Love And Pain, Me And Her - Bab 457 Putus

Di dalam kantor, sekali lagi terdiam. Robi memegang gelas wine, dia melihat ke luar jendela, dan minum wine seteguk demi seteguk. Sebenarnya sangat banyak yang ingin aku tanyakan kepada Robi, tetapi aku tahu, saat ini aku tidak mungkin bertanya apapun.

Tiba-tiba, Veni berdiri. Dia berjalan ke samping meja makan, kemudian langsung mengambil pisau potong kue. Tindakan Veni ini, mengejutkan kami. Robi paling dekat dengannya, dia bergegas meletakkan gelas wine, bertanya kepada Veni dengan kaget.

"Veni, apa yang ingin kamu lakukan?"

Veni menengadahkan kepala dan menatap Robi, dia tersenyum sedih. Menggelengkan kepala dengan perlahan-lahan, "Robi, tenang, aku bukan orang bodoh. Aku tidak akan melakukan hal bodoh. Mulai hari ini, aku tidak akan lagi melukai diri sendiri demi orang lain."

Ketika berbicara, Veni berjalan ke samping stand kue. Melihat beberapa tulisan di atas kue itu, Veni perlahan-lahan menghapus kata ulang tahun dari "Selamat Ulang Tahun" dengan pisau. Lalu, dia menulis di atasnya, "Berpisah". Tulisan di atas kue telah menjadi "Selamat Berpisah."

Begitu Veni mengubahnya, dia berbalik melihat kami, tersenyum dan berkata, "Semuanya jangan duduk saja, mari makan kue."

Ketika berbicara, dia mengambil piring makan, mulai membagi kue kepada semua orang.

Sedangkan Robi memegang botol wine, dan mengisi penuh gelas wine yang ada di meja satu per satu. Veni mengambil sebuah gelas wine, mengangkat dan berkata kepada kami, "Segelas wine ini, bersulang untuk kalian. Karena kekacauanku ini. Membuat suasana hati kalian juga menjadi buruk, aku minta maaf kepada kalian semua. Tetapi kalian bisa tenang, kelak tidak akan ada hal seperti ini lagi."

Ketika berbicara, Veni mengangkat kepalanya, dan langsung menghabiskan satu gelas wine. Semuanya juga mengikutinya, menghabisi wine.

Setelah satu gelas wine habis, Veni mengambil botol wine lagi, dan mengisi penuh wine. Kemudian, dia mengangkat gelas wine, menatap Robi, tersenyum sedih dan berkata, "Robi, segelas wine ini bersulang kepadamu. Terima kasih telah peduli dan menjagaku selama ini. Robi, senang memiliki teman sepertimu! Aku berharap, pertemanan kita, tidak akan seperti percintaanku, pada akhirnya berpisah. Aku sangat berharap, dapat berteman denganmu selamanya."

Jika perkataan ini dikatakan pada masa lalu, aku pasti tidak akan banyak berpikir. Tetapi sekarang berbeda, aku telah mengetahui orang yang selalu disukai oleh Robi, yaitu Veni. Maka perkataan Veni ini agak menarik. Dia berulang kali menyebutkan, dia dan Robi adalah teman, adalah teman seumur hidup. Sebenarnya dia sedang memberikan petunjuk kepada Robi, hubungan di antara mereka, hanya terbatas sampai sini, tidak ada kemungkinan untuk ke tahap berikutnya.

Robi tidak bodoh, dia juga mendengar arti dari perkataan ini. Mengambil gelas wine, Robi tersenyum terhadap Veni. Berkata dengan biasa saja, "Veni, asalkan kamu bahagia, semuanya tidak masalah. Aku mengosongkan gelasku."

Ketika berbicara, kedua orang mengosongkan gelas sekali lagi.

Veni bukanlah orang yang banyak bicara. Kata-kata yang dia gumamkan kepada dirinya sendiri, sebenarnya juga diucapkan kepada kita, beberapa temannya ini. Dia ingin memberi tahu kepada kita, dia tidak apa-apa, dia akan hidup dengan baik. Seperti dia tidak pernah bertemu dengan Sutan.

Tetapi aku paham, hubungan yang hampir sembilan tahun. Bagaimana mungkin dengan beberapa kalimat, bisa melewatinya dengan santai? Penderitaan dan rasa sakit Veni, mungkin hanya dia sendiri yang tahu.

Isyana sedikit khawatir Veni mabuk, ketika dia hendak maju, aku langsung menarik pergelangan tangan Isyana. Menatap Isyana, aku sedikit menggelengkan kepala. Isyana mengerti maksudku, dia tidak lagi bergerak. Sebenarnya pada saat ini, aku malah berharap Veni mabuk keras. Setidaknya menghilangkan rasa sakit sementara, juga dapat membuatnya sedikit bahagia, meskipun hanya sedikit.

Meskipun semua yang terjadi hari ini, membuat kita semua benci dan sedih. Tetapi semua orang masih berpura-pura seperti tidak terjadi apapun, minum dan berbicara, seperti tidak ada yang terjadi.

Veni dan Raisa berdiri di samping meja makan, keduanya memegang gelas wine, berbicara sambil minum. Elisna dan Amori serta Lulu dan Deren, berdiri di samping meja kerjaku, juga berbicara sesuatu dengan suara yang kecil.

Satu-satunya yang diam, hanyalah Robi. Dia tetap terlihat lesu, bersandar di kursi, tangannya memegang gelas wine. Pandangannya melihat ke luar jendela, dan minum wine tanpa sepatah kata pun.

Aku dan Isyana duduk di sofa. Aku meletakkan gelas wine ke atas meja kopi, menyalakan rokok, menghisapnya dengan kuat. Isyana duduk bersandar padaku. Dia memiringkan kepala dan menatap Veni dan Raisa dengan tatapan kosong. Beberapa saat kemudian, dia tiba-tiba bertanya kepadaku.

"Ugie, saat kamu putus dengan Raisa. Apakah tindakanmu sama seperti Veni?"

Aku sedikit tersenyum pahit. Pikiran Isyana sangat pintar, dia ternyata teringat ketika aku putus dengan Raisa. Aku sedikit menghela napas, menggelengkan kepala dengan perlahan, "Tidak sama, aku tidak mengekspresikannya sebaik Veni."

Aku hanya mengatakan satu kalimat ini dengan datar, lalu tidak banyak berbicara lagi. Dan yang aku ucapkan, juga merupakan fakta. Aku mengekspresikannya tidak sebaik Veni. Aku ingat beberapa hari sewaktu baru putus, aku hampir tidak berani keluar. Terutama aku takut bertemu dengan orang yang aku kenal. Aku takut mereka mengungkit tentang Raisa, mengungkit semua masa lalu kita.

Tidak tahu kapan, Elisna memegang gitar, dia memainkannya dengan lembut. Kantor tiba-tiba menjadi sunyi, pandangan semua orang tertuju pada Elisna. Veni berjalan ke samping Elisna, dia berkata sambil tersenyum, "Elisna, aku ingin bernyanyi."

Elisna menganggukkan kepala sambil tersenyum, dia mulai mengiringi Veni. Mendengar Veni mengambil mikrofon dan mulai bernyanyi.

"

Membiarkanmu gila, membiarkanmu bertindak sesuka hatimu

Mengira suatu hari kamu akan terharu

Mengenai rumormu, aku berpura-pura tidak terpengaruh

Bagaimana tega menyalahkanmu yang telah melakukan kesalahan

Aku yang memberikanmu kebebasan yang lewat batas

Membuatmu semakin kesepian, barulah masuk ke pusaran cinta

Bagaimana tega membiarkanmu menderita

Aku yang memberikanmu kebebasan yang lewat batas

Jika kamu ingin terbang, aku yang akan menanggung semua penderitaan ini"

Novel Terkait

My Lifetime

My Lifetime

Devina
Percintaan
3 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Istri ke-7

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
4 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
3 tahun yang lalu
My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu