang Tahun

Aku tersenyum pahit, meskipun gerak-gerikku saat bersama Isyana, sama seperti sepasang kekasih yang sedang berpacaran. Tetapi secara resmi Isyana belum setuju untuk menjadi pacarku.

Sepertinya Isyana bisa membaca pikiranku, Isyana memegang daguku, kemudian menggoyang-goyangkan daguku, berkata dengan nada halus, “Ugie, jangan khawatir. Cepat atau lambat hari tersebut akan tiba. lagipula, aku percaya bahwa, hari tersebut akan segera tiba.”

Aku tersenyum simpul. Aku bukan seseorang yang serakah, sekarang dapat bersama dengan Isyana, aku sudah merasa puas. Terhadap apa yang akan terjadi di masa depan, semua ini, hanya bisa membiarkan waktu untuk membuktikannya.

Isyana melihatku tidak berkata, Isyana mendorongku dengan lembut, kemudian Isyana duduk di atas sofa, sambil membuat teh untukku. Aku duduk disampingnya, kemudian bertanya, “ Veni membeli hadiah apa untuk Sutan ?”

Membahas tentang Veni, tiba-tiba Isyana menatapku. Berkata dengan nada khawatir, “ Ugie, mengapa aku merasa bahwa Veni terlihat semakin tidak bahagia? Meskipun dulu, sifat Veni sedikit sentimental. Akan tetapi sekarang, aku merasa, Veni dalam keadaan terbengong. Hari ini aku berbelanja dengan Veni, kami pergi minum kopi, aku menyadari bahwa Veni sering terbengong, sepertinya sedang mengkhawatirkan sesuatu.”

Kata-kata Isyana, membuat hatiku merasa tidak nyaman. Meratapi Isyana, aku menggelengkan kepala dan berkata, “Mungkin masalah infertilitas, hal tersebut menyebabkan tekanan yang sangat besar bagi Veni ?”

Sebenarnya aku mengetahui bahwa, ini hanya merupakan salah satu alasan saja. Sekarang Sutan sering pulang malam dan Veni juga pernah mencurigai Sutan bersama dengan Wulandari. Selain itu, karena masalah tersebut, Veni pernah mencari Deren. Semua ini, disebabkan oleh depresi Veni.

Setelah aku selesai berkata, Isyana terdiam sejenak, Isyana menuangkan secangkir teh untukku dan meletakkan di hadapanku. Menatapku, tiba-tiba berkata, “Ugie, menurutmu, hubungan Sutan dengan Wulandari, apakah terlihat sedikit tidak normal?”

Aku tertegun, melihat Isyana dengan tatapan terkejut. Sutan pernah mengaku kepadaku mengenai masalah ini. Akan tetapi aku tidak menyangka, kemampuan seorang wanita begitu akurat. Aku tidak pernah membahas mengenai hal tersebut dengan Isyana. Akan tetapi Isyana dapat merasakannya.

Aku menggeleng-gelengkan kepala, tidak menjawab pertanyaan Isyana, karena pertanyaan ini, aku tidak dapat menjawabnya.

Sebenarnya aku mengerti juga, Veni merayakan ulang tahun Sutan, sebenarnya Veni ingin menyenangkan Sutan. Dan kita semua membantunya, tujuan kita tidak ingin melihat Veni depresi.

Mungkin Sutan benar-benar sibuk, sibuk hingga dirinya sendiri lupa hari ulang tahunnya.

Siang ini, Robi, Veni,dan Raisa, mereka satu per satu datang ke kantor. Bahkan Elisna yang akhir-akhir ini yang begitu sibuk saja juga datang ke kantor. Terutama Isyana, hari ini Isyana tidak pergi kerja, Pagi-pagi sudah datang ke kantorku.

Semua orang berkumpul di kantorku. Tujuannya untuk membahas, bagaimana merayakan hari ulang tahun Sutan malam ini.

Robi duduk di atas kursiku. Seluruh tubuhnya bersandaran di atas kursi. Hal yang lebih keterlaluan adalah, Robi meletakkan kakinya di atas mejaku. Benar-benar terlihat seperti seorang kakek tua.

Robi sambil menggoyang-goyangkan kursi, sambil berkata dengan nada suara malas-malasan, “Mengenai masalah ini melakukan sesuai instruksiku saja. Para wanita-wanita, sore ini mendekorasi kantor Ugie, mempersiapkan hidangan pembuka, makanan, buah-buahan dan juga minuman keras terlebih dahulu. Kita mengadakan pesta di kantor ini saja. Berminum sesuka hati. Bermain sesuka hati.”

Begitu Robi selesai berkata, Elisna langsung berkata, “Baiklah, aku setuju dengan ide Robi, sebentar lagi aku akan meminta orang untuk mengantar sound system ke sini. Bagi yang suka bernyanyi, kita bisa bernyanyi-nyanyi.”

Lulu paling dekat dengan Robi. Lulu berjalan sambil melompat-lompat ke belakang kursi Robi. Kedua tangannya memegang sandaran kursi, kemudian memutar dengan kasar dan berkata, “Robi, aku juga setuju dengan idemu!”

Robi sama sekali tidak ada persiapan terhadap Lulu yang tiba-tiba memutar kursinya. Melihat Robi berputar-putar di atas kursi. Kakinya yang awalnya terletak di atas meja, begitu memutar, Robi hampir saja jatuh ke atas lantai. Melihat Robi yang begitu kasihan, kita semua tertawa terbahak-bahak.

Sejak terakhir kali di rumah Raisa, Raisa menjatuhkan bingkai foto. Kita berdua tidak pernah bertemu lagi. Hari ini setelah Raisa tiba di kantor, kita berdua hanya sekedar menyapa saja.

Mendengar Robi selesai berkata, Raisa melihat ke arahku, berkata dengan nada halus, “Tetapi Veni ingin memberikan kejutan kepada Sutan, apabila sebuah pesta yang sederhana saja. berarti Ini dengan pesta ulang tahun yang sebelumnya, tidak ada perbedaan.”

Begitu Raisa selesai berkata, Veni berkata dengan nada segan, “Maaf, ulang tahun Sutan, merepotkan kalian semua.”

Begitu Veni selesai berkata, Robi langsung menjawab, “ Veni, kamu tidak perlu merasa segan. Kita semua memanfaatkan kesempatan kali ini, berkumpul bersama. lagi pula, kita semua, sebenarnya memberi muka kepadamu. Apabila kita merayakan ulang tahun Sutan, hanya makan-makan di pinggir jalan saja. Beberapa jeroan dan beberapa tusuk sate kambing. Kemudian masing-masing minum bir. Ulang tahun berakhir begitu saja.”

Robi belum selesai berkata, Lulu langsung memotong percakapannya, “Membahas hal-hal penting, bagaimana memberikan kejutan kepada Kak Sutan. Yang kamu bicarakan tersebut, apakah berguna?”

Robi baru saja ingin membantah Lulu. Isyana mengkhawatirkan mereka berdua bertengkar terus, Isyana memotong percakapan, bertanya kepada Veni, “ Veni, apakah kamu sudah memberitahu Sutan, hari ini kamu akan merayakan ulang tahunnya?”

Veni menggelengkan kepalanya, berkata dengan nada halus, “ Sutan sibuk hingga dirinya lupa. Aku demi untuk memberikan kejutan kepadanya, aku juga tidak memberitahukannya. Bahkan pagi ini aku tidak memasak mie telur untuknya, aku ingin menunggu sore ini, memberikan kejutan yang tidak terduga kepadanya.”

Mendengar Veni berkata seperti itu, Isyana langsung menganggukan kepalanya dan berkata, “Apabila begitu, gampang saja.”

Sambil berkata, Isyana melihat ke arahku, berkata dengan nada halus, “Ugie, bagaimana menurutmu. Sore ini, kita mendekorasi kantor. Kemudian kamu menelepon Sutan, meminta dia untuk datang ke kantor. Kita semua bersembunyi di dalam kantor. Pada saat itu, kamu meminta Sutan sendiri masuk ke dalam kantor. Bagaimana menurutmu?”

Aku berpikir sejenak, langsung menjawabnya, “Baiklah, mari kita laksanakan. Kalian mulai mempersiapkannya.”

Setelah aku selesai berkata, mereka melakukan pekerjaan masing-masing. Sebenarnya tidak terlalu banyak yang mau dipersiapkan. Termasuk memesan kue, mempersiapkan makanan, minuman dan hidangan buah-buahan.

Para wanita-wanita sedang sibuk mempersiapkan, aku dan Robi tidak ada kerjaan. Kita berdua duduk di atas sofa, sambil minum teh, sambil mengobrol.

Robi bertanya kepadaku, “Ugie, bagaimana jika Sutan tidak datang?”

Aku melirik ke arah Robi, berkata dengan percaya diri, “Jangan khawatir, jika dia berani tidak datang. Kita pergi ke kantor untuk mencarinya.”

Novel Terkait

Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
3 tahun yang lalu
Be Mine Lover Please

Be Mine Lover Please

Kate
Romantis
3 tahun yang lalu
Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
4 tahun yang lalu
Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
4 tahun yang lalu