Love And Pain, Me And Her - Bab 596 Video

Balkon di rumah, dulunya adalah tempat yang sering aku dan Raisa pergi setelah makan. Pada saat itu, kami tidak memiliki pikiran dan kekhawatiran apapun. Setiap hari setelah makan malam, kami akan duduk di kursi rotan di balkon sambil mengobrol tentang wawasan yang didapatkan setelah bekerja seharian. Saat ini Raisa ingin pergi ke balkon, adalah ingin mencari kembali perasaan waktu itu.

Aku memapah Raisa duduk ke kursi roda, lalu mendorongnya ke balkon. Dengan bantuan Deren, balkon sudah kembali seperti semula: sebuah meja bundar kaca dan sepasang kursi rotan. Duduk di atas kursi rotan, bisa langsung melihat langit di luar sana.

Tetapi ketika aku melihat sepasang kursi rotan itu, dalam benakku langsung muncul sosok Isyana. Di balkon ini, aku dan Isyana juga pernah berbincang hingga larut malam selama beberapa kali, tepat karena semua obrolan larut malam itu, barulah aku bisa benar-benar berjalan keluar dari bayangan gelap putus cinta, serta perlahan-lahan jatuh cinta padanya.

Teringat akan Isyana, hatiku terasa sakit tak tertahankan, karena aku tidak tahu apa yang sedang menantikan kami.

Pagi hari keesokannya, setelah memastikan keadaan Raisa, aku berpesan kepada pengasuh dan penjaga, lalu menyetir mobil ke perusahaan. Setelah pembiayaan tahap B, Cantique mempercepat langkah ekspansi, juga ada tidak sedikit karyawan baru yang bergabung ke dalam perusahaan. Mereka mengenaliku, tetapi aku tidak mengenali mereka. Di sepanjang jalan ke lantai atas, banyak sekali orang yang menyapaku, suasana bekerja yang tegang dan sibuk ini membuat suasana hatiku terasa jauh lebih baik.

Setelah naik ke lantai atas, aku tidak kembali ke kantorku, melainkan langsung pergi ke kantor Papang. Aku mengetuk pintu dan berjalan masuk, Papang sedang berdiri di samping meja kerja, dia memegangi gelas kopi di satu tangan sambil membaca laporan di atas meja.

Melihat aku berjalan masuk, Papang bergegas meletakkan gelas kopinya, lalu dia berkata dengan senang sambil menatapku “Ugieku sayang, akhirnya kamu kembali bergabung ke dalam tim, kamu tidak tahu, betapa sibuknya aku dalam beberapa hari ini ketika kamu sedang tidak ada?”

Sambil berkata, Papang pun tertawa.

Karena sebelum pergi, aku telah memberitahu Papang, kali ini aku menangani masalah pribadi. Papang sangat baik dalam hal ini, dia tidak menanyakan hingga ke akarnya, jelas-jelas tahu bahwa aku sudah pulang, tetapi dia juga tidak bertanya mengapa aku tidak datang ke perusahaan. Ini adalah sejenis seni dari seorang pemimpin, sebuah wujud nyata dari kepercayaannya padaku, di saat bersamaan, juga tidak akan membuatku merasakan tekanan dari atasan.

Setelah mengobrol singkat mengenai keadaan perusahaan dalam waktu terdekat, aku bertanya padanya “ Direktur Papang, kemarin Deren sudah membicarakannya denganmu bukan? Hubungi Direktur Viali, mintalah dia datang sebentar.”

Membicarakan hal ini, Papang tersenyum tak berdaya, lalu mengeluh sambil menatapku “Deren memang sudah membicarakannya denganku, aku juga sudah menelepon Direktur Viali sesuai dengan yang kamu katakan, tetapi tak disangka, Direktur Viali beremosi denganku. Kata Direktur Viali, kamu Ugie memiliki masalah dan ingin mengadakan rapat, mengapa membiarkan aku si CEO yang mengumumkannya, apakah Ugie tidak bisa menelepon sendiri? Aku beritahu kamu, Ugie, kamu harus memberikan kompensasi padaku atas masalah ini. Aku tahu ada sebuah kedai makan yang baru saja dibuka di tepi sungai, nanti kamu harus mentraktirku minum.”

Tanpa dipikir, aku segera mengangguk menyetujuinya. Sebenarnya aku juga tahu, alasan Viali marah kepada Papang adalah karena dia ingin menyusahkanku, seharusnya akulah yang menelepon dia, tetapi aku justru meminta Papang untuk meneleponnya.

Aku bertanya lagi “Hari ini Direktur Viali tidak akan tidak datang bukan?”

Papang segera mengangguk “Awalnya Direktur Viali meminta untuk mengadakan rapat virtual karena dia terlalu sibuk, aku juga setuju, tetapi dia berubah pikiran lagi, katanya dia akan naik pesawat paling pagi pada hari ini dan mungkin akan tiba di siang hari.”

Sambil berkata, Papang menunjukku “Hebat yah kamu si bocah ini, hanya satu kalimat kamu saja sudah membuat kami dua orang bos mengikuti arah jalanmu dengan taat.”

Mendengar perkataan Papang, aku tersenyum maaf padanya. Setelah begitu lama bekerja bersama Papang, sebenarnya aku benar-benar sangat senang, Papang adalah seorang pemimpin yang tidak akan mencurigai orang pilihannya, juga tidak akan menggunakan orang yang mencurigakan. Selain itu, Papang juga melepaskan kekuasaan dengan kadar yang tepat, sehingga menjadi mitra kerjanya, memiliki ruang berkreasi yang sepenuhnya.

Setelah mengobrol santai sejenak, aku memberitahu Papang, setelah Viali tiba, kita rapat bersama-sama. Setelah keluar dari kantor Papang, aku langsung pergi ke kantor Amori. Sejak datang ke Cantique, Amori terus menjabat sebagai Direktur Perencanaan, awalnya dia memang sangat berbakat, tetapi dulu ketika di PT. Nogo Internasional, pandangan matanya kurang tinggi. Setelah berlatih di Cantique, dia sudah menjadi seorang pengelola menengah yang sangat unggul.

Setibanya di depan pintu kantor Amori, terdengar alunan lagu dari dalam sana. Setelah mengetuk pintu dan berjalan masuk, aku melihat Amori sedang duduk di depan komputer sambil merokok, dia sedang mengernyit dan matanya melekat erat pada layar komputer.

Melihat aku berjalan masuk, Amori bergegas mematikan musiknya. Dia bangkit berdiri, lalu bertanya padanya “Pak Ugie, baru pulang hari ini?”

Aku menyahut dan berjalan dengan santai ke samping meja kerjanya, lalu bertanya “Amori, apa yang sedang kamu lihat?”

Amori tersenyum canggung, aku menoleh menatap layar monitor, ada sebuah video yang sedang diputar dan telah di-pause oleh Amori. Tetapi ketika aku melihat wanita di dalam video itu, aku kaget sekali, aku tidak menyangka orang yang berdiri di tengah panggung sambil memegangi mikrofon dan sedang menyanyi dengan penuh perasaan itu adalah Elisna.

Aku bergegas duduk di tempat Amori dan memutar video, aku menontonnya bersama Amori. Ternyata, ini adalah ajang pencarian bakat yang diikuti oleh Elisna. Acara ini sangat populer, meskipun aku tidak menontonnya, tetapi pada saat itu aku bahkan ingin mensponsori acara ini dan membeli slot iklan di akhir tayangannya. Tetapi begitu ditelusuri, biaya periklanan dari acara ini sangat mencengangkan, sedangkan pada saat itu, Cantique juga tidak memiliki begitu banyak uang yang bisa digunakan, maka aku hanya bisa melepaskan pikiran itu.

Di dalam video, Elisna sedang menyanyikan lagu Tertawa Dan Lupa dari Faye Wong. Suara Elisna sangat memiliki ciri khas, sebuah lagu yang membawa karakteristik Faye Wong justru memiliki rasa yang berbeda dengan dibawakan oleh Elisna. Di bagian tengahnya, teknik menyanyi Elisna juga mengalami perubahan, dia bahkan menggunakan teknik jazz dan rock untuk mengaransemen setengah bagian terakhir dari lagu.

Begitu bagian ini dinyanyikan, seluruh tempat acara menjadi heboh. Adapun mentor yang tak hentinya menekan tombol, memutar badan untuk Elisna. Ketika Elisna menyanyikan nada terakhirnya, mentor yang terakhir juga ikut memutar badan.

Terdengar sorakan yang meriah dari seluruh tempat acara!

Melihat adegan ini, aku segera menyadari, Elisna akan menjadi viral.

Kemudian, para mentor mulai menanyakan beberapa pertanyaan yang tidak berguna: dari mana asalmu, dulunya apa yang kamu lakukan, apa cita-citamu dan sebagainya. Elisna menjawab semuanya dengan sopan.

Lalu ada seorang mentor wanita yang bertanya pada Elisna “Gadis, ada satu hal yang membuatku sangat penasaran, aku ingat ketika ada mentor yang memutar kursi, penyanyi lain akan sangat bergairah. Kali ini, kami keempat mentor serentak berputar untukmu, mengapa kamu sepertinya tidak bergairah sama sekali?”

Mendengar perkataan mentor wanita itu, seorang mentor pria di sampingnya berkata dengan logat Taiwan “Iya, dia sangat tenang.”

Elisna tersenyum sopan dan menjawab sambil menatap beberapa mentor “Sebenarnya aku juga sangat senang, tetapi tidak sampai bergairah. Alasannya ada dua, pertama, aku tahu dengan kemampuanku, pasti ada dari kalian yang akan berputar untukku.”

Mentor wanita tertawa dengan lantang, lalu bertanya “Lalu yang kedua?”

Novel Terkait

Excellent Love

Excellent Love

RYE
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Tiffany
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
3 tahun yang lalu
The Gravity between Us

The Gravity between Us

Vella Pinky
Percintaan
5 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
4 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Dark Love

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu