Love And Pain, Me And Her - Bab 265 Pertemuan Yang Mengejutkan

Aku tiba-tiba merasa situasi saat ini sangatlah tidak masuk akal. Seorang mantan pacar membujukku atau mengajariku bagaimana cara mengejar pacarku saat ini. Ini adalah sebuah perasaan yang sangat aneh.

Aku sedikit menghela nafas, menatap Raisa kemudian berkata dengan sedikit mabuk, "Raisa! Apakah kamu ingat? Pada awal aku meninggalkan kamu, aku tidak pernah mencarimu. Karena aku tahu ketika pacarku meninggalkanku. Pasti karena ada sesuatu yang aku lakukan dengan kurang baik. Karena aku tidak cukup baik mengapa harus membiarkan orang lain untuk menanggung kekuranganku? "

Ketika mengatakan mengenai kita berdua, ekspresi Raisa menjadi rumit. Dia menatapku sekilas dan kemudian mengalihkan pandangannya melihat ke arah luar jendela.

Sebenarnya, aku tahu perkataan ku tadi hanyalah mencari alasan untukku yang pengecut ini. Mengapa aku tidak pergi saja mencari Isyana, tapi aku takut melihat pandangan kecewa yang diberikan oleh Isyana kepadaku.

Raisa terdiam. Namun aku masih terus menatapnya dan aku melanjutkan bertanya, "Raisa, kamu tahu. Aku bukanlah orang yang suka bergosip tapi aku masih ingin bertanya sesuatu kepadamu."

Raisa kali ini baru menoleh dan memandangku kemudian menjawab dengan ringan, "Tanyakan saja!"

Aku memandangnya dan dengan perlahan bertanya,

"Mengapa kamu memberitahuku kamu pergi ke beijing untuk dinas walaupun sebenarnya kamu ijin pergi kesana?"

Ketika pertanyaan ini keluar, kita semua menatap Raisa. Terutama Veni dengan pandangan mata yang sedikit terkejut. Dapat dilihat Raisa juga memberi tahu Veni bahwa dia pergi ke Beijing untuk melakukan perjalanan bisnis.

Tiba-tiba Raisa tersenyum, dia memiringkan kepalanya dan menatapku. Sambil mendesah dia berkata, "Ugie, sebelumnya aku tidak pernah merasa, namun sejak kapan kamu berubah menjadi seorang yang merasa paling benar?"

Tiba-tiba sikap Raisa berubah menjadi dingin. Nada bicaranya juga mulai mengandung ejekan. Aku tersenyum pahit sambil minum bir tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

Raisa melanjutkan, "Aku memang membohongimu! Namun apakah kamu tahu alasannya? Itu demi menjaga harga dirimu yang menyedihkan itu. Aku takut kamu akan menjadi terluka. Karena kamu hari ini bertanya kepadaku maka aku akan mengatakan yang sebenarnya. Aku pergi ke beijing karena ibu Rehan selama satu tahun ini sudah dirawat inap di rumah sakit di beijing. Pekerjaan Rehan sibuk, sehingga aku sebagai calon menantunya bukankah sudah seharusnya sering pergi untuk mengunjunginya?"

Ketika Raisa selesai berbicara, dia menatapku sambil tersenyum.

Dan aku hanya bisa tersenyum tanpa daya. Ya, aku merasa diriku paling benar. Aku sebelumnya selalu berpikir, Raisa pergi ke beijing mungkin dia menutupinya dari kami karena dia sedang mengalami kesulitan. Tidak ada yang menyangka dia pergi ke beijing untuk mengunjungi calon ibu mertuanya.

Aku tidak mengatakan apa-apa lagi, memegang bir dan meminumnya dalam tegukan besar.

Tidak disadari, langit sudah semakin gelap. Tubuh Veni tidak terlalu sehat sehingga kami tidak berani untuk duduk terlalu lama. Sutan membayar dan kami pun pergi meninggalkan Bar Boss. Raisa membawa mobil dan mengantar Sutan dan Veni ke rumah mereka. Aku dan Robi pulang ke arah yang berbeda sehingga dia memesan taxi dan pulang terlebih dahulu.

Seharusnya aku juga pulang namun aku masih belum mau kembali, sehingga aku berjalan dengan perlahan di pinggir jalan sendirian.

Meskipun hari ini turun salju, namun suhu udara tidak terlalu dingin. Aku pun berjalan sambil merokok sambil memikirkan apa yang harus aku lakukan setelah ini. Aku sudah tidak bisa bergabung dengan KIMFAR, aku juga sudah menolak kesempatan bekerja yang direkomendasikan oleh Bong Casa. Dan aku sudah tidak memiliki energi jika saat ini harus kembali mencari perusahaan kecil untuk bekerja sebagai seorang perencana biasa. Saat ini aku benar-benar bingung terhadap masa depanku.

Setelah melintasi beberapa jalan. Tiba-tiba, aku melihat sebuah klub malam baru yang dibuka di pinggir jalan. Klub ini tidak terlalu kecil, walaupun masih memiliki jarak yang jauh namun aku sudah bisa mendengar suara musik yang memekakkan telinga terdengar dari dalam.

Sudah lama sejak terakhir kali aku pergi ke klub malam. Akupun memutuskan untuk masuk minum sejenak untuk bersantai sepenuhnya.

Setelah melewati koridor dan memasuki aula. Aku melihat lantai dansa besar di mana beberapa pria dan wanita sedang menari di bawah suara musik yang memekakan telinga. Dan di sekelilingnya orang-orang sedang duduk dan minum, sambil bergerak sesuai dengan irama musik yang mereka dengar.

Aku duduk di bar dan memesan tequila. Aku duduk di kursi bar yang tinggi sambil minum sambil mengamati dengan bosan pria dan wanita yang menari melepaskan diri di lantai dansa. Pada suatu saat di jaman dahulu, aku dan Raisa juga pernah beberapa kali pergi ke klub malam untuk melepas penat. Hanya saja waktu telah berubah, aku sudah cukup lama tidak pernah datang ke tempat seperti ini.

Ketika sedang minum, tiba-tiba aku melihat di tempat yang tidak jauh seorang pria paruh baya yang gemuk dan bundar sedang duduk dan memeluk dua orang gadis muda di kanan dan kirinya, sambil tertawa sambil minum alkohol. Bagaimanapun aku tidak pernah menyangka beberapa hari yang lalu Gao le yang sudah menjebakku di kantor Isyana bisa berapa disini menghabiskan waktunya mabuk-mabukan.

Benar-benar kehidupan ini tidak bisa bertemu dimanapun ternyata pada akhirnya bertemu di klub malam .

Setelah memikirkannya sejenak, aku menghabiskan sisa alkohol di dalam gelas dalam satu tegukan. Sebuah rasa pedas masuk dari mulut dan masuk ke dalam perut yang membuat seluruh tubuhku menjadi lebih bersemangat.

Sesudah meletakkan gelas, aku berjalan menuju Gao Le dengan sedikit alkohol dalam pikiranku.

Di bawah suara musik yang menggetarkan itu, Gao Le sedang meraba kedua wanita disampingnya dengan sembarangan. Dia sepertinya tidak menyadari aku sedang mendekatinya .

Aku berdiri di samping kursinya untuk waktu yang lama sebelum Gao Le tiba-tiba mendongak. Ketika melihatku dia terperanga terlebih dahulu. Kemudian dia tertawa dan berkata dengan ekspresi wajah yang tidak berubah ,

"Yo, bukankah ini Pak Ugie? Ayo, duduk, mari kita minum!"

Aku tersenyum dan duduk di hadapan Gao Le.

Gao Le membuka sebotol alkohol yang tidak dikenal di atas meja. Dia mengambil

capitan dan mencapit sebuah es batu dan meletakkannya di dalam gelas kosong. Kemudian baru menuangkan alkohol ke dalam gelas hingga penuh dan meletakkan nya di hadapanku, sambil tertawa dia berkata, "Pak Ugie, sudah lama tidak bertemu. Minum kan? Oh ya, di mana kamu bekerja sekarang?"

Aku memandang Gao Le, dalam hatiku terpancar rasa kagum kepadanya. Orang seperti ini memiliki sikap hati yang sangat baik. Aku dikeluarkan oleh Isyana karenanya. Dia pasti tahu masalah ini. Namun saat ini dia bisa duduk di hadapanku tanpa rasa bersalah sedikitpun sambil mengobrol denganku seakan aku adalah teman lamanya.

Aku mengambil gelas anggur dan meneguknya. Sebuah rasa pedas alkohol langsung membuatku mengerutkan kening. Sementara Gao Le hanya tertawa memandangku dan masih berbicara seperti seorang teman lama.

"Pak Ugie, jangan minum alkohol ini dengan sembarangan. Harga satu botolnya jutaan, Satu gelasmu ini berharga satu juta dua ratus hingga empat ratus ribu."

Dia tersenyum dan kembali tertawa. Kedua gadis di sebelahnya juga ikut tertawa. Seakan-akan di dalam pandangan mereka belum pernah melihat bocah bodoh yang belum melihat dunia sebelumnya.

Aku tidak bersuara sambil mengambil rokok Malboro milik Gao Le, menyalakannya sebatang dan menghisapnya. Sambil menatap Gao Le bertanya, "Pak Gao, aku memiliki pertanyaan yang aku tidak mengerti. Kita tidak memiliki dendam apapun. Bahkan sebelum kejadian ini terjadi pun kita belum pernah bertemu. Namun mengapa kamu bisa melakukan itu kepadaku?"

Suaraku juga sangat tenang. Seakan bertanya ringan kepada seorang teman lama.

Novel Terkait

Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Dark Love

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu
Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
5 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
5 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
5 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
4 tahun yang lalu