Love And Pain, Me And Her - Bab 542 Cinta Bukan Masalah Dua Orang

Kami bertiga serentak melihat ke belakang. Dan terlihat seorang pria dan seorang wanita berdiri di depan pintu ruangan. Wanita itu adalah Tyas tersenyum sinis, sedangkan pria yang tinggi dan tampan sebagai asisten itu adalah asisten Han untuk dokter perawatan kesehatan Djarum.

Kedatangan dua orang ini membuat aku dan Isyana tertegun. Aku mengintip Djarum sekilas. Sebelumnya, Djarum masih berbicara dengan baik dan benar untuk membujuk Isyana. Tetapi saat Djarum melihat Tyas, Djarum langsung menyusut, sikap kuat sebelumnya telah menghilang saat ini.

Tak ada satu pun dari kami bertiga yang berbicara. Tyas masih tersenyum, berjalan menuju Djarum dengan anggun dan menawan, lalu berkata dengan sikap mempesona "Djarum, apakah kamu tidak menginginkan tubuhmu lagi? Sekarang sudah jam berapa, masih belum pulang untuk minum obat. Bahkan membuat aku dan Han harus datang mencarimu. "

Djarum awalnya sedang berdiri. Tapi begitu Tyas berbicara, Djarum terduduk dengan tidak berdaya. Begitu Tyas tiba di sisi Djarum, Tyas membungkuk dan memegang Djarum, lalu berkata dengan menawan "Djarum, Han baru saja mengatakan bahwa kesehatanmu akhir-akhir ini sudah mulai membaik. Mengapa kamu berkeliaran lagi? Kamu juga tidak memberitahuku lebih dulu. Ayo, cepat bangun. Kita pulang dan minum obat hari ini. "

Berbagai tingkah laku Tyas setelah memasuki pintu membuatku secara tidak sadar mengucapkan kata "menawan". Sebelumnya, Isyana memberitahuku bahwa sekarang sangat sulit untuk bertemu dengan Djarum. Menilai dari situasi hari ini, perkataan Isyana sama sekali tidak berlebihan. Tidak lama setelah Djarum datang ke restoran, Tyas sudah datang mencarinya. Semua kata-katanya menunjukkan perhatian, tetapi saat aku mendengarkannya, aku merasa lebih mirip seperti pengawasan. Kalau tidak, Djarum tidak mungkin menunjukkan ekspresi tidak berdaya seperti itu.

Djarum mengerutkan kening, meskipun tidak berdaya, tetapi Djarum tetap berdiri. Tyas berbalik menatap Isyana sambil mendukung Djarum, lalu tersenyum dan berkata "Isyana, kamu juga tahu bahwa tubuh ayahmu sedang tidak sehat. Kamu jangan terus mengajaknya ke sana sini. Usianya sekarang sudah tidak tahan kalau harus dibawa ke sana sini. Lagipula, kamu sudah sangat dewasa, mengapa kamu masih belum bisa menangani masalahmu sendiri dan selalu ingin melibatkan ayahmu? "

Meskipun Tyas berkata sambil tersenyum, tetapi nadanya terdengar sedang mengeluh. Mendengar kata-kata ini, wajah Isyana menjadi pucat karena marah. Isyana menatap Tyas, Isyana belum sempat berbicara, langsung terdengar teguran Djarum dengan suara yang dalam "Tyas, kamu jangan terlalu banyak bicara! Bukan Isyana yang memanggilku datang kemari, tapi aku sendiri yang ingin datang. Isyana adalah putriku, bagaimana mungkin aku tidak peduli dengan masalahnya?"

Bisa dirasakan bahwa Djarum sangat muak dengan perkataan Tyas. Begitu Djarum berbicara, Tyas tersenyum lembut, penampilannya kemudian berubah menjadi seperti orang yang berpengetahuan. Djarum sepertinya ingin mengatakan sesuatu, tetapi belum sempat berbicara, asisten Han segera melangkah maju, lalu memegang lengan Djarum dan berkata dengan lembut "CEO Mirani, anda harus mengendalikan emosimu dan jangan marah."

Meskipun Djarum memarahi Tyas. Tetapi Djarum sangat mendengarkan perkataan dari dokter kesehatan. Djarum tidak melihat lagi ke arah Tyas, lalu kembali menatap Isyana dan berkata dengan suara pelan "Isyana, ayah pulang dulu. Aku sudah mengatakan padamu tentang sikapku. Tunggu dua hari lagi setelah aku punya waktu, aku akan mencarimu dan berbincang-bincang."

Setelah itu, Djarum berjalan perlahan menuju ke depan pintu dengan dukungan Tyas. Saat sampai di depan pintu, Tyas tiba-tiba berbalik dan menatapku dan Isyana. Tyas tersenyum, tetapi aku dan Isyana bisa merasakan bahwa senyumannya itu adalah semacam penghinaan dan senyum kepuasan hati.

Saat ketiganya meninggalkan ruangan, seluruh dunia tampak sangat sunyi. Aku menoleh, melihat Isyana dan Isyana juga menatapku, saling memandang sejenak, lalu kami berdua tersenyum tidak berdaya.

Kembali duduk di kursi, meskipun tidak makan malam, tetapi melihat makanan dan anggur mewah di atas meja, tidak satu pun dari kami berdua memiliki nafsu makan. Isyana menghela nafas dan menatapku tidak berdaya, lalu berkata "Ugie, apa kamu sudah menduga hari ini akan terjadi seperti ini?"

Aku tersenyum sedih dan menggelengkan kepalaku.

Lalu menyalakan rokok dan menyesapnya. Aku melihat Isyana dan bertanya dengan ringant "Isyana, Paman Mirani tidak setuju kita bersama. Apa yang akan kamu lakukan?"

Isyana tersenyum sedih, lalu mengangkat bahu, menatapku dan berkata "Apa yang bisa kulakukan? Aku akan menjelaskan padanya perlahan."

"Lalu bagaimana jika dia tetap tidak setuju?"

Aku bertanya lagi.

Isyana tersenyum. Tiba-tiba Isyana meraih tanganku di atas meja, lalu menggenggamnya dengan kuat dan menatapku, berkata dengan serius "Ugie, kecuali suatu saat, aku tidak ingin bersamamu lagi. Jika tidak, tidak ada yang bisa menghalangi kita berdua. Aku tahu bahwa cinta bukan hanya masalah dua orang, tetapi juga melibatkan dua keluarga. Tapi aku masih sangat percaya bahwa jika dua orang saling mencintai dan karena masalah eksternal, lalu memilih untuk menyerah. Maka, hubungan di antara kedua orang itu bukanlah cinta, setidaknya bukanlah cinta sejati. Hari ini kita mempertemukan orang tua kita, sebenarnya bukan meminta pendapat mereka, kita hanya berharap bisa mendapatkan restu dari mereka. Jika mereka menolak merestui kita, kita juga tidak bisa berbuat apa-apa. Tapi kita harus tetap bertahan dan melanjutkannya. "

Sambil berkata, Isyana menggengam tanganku lebih erat lagi. Melihat wajah tegas Isyana, aku tidak bisa menahan senyum. Perkataan Isyana membuatku sangat terhibur. Tapi nyatanya, aku tahu bahwa pemikiran Isyana ini tidak akurat, ataupun terlalu idealis. Karena cinta tidak bisa dijelaskan dalam beberapa kata.

Usai menghisap rokok, Isyana tiba-tiba bertanya lagi padaku "Ugie, menurutmu, ada apa antara ayahmu dan ayahku? Aku agak bingung tadi. Sepertinya saat ayahku masih muda, bersama ibumu."

Isyana tidak mengatakan apa-apa lagi, tapi aku tahu apa yang ingin Isyana ungkapkan. Melihat Isyana, aku menggelengkan kepalaku dan senyum sedih, lalu berkata dengan nada terbata-bata "Siapa yang tahu? Kamu bilang kamu bingung mendengarnya, tapi sebenarnya aku juga sangat bingung. Aku tidak pernah menyangka bahwa mereka ternyata saling mengenal dan sangat akrab. Tapi jika ingin tahu apa yang terjadi waktu dulu, aku hanya bisa menanyakan pada mereka setelah kembali. "

Begitu aku berbicara, Isyana segera mengangguk. Isyana berpikir sejenak dan segera berdiri, lalu berkata dengan cemas "Lupakan saja, kita berdua juga tidak membicarakannya lagi. Kembalilah sekarang, kita harus mencari tahu masalah ini dengan jelas hari ini."

Aku tidak menyangka Isyana lebih cemas dariku. Tapi aku masih mengikutinya keluar dari ruang pribadi, lalu membayar tagihan dan pergi. Di depan pintu, Isyana berkata lagi padaku "Ugie, tanyakan pada paman dan bibi, aku akan pulang dan bertanya pada ibuku. Setelah selesai bertanya, kita berdua berkontak lewat telepon."

Melihat Isyana yang tergesa-gesa, aku tersenyum dan mengangguk.

Novel Terkait

The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
4 tahun yang lalu
Cinta Setelah Menikah

Cinta Setelah Menikah

Putri
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
5 tahun yang lalu
Cinta Di Balik Awan

Cinta Di Balik Awan

Kelly
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
3 tahun yang lalu
Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
4 tahun yang lalu
Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu