Love And Pain, Me And Her - Bab 334 Harapan Terakhir

Kemudian, aku pun mengakhiri panggilannya. Yang dikatakan Kalin, adalah pemikiranku pada awal. Pada saat itu aku benar-benar ingin membawa Isyana untuk pergi dari sana. Tetapi akhirnya aku tidak melakukannya, jika Isyana benar-benar ingin menyelamatkan PT. Nogo, dan menikahi Don Juan. Aku dapat membawanya sekali, tetapi juga tidak mungkin dapat membawanya seumur hidup.

Hanya saja pemikiranku, aku tidak ingin mengatakannya kepada Kalin.

Setelah menemukan nomor Bong Casa, aku segera meneleponnya. Hanya berdering beberapa detik, Bong segera mematikannya. Aku tersenyum pahit sambil melihat ponselku, tampaknya Bong Casa benar-benar marah. Masalah ini memang aku yang salah, juga tidak boleh menyalahkan Bong Casa.

“Direktur Bong tidak mengangkat?”

Deren bertanya kepadaku di samping.

Aku mengangguk.

Deren berkata, “Pak Ugie, aku menyarankan kamu, untuk langsung pergi mencari Ketua Dewan Direksi Hartono. Kita baru saja melewati sebuah kesempatan, dan kita harus mendapatkan kesempatan lagi. Bagaimanapun proyek KIMFAR adalah proyek besar. Jika seperti ini, akan sayang sekali”

Pemikiran Deren sama seperti aku. Aku pun segera menelepon Raisa. Raisa pun segera mengangkatnya, aku pun segera bertanya kepadanya dengan berkata,

“Raisa, apakah kamu mengetahui keberadaan Ketua Dewan Direksi Hartono saat ini?”

Raisa tertegun, tetapi dia segera berkata, “Ketua Dewan Direksi Hartono sudah pergi, dia sudah pergi ke bandara. Ada apa?”

Aku tidak menjawab Raisa, dan bertanya kepadanya lagi, “Sudah berapa lama dia pergi?”

“Tidak sampai satu jam!”

“Baiklah, terima kasih, Raisa!”

Kemudian, aku pun tidak menunggu Raisa berkata lagi. Aku pun segera mengakhiri panggilan itu.

Aku pun membawa Deren pergi naik taksi, menuju bandara.

Supir ini lumayan bagus, jika memberikan tips kepadanya. Supir itu pun akan mengendarai mobil dengan lebih laju. Jika bukan karena lampu merah, tampaknya perjalanan selama satu jam lebih, setengah jam saja sudah bisa sampai di sana.

Setelah tiba di bandara, aku dan Deren pun berjalan dengan cepat menuju terminal bandara. Terminal bandara sangat ramai, aku dan Deren segera bergegas menuju ke Security Check Point, di sana kami juga tidak menemukan keberadaan Ketua Dewan Direksi Hartono.

Ketika aku sedang melihat ke sekeliling. Tiba-tiba Deren menujuk ke eskalator atas, dan berkata, “Pak Ugie, kamu lihat, apakah itu Direktur Bong?”

Aku pun mengangkat kepalaku, dan aku pun melihat Bong Casa dengan asistennya, sedang turun dari eskalator. Kali ini, aku tidak berani untuk memikirkan apa pun lagi. Aku pun segera berlari ke sana, dan berdiri di sana untuk menunggu Bong Casa.

Ketika Bong Casa mengangkat kepalanya, dia juga melihatku. Aku pun segera melambaikan tanganku terhadapnya, dan berkata dengan tersenyum canggung, “Direktur Bong, anda datang untuk mengantar? Ketua Dewan Direksi Hartono? Apakah dia sudah melewati Security Check Point?”

Menghadapi pertanyaanku. Bong Casa tetap diam, dan hanya menatapku dengan tidak berekspresi.

Aku pun berdiri di sana dengan canggung. Setelah turun dari eskalator, Bong Casa tetap tidak mengatakan apa pun. Dia membawa asistennya, langsung berjalan ke luar. Aku dan Deren mengikutinya di belakang, aku pun menjelaskan kepadanya, “Direktur Bong, anda dengarkan penjelasanku. Tadi benar-benar terjadi sesuatu. Jika tidak, bagaimana mungkin aku tidak pergi ke KIMFAR? Lagipula KIMFAR adalah klien yang begitu penting, proyek yang begitu besar, jika tidak mendapatkannya, juga tidak bermanfaat bagiku”

Bong Casa tetap saja berjalan dengan cepat. Dia benar-benar marah, dan tidak ingin berkata denganku.

Setelah tiba di luar, supirnya sudah tiba di halaman luar. Asistennya juga sudah membuka pintu untuknya, lalu Bong Casa pun masuk ke dalam mobil. Melihat Bong Casa tidak ingin melayaniku, aku hanya dapat berdiri di tempat semula, dan menatapnya yang sudah masuk ke dalam mobil.

Tiba-tiba, Bong Casa menurunkan jendela mobilnya. Dia menatapku, dan berkata, “Ugie, ada yang ingin aku katakan!”

Aku segera mengangguk, dan berjalan ke samping mobilnya, lalu aku pun berkata dengan canggung, “Direktur Bong, anda katakan saja, aku mendengarnya!”

Bong Casa pun tersenyum, dan berkata, “Orang yang tidak berkemampuan, tidak dapat menjadi orang sukses!”

Setelah mengatakannya, jendela mobilnya perlahan dinaikkan. Mobilnya pun juga pergi.

Aku berdiri di tempat semula dengan bengong, dan melihat mobil itu pergi. Terdapat keluhan, yang tidak tahu harus diungkapkan dengan bagaimana. Mungkin, aku seperti yang dikatakan oleh Bong Casa, tidak berkemampuan. Tetapi aku merasa tidak puas, jika bukan karena Don Juan tiba-tiba ingin melamar Isyana, bisa saja proyek ini sudah didapatkan olehku.

Aku pun kembali ke kantor bersama Deren dengan kecewa. Kami berdua merokok di area istirahat. Sejenak kemudian, Deren bertanya kepadaku dengan hati-hati, “Pak Ugie, apakah proyek KIMFAR dibiarkan begitu saja?”

Aku tersenyum pahit dan menggelengkan kepalaku, sambil berkata dengan menatapnya, “Jika tidak apa yang masih bisa dilakukan?”

Karena untuk mendapatkan proyek ini, harus melewati Ketua Dewan Direksi Hartono, saat ini aku yang tidak menghadiri perjanjian itu, tidak diketahui bagaimana Ketua Dewan Direksi Hartono memandangku. Apalagi kantor pusat KIMFAR berada di Shanghai. Ketika memikirkan Shanghai, aku tiba-tiba menghisap rokok dengan kuat, dan menatap Deren, “Aku berencana pergi ke Shanghai!”

“Pergi ke Shanghai?”

Deren menatapku dengan kaget.

Aku mengangguk dan berkata, “Deren, beberapa hari ini pekerjaan di sini aku serahkan padamu. Aku perlu pergi ke sana, untuk bertemu dengan Ketua Dewan Direksi Hartono, dan mendapatkan sebuah kesempatan lagi, tidak peduli apakah berhasil atau tidak, setidaknya kita mempunyai sebuah harapan”

Mendengar perkataanku, Deren bertanya kepadaku dengan wajah cemberut, “Pak Ugie, kamu pergi ke Shanghai dengan terburu-buru, apakah kamu merasa Ketua Dewan Direksi Hartono akan menemuimu?”

Yang dikatakan Deren, juga merupakan masalah yang aku khawatirkan. Tetapi aku masih berkata dengan penuh kepastian, “Apa pun hasilnya aku juga harus pergi! Mungkin saja terdapat perubahan!”

Mendengar perkataanku, Deren mengangguk, dan juga tidak berkata lagi.

Aku meminta Deren untuk memesan tiket pesawat hari berikutnya untukku. Hari itu setelah pulang ke dalam rumah, aku pun mulai mengemas barang. Untuk bersiap-siap pergi ke Shanghai pada hari berikutnya.

Setelah selesai mengemas, aku pun menelepon Raisa. Untuk menanyakan lokasi kantor pusat KIMFAR. Raisa pun segera memberitahuku. Dan Raisa juga tidak menanyakan untuk apa diriku menanyakannya.

Setelah semuanya beres, sudah jam sembilan malam. Aku duduk di atas sofa, sambil menatap pemandangan di luar jendela. Sudah mau menjelang tahun baru, di luar sudah terdengar suara petasan. Aku rasa pastinya terdapat anak-anak yang sudah tidak sabar lagi untuk menyambut tahun baru.

Aku tiba-tiba ingin mengirimkan pesan kepada Isyana. Tetapi ketika mengambil ponsel, seketika tidak mengetahui apa yang harus dikatakan. Aku pun menghapusnya, setelah sembarang mengetiknya beberapa kali. Kemudian tiba-tiba sebuah pesan masuk. Melihat nama di sana, aku tersenyum. Mungkin ini yang namanya sehati. Aku sedang memikirkan untuk mengirim pesan kepada Isyana. Melainkan Isyana yang mengirimkan pesan kepadaku terlebih dahulu.

Ketika melihatnya, di sana tertulis: “Melihat Don Juan melamarku, bagaimana perasaanmu?”

Aku tertegun sejenak, tidak disangka Isyana menyadari keberadaanku. Kemudian, aku pun membalasnya, “Tidak tenang!”

Setelah sejenak aku membalas pesannya, Isyana tidak membalasku, ini sedikit di luar dugaanku.

Novel Terkait

Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milea Anastasia
Percintaan
4 tahun yang lalu
Be Mine Lover Please

Be Mine Lover Please

Kate
Romantis
3 tahun yang lalu
Cinta Di Balik Awan

Cinta Di Balik Awan

Kelly
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
3 tahun yang lalu
Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
4 tahun yang lalu
Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
3 tahun yang lalu
 Istri Pengkhianat

Istri Pengkhianat

Subardi
18+
4 tahun yang lalu