Love And Pain, Me And Her - Bab 154 Memberi Tekanan

Aku melihat Isma, dia memakai sebuah jas hujan berwarna putih, atasnya malah berwarna-warni. Tapi tidak mengganggu mata, malah ada semacam perasaan mandiri. Setidaknya dibandingkan dengan Rose yang ceroboh, Isma lebih ada aura estetik. Sebenarnya Isma tidak begitu cantik, karena dia mempunyai semacam aura yang berbeda dengan orang lain, aura yang elegan. Mungkin ini berhubungan dengan studi seninya saat masih kecil.

Berbincang sebentar dengan Isma. Rose berkata kepada Isma, "Guru Isma Muhad, mereka berdua adalah teman baikku. Aku mengundang mereka datang, karena ingin melihat lukisan kita. Mereka bekerja dibidang iklan, aku pikir mungkin akan membantu kegiatan kita"

Perkataan Rose sopan sekali. Isma mengangguk, dengan tersenyum berkata, "Kalau begitu mohon bantuan kalian berdua"

Sambil berkata, dia membalikkan kepalanya melihat Rose, meneruskan perkataannya, "Riski harus sebentar lagi baru sampai, kalau tidak kita makan dulu"

Aku tercengang, bertatapan dengan Lulu. Aku tidak menyangka rupanya Riski akan datang juga, awalnya aku ingin berbicara berdua saja dengan Isma. Tapi begitu Riski datang, takutnya aku tidak akan mempunyai kesempatan itu lagi. Kemarin sikap Riski ngotot sekali, dia tidak mau mengakui kalau masalah ini ada hubungannya dengannya. Malam ini dia datang, takutna juga sangat sulit mengubah sikpanya.

Kami berempat duduk. Rose membuka bir, Lulu dan Isma tidak ingin minum, mereka berdua minum jus. Kami sambil minum sambil mengobrol. Sebenarnya intinya adalah Rose bilang lagi. Kami bertida mendengar. Dari puisinya, dia membicarakan sampai lukisannya. Dia terus berbicara, sayangnya kami bertiga tidak begitu serius mendengarnya.

Sedang mengobrol, pintu ruangan lukisan terbuka. Begitu membalikkan kepalanya, melihat Riski membawa buah berjalan masuk. Awalnya dia tersenyum, tapi pada saat melihatku, keningnya langsung berkerut.

Aku baru saja mau berbicara, Isma langsung berdiri. Dia dengan lembut berkata kepada Riski, "Riski, aku kenalkan. Ini berdua adalah teman Rosa"

Aku dan Lulu berdiri. Aku melihat Riski, sedikit tersenyum pahit, langsung berkata, "Riski, kita berjumpa lagi."

Rosa dan Isma dengan aneh melihatku, kedua orang ini tidak menyangka, aku dan Riski rupanya saling kenal. Ekspresi Riski mulai tidak natural, tapi langsung kembali seperti normal. Dia meletakkan buah disamping, menyapa kami. Dengan dermawan duduk di samping Isma.

Kemunculan Riski, membuat suasana ruangan menjadi lebih berat. Awalnya Rose yang cerewet, rupanya juga terdiam. Isma mengambil jus, bersulang denganku dan Lulu. Dia langsung bertanya padaku, "Tuan Ugie, kamu dan Riski sudah lama kenal?"

Aku sedikit mengangguk. Tatapanku mengarah pada Riski, Riski langsung menunduk mengambil sayur. Dia sama sekali tidak melihatku.

Kalau ditunda lagi juga bukan solusi. Hatiku berpikir, lebih baik berkata sejujurnya. Aku melihat Isma, dengan pelan berkata, "benar, perusahaan kami dengan stasiun TV mempunyai urusan bisnis. Kemarin kebetulan aku dan Riski berkomunikasi"

Selanjutnya, aku menceritakan semuanya dari aku dan Riski bertemu kemarin, dan juga masalah iklan diberhentikan. Aku menceritakan dengan sangat detail, termasuk bagaimana aku meninjau videonya di kantor Riski, dan pergi kerumahnya mencarinya. Semua ini, aku mengatakannya semuanya.

Begitu aku selesai mengatakannya, Isma dan Rose tercengang. Mereka baru mengerti, tujuan aku dan Lulu datang hari ini.

Isma pertamanya terdiam dulu, lalu dia berbalik melihat Riski, bertanya, "Riski, hal ini kesalahan tuan Ugie atau kesalahan stasiun TV kalian? Kalau perkataan tuan Ugie benar adanya, harusnya kamu keluar membantunya mengklarifikasi, Tidak boleh membiarkannya mendapatkan ketidakadilan ini."

Aku tidak menyangka, Isma adalah nona yang menggunakan logikanya.

Kening Riski berkerut, dia langsung menggeleng berkata, "Isma, kamu jangan dengar perkataan dia. Masalah ini tidak ada sedikitpun hubungannya dengan stasiun TV kami. Saat itu waktu dia meninjau klipnya dia sendiri yang tidak memperhatikan. Ditambah dengan syarat-syarat yang tertulis dikontrak dengan jelas. Sekarang muncul masalah, dia ingin membuang semua tanggung jawab kepada stasiun TV. Bukankah ini sengaja mencari masalah?"

Isma dengan curiga melihatku. Aku baru saja mau berbicara, Rose tiba-tiba meletakkan sumpitnya, dia dengan lambat berkata, "Guru Muhad, aku mengenal Ugie tidak lama. Tapi aku bisa memastikan, dia bukan orang yang mencari masalah"

Perkataan Rose benar-benar diluar dugaanku. Orang ini yang sedikit gila dimataku, disaat ini bisa-bisanya membantuku berbicara. Aku dengan berterimakasih kepada Rose.

Sedangkan Riski sepertinya tidak senang, dia memukulkan sumpit diatas meja dengan kuat. Melihatku dan berkata, "Ugie! Hari itu aku sudah mengatakan kepadamu dengan jelas, masalah ini tidak ada hubungannya dengan stasiun TV kami. Kamu juga tidak perlu terus menghantuiku, kalau kamu tidak puas, kamu pergi ke stasiun TV laporkan aku saja"

Lulu melihatku dengan gugup. Dia pasti tidak kepikiran, sikap Riski sekeras ini.

Aku mengangkat gelas berisi bir, menegak habis semua bir di gelas itu. Mengangkat kepala melihat Riski, bertanya padanya lagi, "Riski, masalah iklan diberhentikan kamu tau tidak?"

"Tau!"

Riski langsung menjawab.

Aku melihatnya, bertanya padanya, "Tapi pada saat dirumahmu, kamu bilang kamu tidak tau"

Riski sedikit panik, tapi dia langsung menjelaskan, "Sebelumnya aku tidak tau, tapi setelah kalian memberitahuku, aku tentu saja sudah tau"

Aku tersenyum dingin, berkata lagi, "Riski! Kamu sedang berbohong, satu hari sebelum libur tahunan, hari itu iklan Kimfar diberhentikan. Setauku, stasiun TV kalian sudah menghubungimu. Kenapa kamu tidak mengaku?

Aku mengeraskan suaraku. Eskpresi Riski berubah, dia tidak bisa berkata-kata. Sedangkan Isma mengerutkan keningnya, dia melihatku, lalu melihat Riski lagi. Dalam sekejap, dia sedikit bingung.

Aku mencibir dingin, bertanya lagi padanya, "Riski, perlu tidak aku panggilkan orang yang menghubungimu datag kemari?"

Sebenarnya aku juga tidak tau siapa yang menghubunginya. Dan poin ini juga merupakan analisis Jane. Tapi jelas sekali, analisis Jane benar sekali. Ekspresi Riski saat ini sudah membuktikan, dia tidak hanya tau tentang ini, juga mungkin sekali juga pelaksana kejadian ini.

Aku lebih baik menjelaskan kata-kataku, melototi Riski, dengan dingin berkata, "Riski, kamu pernah berpikir tidak. Kamu melakukan ini, Kimfar dan Nogo berdua mendapatkan ketidakadilan. Nogo sekarang dalam kesulitan, bahkan membagikan gaji karyawan pun kesulitan. Sekarang malah harus membayar denda pelanggaran kontrak Kimfar yang begitu tinggi. Apakah kamu ada memikirkan Nogo? Apa kamu ada memikirkan karyawan-karyawan ini?"

Aku sengaja membesar-besarkan kenyataan, hanya ingin menambah tekanan Riski dan Isma.

Novel Terkait

The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu
Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
4 tahun yang lalu
Excellent Love

Excellent Love

RYE
CEO
4 tahun yang lalu
Rahasia Seorang Menantu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
3 tahun yang lalu
Innocent Kid

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu