Love And Pain, Me And Her - Bab 351 Mencari Di Rumah Bibi Salim

Aku sedikit tidak puas dengan sikap mereka yang tidak jelas. Aku melihat mereka dan lanjut bertanya: "Bagaimana? Apakah kalian ingin menolakku?"

Mereka berdua tertawa. Lulu menatapku dengan senyumannya yang dipaksakan dan berkata: "Ugie, kami masih mempertimbangkannya karena melihat mukamu. Kamu telah meminjam uang dimana-mana untuk membuka studio kerja itu. Studio sudah buka lama, tetapi kamu masih tidak ada pelanggan yang jelas. Jika seterusnya begini, aku khawatir kamu bahkan tidak bisa menghidupi dirimu sendiri. Bukankah kami hanya akan menjadi beban jika bekerja denganmu? "

Begitu Lulu selesai mengatakannya, Amori juga mengangguk menunjukkan bahwa dia juga setuju dengannya. Aku sedikit tersentuh, aku sudah menawarkan mereka kesempatan untuk bekerja, tetapi mereka justru memikirkan kelangsungan perusahaanku terelebih dahulu.

Aku tertawa terbahak-bahak dan sengaja bercanda dengan Lulu: "Sepertinya kalian bukan khawatir tentang ini, apakah kamu ingin membantu Robi berjualan bunga?"

Setelah aku selesai mengatakannya. Lulu langsung meninju pundakku dengan kuat dan melotoiku lalu berkata: "jika kamu ingin berbicara omong kosong lagi, kedepannya aku tidak akan memperdulikanmu lagi."

Aku tertawa. Melihat mereka dan berkata kepada mereka dengan jujur: "Kalian tidak perlu mengkhawatirkan tentang masalah studio. Sejujurnya, aku baru saja menandatangani proyek sebesar 4 miliar rupiah, terlebih lagi uang itu sudah ditransferkan kepadaku. Selanjutnya, kita hanya perlu mengerjakan proyek ini dengan baik. Aku pikir proyek ini cukup bagi kita untuk hidup selama satu atau dua tahun berikutnya. "

Begitu kata-kata itu terdengan oleh mereka, mereka langsung menatapku dengan tatapan yang terheran-heran. Aku pun melanjutkan: "Amori, kamu lanjut bertanggung jawab atas pekerjaan perencanaan. Sekarang jabatan itu masih kosong, aku hanya bisa mengharapkanmu. Lulu, kamu bertanggung jawab atas administrasi seperti dimana keahlianmu. Setelah kalian resmi menjadi karyawan studioku, aku akan memberikan kalian sebuah tim. Bagaimana? "

Dengan tidak adanya lagi tekanan, ekspresi kedua orang itu menjadi lebih santai. Terutama Lulu, dia pun berkata sambil tersenyum: "kalau begitu aku adalah kepala bagian administrasi dan Amori adalah direktur perencanaan?"

Aku tertawa sebentar. Tetapi Amori langsung mengerutkan keningnya, dia memandang Lulu dan berkata: "Lulu, meskipun kita semua memiliki hubungan yang baik. Tetapi karena ini adalah perusahaan, kita harus mengikuti peraturan dari perusahaan. Kamu langsung menamai kita sebagai kepala bagian. Bagaimana jika Ugie kedepannya menemukan orang yang lebih berkompeten dari kita, bukankah kita hanya akan menyusahkannya? "

Lulu langung cemberut dan berkata: "Oh".

Sebenarnya, aku hampir saja setuju dengan perkataan Lulu. Tetapi setelah dipikir-pikir, perkataan Amori lebih masuk akal, karena ini adalah perusahaan. Maka hubungan pribadi harus dikesampingkan. Pekerjaan tetap adalah pekerjaan, tidak bisa dicampurkan dengan hubungan pribadi. Jadi, aku memutuskan untuk tidak langsung memberikan posisi yang tinggi kepada mereka dan menunggu sampai perusahaan berkembang menjadi lebih besar.

Aku sedang berpikir dan Lulu langsung menghela nafas dengan sedih. Dia memandang ke kursi Isyana yang kosong dan berkata: "jika pada saat itu Isyana tidak membiarkan kamu mengundurkan diri, mungkin PT.Nogo Internasional tidak akan sampai ke titik ini."

Kata-kata Lulu membuat kami bertiga terdiam. Mau tak mau aku menjadi berpikir, jika aku masih bekerja di PT.Nogo Internasional, bagaimana nasib PT.Nogo Internasional sekarang? Bisakah aku membujuk Isyana untuk tidak menerima proyek dari CB? Sepertinya tidak bisa! Kalau begitu semua yang terjadi hari ini, mungkin saja tidak bisa terhindari.

Aku meminta Amori dan Lulu untuk pulang dan bersiap-siap untuk bekerja di Studioku mulai besok. Aku juga kembali ke studioku dan bekerja kembali.

Mungkin hanya ketika aku sibuk, aku bisa berhenti memikirkan tentang Isyana. Setelah aku menyelesaikan semua pekerjaanku, aku baru menyadari bahwa waktu sudah menunjukkan jam 7 malam. Deren juga sudah selesai bekerja dan aku adalah satu-satunya orang yang masih tersisa di dalam studio.

Aku menyalakan sebatang rokok dan duduk di sofa sambil berpikir tentang apa saja yang terjadi belakangan ini. Tiba-tiba, di luar terdengar suara petasan. Aku pun teringat bahwa hari ini adalah tanggal 23 di bulan kedua belas. Pada saat ini, seharusnya Isyana sudah pulang ke rumah?

Aku mematikan rokok dan langsung naik taksi. Aku pergi ke daerah perumahan di mana Isyana tinggal. Tetapi ketika aku sampai disana dan menoleh ke atas, aku menyadari bahwa rumahnya sangat gelap. Aku pun membunyikan bel rumahnya , tetapi tidak ada respon sama sekali.

Aku hanya bisa pergi dari lokasi perumahaan itu dan naik taksi ke vila Bibi Salim .

Suara petasan di area villa terdengar lebih keras dari tempat lain. Tidak tahu anak siapa yang sudah tidak sabar menantikan suasana tahun baru dan mulai menyalakan kembang api. Melalui jendela, aku menyaksikan kembang api yang indah. Pada saat itu, hatiku tiba-tiba tidak bisa menahan rasa sakit yang mendalam. Karena, aku mulai memikirkan tentang Isyana lagi. Mungkin dia sekarang sedang berdiri di depan jendela sambil menyaksikan kembang api dan kesepian.

Di depan gerbang villa Bibi Salim . Aku yang masih bau asap rokok membunyikan bel pintu beberapa kali. Setelah beberapa saat, pengasuh bayi membukakan pintu. Setiap kali aku melihatnya, dia selalu menyambut aku dengan senyuman di wajahnya. Tetapi kali ini berbeda, Wajahnya terlihat sangat suram. Ketika dia melihat aku, aku berusaha memberikan senyuman kepadanya.

"Apakah Bibi Salim ada di rumah?"

Pengasuh bayi itu mengangguk, "Ada!"

"Bagaimana dengan Isyana?"

Pengasuh bayi itu menggelengkan kepalanya, "Nona Isyana masih belum pulang."

Jantungku berdebar sesaat. Bagaimana bisa Isyana masih belum pulang di jam segini?

Aku pun ikut Pengasuh bayi tersebut masuk ke ruang tamu. Aku langsung melihat Bibi Salim sedang menonton TV dengan raut wajah yang bosan. Ketika aku masuk, dia segera mematikan TV dan menatapku sambil tersenyum lalu berkata: "Ugie, bukankah kamu sedang dalam perjalanan bisnis? Mengapa kamu pulang begitu cepat?"

Aku tidak menyangka Bibi Salim juga tahu bahwa aku sedang dalam perjalan bisnis. Aku tersenyum dan mengangguk lalu memberitahu kepadanya bahwa aku hari ini sudah pulang dari perjalanan bisnisku.

Aku hanya pergi selama tujuh atau delapan hari saja, tetapi tiba-tiba aku menyadari Bibi Salim tampak sedikit lebih tua dari sebelumnya. Rambut di kepalanya berubah menjadi sedikit keabu-abuan, matanya juga menghitam, seperti sedang dalam tekanan mental yang besar dan tidak tidur untuk waktu yang sangat lama.

Aku duduk di sofa dan mengobrol dengan Bibi Salim sebentar lalu bertanya kepadanya: " Bibi Salim , Isyana sekarang ada dimana? Ke mana dia pergi?"

Bibi Salim dengan tidak berekspresi menggelengkan kepalanya dan berkata: "anak itu pagi-pagi sudah kelauar dan belum kembali. Aku juga tidak tahu kemana dia pergi, ponselnya juga dimatikan, benar-benar membuat orang khawatir saja."

Setelah mendengarnya berkata demikian, aku langsung merasa khawatir. Aku tidak menyangka bahkan Bibi Salim juga tidak tahu keberadaan Isyana.

Ketika Bibi Salim selesai mengatakannya, dia tiba-tiba menghela nafas dan melanjutkan: "Anak ini selalu memikirkan sesuatu dengan sangat rumit. Kali ini, PT.Nogo Internasional sedang menghadapi kesulitan besar dan dia sampai sekarang masih tidak bisa menerima kenyataan itu. Sebenarnya, setelah dipikir-pikir, aku merasa sedikit menyesal. Ketika Isyana kembali, dia sama sekali tidak ingin meneruskan PT.Nogo Internasional. Dia selalu memiliki mimpi untuk menjadi seorang desainer, semua ini adalah salahku karena sudah memaksa dia untuk meneruskan PT.Nogo Internasional. Tetapi aku tidak menyangka bahwa aku telah mencelakai PT.Nogo Internasional dan sekarang aku justru membuat anak ini mengalami tekanang yang sangat besar, dia bahkan sama sekali tidak mengatakan kepadaku tentang perasaannya. "

Perkataan Bibi Salim membuat hatiku merasa sangat sakit. Aku tahu bahwa Isyana tidak mengatakannya kepada Bibi Salim karena dia merasa bersalah dan selalu menyalahkan dirinya sendiri. Karena dia merasa semua adalah salahnya karena telah membuat PT.Nogo Internasional sampai ke titik ini.

Jika menurut kamu cerita <> bagus, silakan tempel URL berikut untuk berbagi dengan teman-teman di QQ, wechat, atau micro weibo Anda. Terima kasih atas dukungan Anda!

Novel Terkait

Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
3 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
3 tahun yang lalu
Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
3 tahun yang lalu
Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
4 tahun yang lalu
Awesome Guy

Awesome Guy

Robin
Perkotaan
3 tahun yang lalu
My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
3 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
4 tahun yang lalu