Love And Pain, Me And Her - Bab 100 Mengenang Masa Lalu

Jawaban aku malah membuat Isyana semakin penasaran, Dia memalingkan kepalanya untuk menatapku dan mendesak aku, "Cepat ceritakan padaku, bagaimana ceritanya kamu bisa hampir kena hukum?"

Aku tertawa, tetapi aku tidak menyangka Isyana juga suka bergosip, Sebenarnya, sejak aku putus dengan Raisa, hal yang aku suka lakukan adalah mengenang masa lalu. Melihat tatapan mata Isyana yang bersemangat, aku putuskan untuk menceritakan kisah masa lalu aku.

Kebersamaan aku dan Raisa, sebenarnya karena Robi juga. Sebenarnya, aku orangnya agak lelet. Awal masuk Universitas, Robi dan Sutan sudah berteman baik, mereka membagi para siswi di kelas menjadi beberapa kelas, Raisa dan Veni berada di kelas atas.

Aku awalnya tidak memperhatikan Raisa, sekali Robi membicarakan tentang Raisa, aku baru mulai memperhatikannya. Saat itu aku masih polos dan naif, meski memiliki kesan yang baik kepada Raisa. Tapi aku tidak berani bertindak lebih jauh. Apa yang bisa kulakukan hanyalah memperhatikannya dengan diam-diam. Terkadang di kelas, aku suka mengintipnya. Aku selalu ambil bagian dalam aktivitas apa pun di Departemen Jurusan selama ada Raisa di sana. Terlepas dari itu, aku tidak melakukan hal lain lagi.

Apa yang benar-benar berubah adalah pada tahun kedua. Pada saat itu, meskipun kami sudah akrab satu sama lain, tapi kami hanya sebatas di tahap pertemuan biasa dan saling menyapa saja. Suatu hari, aku pergi ke perpustakaan, kebetulan Raisa juga ada di sana. Aku sengaja mencari tempat yang dekat dengannya, dan aku juga tidak ada mood belajar sebenarmya, Dua jam itu aku habiskan hanya untuk mengawasinya diam-diam.

Hujan turun saat kami keluar dari perpustakaan, aku tidak bawa payung. Hanya memikirkan menggunakan pakaian untuk menutupi air hujan dan berlari kembali ke ruang kelas. Tiba-tiba suara Raisa terdengar dari belakang, Dia bilang kepadaku, dia bawa payung, dia bersedia sepayung berdua denganku.

Hari itu hujan sangat deras, payungnya sangat kecil. Dan kami berdua saling mengalah, dan akhirnya adalah setengah badan kami masing-masing basah oleh hujan. Tapi sejak itu, Kami menjadi lebih dekat, Kadang-kadang, kita janjian untuk belajar bersama, berlari bersama, dan pergi ke perpustakaan bersama.

Ada satu kali, aku memberanikan diri membahas topik sensitif dengan Raisa. Dia bertanya kepadaku, hal paling berani yang pernah aku lakukan apa saja? Aku pikir lama, tetapi aku tidak terpikir apapun. Tetapi akhirnya aku mengatakan kepadanya bahwa aku akan melakukan sesuatu yang sangat berani, Dan aku berharap dia bisa menjadi saksi.

Departemen jurusan kami menyelenggarakan kontes pidato. Di aula sekolah, karena teknik pidato aku terbilang bagus, saat itu aku berhasil merebut posisi kandidat terpopuler, Pada saat final, semua pemimpin Departemen jurusan juga hadir.

Di atas panggung, semua orang mulai berkompetisi. Satu persatu mengeluarkan kemampuan terbaiknya. Saat giliranku, aku naik ke panggung perlahan. Tapi aku tidak pidato sesuai dengan aku siapkan sebelumnya. Aku menggantinya dengan surat cinta yang sudah aku siapkan dengan cermat. Aku sekarang tidak dapat mengingat isi surat cinta itu lagi. Tapi aku masih ingat judulnya, “Mengukur Cinta”. Aku juga ingat paragraf terakhir, aku menulisnya seperti ini,

"Cinta tidak memiliki skala, tetapi aku bersedia menggunakan pendampinganku sebagai ukuran untukmu. Cinta membutuhkan suhu, jadi aku bersedia menggunakan suhu tubuhku untuk menghangatkan kamu yang berada di bawah payung bersamaku, Waktu mungkin tidak lama, tapi aku akan memakai sisa hidupku untukmu!"

Pidato aku waktu itu, tentu saja, guru tidak senang, tetapi para siswa langsung heboh, semua orang mulai bertepuk tangan, berteriak. Raisa yang duduk di tengah kerumunan, pipinya merah, air matanya berlinang. Sejak itu Raisa menjadi pacarku. Untungnya, pihak perguruan tinggi masih berpikiran terbuka, hanya memberi aku peringatan lisan, dan tidak memberi aku hukuman apa pun. Namun, aku dijuluki "Termometer" karena pidato terakhirku itu.

Isyana mendengarkan dengan serius, sesudah aku selesai bercerita, dia tidak menanggapi, dia hanya menatap kejauhan, Matanya jernih dan cerah, Seperti sedang melihat sesuatu yang indah.

Setelah beberapa saat, dia menghela nafas sedikit. Isyana memiringkan kepalanya menatapku, berkata, "Ugie, aku tidak menyangka kamu tidak hanya berani, tetapi juga sangat romantis."

Sebenarnya, aku tidak berpikir itu romantis. Aku hanya pikir karena masa muda penuh dengan kegilaan dan sembrono saja, Tapi aku tidak pernah menyesalinya.

Isyana melihat aku tidak berbicara lagi, dan dia bertanya, "Ugie, jika kamu sekarang menyukai seorang gadis, apakah kamu akan menyatakan cintamu kepadanya di depan orang banyak seperti yang kamu lakukan dulu, tanpa menghiraukan pandangan orang lain?"

Aku berpikir sejenak, lalu menggelengkan kepala, menghela napas, dan menjawabnya, "Masa remaja hanya ada satu kali, Beberapa hal hanya cocok dilakukan saat remaja. Jika masih bisa memiliki hubungan dan kisah cinta berikutnya, aku berharap cinta itu datang dengan tenang dan kita cukup memiliki kehidupan yang sederhana saja, hal yang penuh semangat dan heboh, mungkin hanya milik anak muda saja.”

Ketika aku mengatakan kata-kata ini, tidak ada maksud lain di pikiranku. Aku hanya mengatakan yang sebenarnya, Tapi begitu aku selesai, ada pandangan kekecewaan di mata Isyana. Meskipun terlintas dengan cepat, tetapi aku melihatnya.

Suasana menjadi hening, Isyana berdiri, dan aku mengikuti. Sambil menatapnya, aku berkata, "Dingin ya? aku antar kamu pulang?"

Isyana menoleh dan menatapku, dia mengerutkan kening, pura-pura tidak senang dan berkata, "Ugie, mengapa saat aku belum ingin pulang, kamu dari tadi menawarkan untuk antar aku pulang? Aku menemukan bahwa otak kamu ini ya, kadang-kadang seperti sepotong kayu yang berkeropeng, kok gak peka ya?”

Aku tersenyum, Kata-kata Isyana membuatku sedikit malu, Sebenarnya, aku hanya pikir cuaca agak dingin, dan sudah malam juga. Aku tidak menyangka Isyana akan mengatakan itu. Sebenarnya, dia tidak tahu. Setiap kali aku berpisah darinya, aku selalu menantikan pertemuan berikutnya. Walau kita berada di perusahaan yang sama, aku selalu menantikan kehadirannya.

Aku menatap Isyana dan dengan ragu-ragu bertanya, "Kalau begitu, bagaimana ke rumahku saja dan aku akan membuatkanmu satu teko teh bunga. Kita bisa sambil minum teh dan mengobrol, gimana?"

Isyana tersenyum, Dia menatapku untuk waktu yang lama. Aku jadi tidak yakin, ketika aku berniat mengatakan sesuatu lagi, tiba-tiba Isyana bertanya kepadaku, "Ugie, apakah kamu sering mengundang wanita ke rumahmu?"

Pertanyaan Isyana membuat aku sedikit tidak nyaman. Apakah di matanya, aku ini orang yang begitu asal? Tetapi aku tidak menunjukkan keraguanku, aku tetap bertanya balik sambil tersenyum, "Menurut kamu?"

Isyana mengangkat bahu, "Aku mana tahu, aku kan yang bertanya padamu!"

Aku berpura-pura mengingat, dan pada saat yang sama aku memperlihatkan jari-jariku, seolah-olah aku sedang menghitung jumlah orang. Setelah berpikir sebentar, aku memandang Isyana dan berkata, "Kamu yang pertama!"

Isyana tersenyum, sangat senang!

Dia mengangguk puas, "Tidak buruk, Jika aku yang pertama, aku bisa menerimanya, Ayo pergi."

Sesudah itu, dia berbalik dan berjalan ke depan, aku mengikutinya dengan tenang. Tapi di hatiku, sangat bersemangat. Perasaan seperti ini sudah lama hilang. Sebenarnya, awalnya aku hanya asal bicara saja, aku tidak menyangka Isyana akan setuju.

Hidup terkadang sangat aneh, Ketika hal-hal yang kamu pikirkan dan impikan siang malam menjadi kenyataan, kamu malah merasa bingung, Seperti aku sekarang!

Novel Terkait

Kakak iparku Sangat menggoda

Kakak iparku Sangat menggoda

Santa
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
I'm Rich Man

I'm Rich Man

Hartanto
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Cold Wedding

My Cold Wedding

Mevita
Menikah
4 tahun yang lalu
Cinta Setelah Menikah

Cinta Setelah Menikah

Putri
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Perjalanan Cintaku

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
3 tahun yang lalu