Love And Pain, Me And Her - Bab 513 Curahan Hati

Ketika sampai di kantor, Sutan langsung melepaskan jasnya dan langsung melemparkannya ke atas sofa. Dia melepaskan dasi dan menjatuhkan diri di atas sofa.

Melihat Sutan yang mabuk seperti ini, terasa perasaan yang campur aduk di hatiku. Ini sebelumnya adalah teman baikku dan saat ini ketika melihatnya justru muncul rasa jijik dalam hatiku. Aku tahu rasa jijik ini berpusat dari semua yang dia lakukan kepada Veni.

Namun ketika melihatnya yang seperti ini, hatiku sedikit merasa kasihan. Setelah memikirkan nya sejenak, aku langsung bertanya:" Sutan, apakah kamu sedang bertengkar dengan Wulandari?"

Datang semalam ini dan minum banyak alkohol. Aku berpikir dia bertengkar dengan Wulandari.

Ketika mengucapkan ini, Sutan hanya tertawa singkat. Dia menggelengkan kepala dengan mabuk menatapku dan berkata:" Mengapa harus bertengkar? Tidak hanya tidak bertengkar, namun waktu pernikahan kami pun sudah diatur. Aku mencarimu untuk mengundangmu datang ke acara pernikahan kami."

Sutan selesai mengatakannya, dia terus menatapku. Dia dan Wulandari pernah mengundangku datang ke acara pernikahannya di masa depan, namun langsung aku tolak, aku tidak menyetujuinya.

Saat ini Sutan kembali mengatakannya, pemikiranku sama sekali belum berubah. Sambil menggelengkan kepala, aku menatap Sutan dan berkata:" Lupakan saja! Pernikahan tingkat tinggi seperti kalian ini tidak cocok untuk orang sepertiku datangi.“

Sikapku masih dingin seperti sebelumnya.

Ketika aku mengatakannya, Sutan langsung berdiri. Hari ini dia terlalu banyak minum bahkan ketika dia berdiri pun tidak stabil. Setelah terhuyung di tempatnya berdiri beberapa saat. Sutan dengan mabuk berkata:" Ugie, kamu adalah teman paling baikku! Kamu bisa mengatakan tidak mau pergi ke pernikahanku? Apa maksudmu? Apakah kamu tidak menganggapku?"

Suara Sutan sangat besar. Namun aku masih dengan dingin memandangnya, sama sekali tidak berbicara. Di dalam pandanganku dipenuhi ekspresi Veni yang sedih dan depresi. Jika dibandingkan dengan sikap Sutan yang banggga ini, aku lebih kasihan dengan Veni.

Melihatku yang tidak berbicara, Sutan melangkah ke depan, suara nya pun bertambah kencang dan berteriak kepadaku:" Ugie, aku tahu kalian tidak menganggapku karena masalah Veni. Tapi coba kamu beritahu aku, apa yang harus aku lakukan? Apakah kamu berpikir aku ingin melakukan seperti ini? Orang tuaku mendorongku untuk memiliki anak. Mereka pun terjerat hutang yang besar disana, Ayahku harus dioperasi. Menurutmu apa yang harus aku lakukan? Apa yang bisa aku lakukan? Aku hanya bisa menjual diriku, menukar diriku dengan uang untuk menyelamatkan keluarga ini!"

Ketika Sutan mengatakannya, matanya menjadi merah. Kemudian dia bersujud dan menangis dengan menyedihkan.

Sutan adalah orang yang kuat, aku mengetahuinya sejak awal. Dan hari ini, dibawah pengaruh alkohol, dia mengatakan hal yang sesungguhnya, pada saat yang sama mencurahkan tekanan di dalam hatinya ke luar.

Melihat Sutan yang bersujud di tanah, hatiku menjadi tidak nyaman bahkan aku ingin menghiburnya. Semua yang dia katakan ini, aku tahu adalah hal yang sesungguhnya.

Namun aku sama sekali tidak bergerak. Sambil menghela nafas, aku dengan sedikit enggan berkata:" Jadi kamu mengorbankan Veni demi keluargamu, ya kan?"

Ketika aku mengatakannya, Sutan menaikkan pandangannya, menatapku, sambil menggelengkan kepala berkata:" Ugie, apakah kamu mengira aku tidak sedih? Aku mencintai Veni, sangat mencintainya, samua ini kamu ketahui. Beberapa saat ketika dia pergi, aku terus mencarinya."

Sebelum Sutan selesai berkata, aku langsung memotongnya dan berkata:" Sutan, jika kamu ingin berbuat yang terbaik untuk Veni. Aku berharap kamu tidak perlu mengganggu kehidupannya lagi. Walaupun aku tidak tahu dia sekatang dimana namun aku tahu, dia pasti sedang berusaha untuk melupakanmu."

Sutan langsung berdiri, dia menatapku dan bertanya:" Ugie, apakah Veni benar-benar tidak menghubungi kalian?"

Pertanyaan Sutan ini membuatku tidak mengerti. Sambil menatapnya, aku menganggukkan kepala dalam diam.

Sutan pun menghela nafas, kembali menatapku dan bertanya:" Jika Veni datang ke upacara pernikahanku, apakah kamu akan pergi?"

Perkataan Sutan langsung membuatku tidak senang. Sambil melihat Sutan, aku mengerutkan kening dan dengan tidak puas berkata:" Sutan, apakah kamu merasa kamu masih belum cukup melukai Veni? Kamu masih ingin menyuruhnya untuk menghadiri upacara pernikahan kalian? Apa yang sebenarnya kamu inginkan?"

Ketika perkataanku ini diucapkan, Sutan langsung tertawa. Dia menggelengkan kepala dengan perlahan dan sambil menatapku berkata:" Ugie, bukan aku yang ingin dia datang, dia lah yang memberitahuku, dia pasti akan datang untuk memberikan ucapan kepada kami."

Perkataan Sutan ini membuatku terkejut dan tidak bisa menutup mulutku. Kami semua tidak tahu keberadaan Veni saat ini. Dan Sutan justru masih mempertahankan komunikasi dengannya.

Aku langsung bertanya kepadanya:“ Kalian masih berkomunikasi?” Apakah kamu memberitahu dia? Kamu akan menikah?"

Sutan kembali menggelengkan kepala. Dia menatapku dan kembali dengan menghela nafas nya berkata:" Aku juga tidak bisa menghubunginya. Beberapa hari lalu, Wulandari menyuruhku untuk mengirim foto kamar pengantin dan kartu pernikahan kami ke grup teman. Tidak menyangka, Veni memberi komentar di bawahnya. Dia berkata bahwa dia pasti akan datang ke pernikahan kami, datang sendiri untuk memberi ucapan selamat kepadaku dan Wulandari."

Ketika Sutan mengatakannya, aku pun langsung teringat, beberapa saat lalu karena marah dengannya, aku langsung memblokirnya dari temanku. Sehingga pesan yang dikirimkan oleh Veni pasti tidak terlihat olehku.

Aku pun menjadi lebih khawatir dengan Veni. Dia mencintai Sutan dalam suka dan duka cukup lama dan saat ini, dia akan melihat Sutan yang menggandeng tangan wanita lain masuk ke dalam aula pernikahan. Aku tidak tahu pukulan sebesar apa yang dia alami saat ini.

Setelah sedikit menghela nafas, aku dengan tidak berdaya menggelengkan kepala dan dengan tersenyum pahit berkata:" Sutan, kamu hebat ya! Aku tidak tahu, sebenarnya kamu mau sampai kapan menyakiti Veni?"

Sambil mengatakannya, aku mengeluarkan sebatang rokok dan menghisapnya dalam-dalam. sambil menatap Sutan, aku kembali berkata:" Namun apa yang ingin aku sampaikan, aku pasti akan datang ke pernikahanmu. Tidak hanya aku pergi, Robi juga akan pergi. Bagaimana, kali ini kamu puas kan?"

Sebenarnya tidak perlu aku bicarakan, Sutan pasti akan menebak Robi akan datang, karena Veni.

Malam ini, Sutan berbicara banyak denganku. Namun semua nya adalah curahan hatinya, dia memberitahuku kesulitannya. Terutama membicarakan orang tuanya, dia pun menangis kencang. Aku mengasihaninya namun pada saat yang sama membenci cara yang dia lakukan.

Dalam benakku terus terbayang bayangan dari Veni. Aku tidak tahu, ketika pernikahan Sutan nanti, bagaimana Veni akan menghadapinya. Aku pun lebih tidak tahu apa yang akan terjadi pada pernikahan Sutan.

Novel Terkait

Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Perjalanan Selingkuh

Perjalanan Selingkuh

Linda
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Lelaki Greget

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Diamond Lover

Diamond Lover

Lena
Kejam
4 tahun yang lalu
My Beautiful Teacher

My Beautiful Teacher

Haikal Chandra
Adventure
3 tahun yang lalu
My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
3 tahun yang lalu