Love And Pain, Me And Her - Bab 162 Pengunduran Diri

Isyana tidak menyangka emosiku akan meledak seperti ini. Dia mengambil langkah cepat ke depan, mengerutkan kening dan berkata dengan nada meminta maaf, "Ugie, aku sudah meminta maaf kepada kamu! Maaf, aku tidak pernah memikirkan bahwa kamu akan terlalu peduli masalah ini "

aku kembali menyela Isyana dan berkata dengan dingin, "Isyana, Kamu salah! Yang aku permasalahkan bukan mengenai masalah ini dan bukan mengenai ketidakbersalahan aku. Namun yang aku keberatan adalah sikap dan kepercayaan kamu terhadap aku. Isyana, kamu seharusnya tidak melakukan ini padaku ”

Setelah berkata ini, aku pun menghela nafas. Dengan perlahan mengeluarkan surat pengunduran diri yang sudah aku tulis dan meletakkannya di atas meja, menatap Isyana dan berkata, "Ini surat pengunduran diri aku. Tapi kamu bisa tenang, Hal yang sudah aku janjikan kepada Bong Casa hari ini, masih akan terus aku kerjakan. aku akan menunggu setelah semua permasalahan ini selesai sebelum meninggalkan tempat ini. "

Isyana terpana. Cara yang aku lakukan benar-benar jauh di luar dugaannya. Dia dengan cepat berjalan ke depan meja, membuka surat pengunduran diri, dan membaca delapan kata yang tertulis di dalamnya, "Lebih baik berpisah demi mendapatkan kebahagian masing-masing !"

Isyana tersenyum dengan dingin. Dia menatapku, emosinya pun sedikit bergejolak.

"Ugie! Apa kamu begitu ingin untuk meninggalkan Nogo?"

Isyana menatapku, aku juga memandangnya. Kami berdua pun saling bertatapan. Pandangan matanya terkandung rasa sedih dan kegalauan.

Pada saat itu, hatiku pun melunak.

Tanpa sadar aku pun mengingat masa singkat kami sebelumnya. Masa dimana, tidak ada terlalu banyak kekhawatiran dan kecurigaan.Yang ada hanyalah perasaan saling menyukai.

aku tidak tahu dari mana keberanian ini berasal, aku memandang Isyana dan dengan perlahan berjalan ke arahnya.

Isyana tampaknya menyadari bahwa ada sesuatu yang salah, karena dia tanpa sadar melangkah mundur ke belakang. Namun aku maju ke depan, dia kembali mundur, aku kembali maju ke depan. Isyana dibuat terpojok di depan jendela kaca tinggi itu oleh aku.

"Ugie, apa yang ingin kamu lakukan?"

Isyana sedikit gugup, wajahnya pun memerah. Sepasang bola mata besar jernih dengan cemas menatapku.

aku tidak berbicara, hanya terus menatap Isyana.

Tiba-tiba, aku mengulurkan tangan dan memeluk Isyana kedalam pelukan aku. Sambil menundukkan kepala aku berusaha mencium langsung bibir merahnya.

Isyana pun segera berusaha memberontak, berusaha untuk mendorongku menjauh. Tapi kekuatannya terlalu kecil, sama sekali tidak dapat melepaskan pelukan tanganku.

Tetapi Isyana menolak untuk menyerah, dia terus menggelengkan kepalanya berusaha untuk melepaskan diri dari kendaliku. aku yang tidak sabar. menggunakan salah satu tangan untuk memegang rambutnya, memeluknya dengan erat.

Akhirnya, aku berhasil mencium bibir Isyana. Perjuangan Isyana semakin sedikit. Dia tampaknya telah menerima ciuman aku, walaupun dia benar-benar pasif dan menolak untuk menanggapi aku.

aku ingin membalasnya, membalas semua perlakuannya beberapa waktu ini. aku ingin memberitahunya, bahwa betapa aku sangat peduli padanya. aku menciumnya dengan kuat, seakan ingin menumpahkan semua perasaan yang aku miliki beberapa waktu terakhir dalam ciuman ini.

Isyana tidak lagi menolak, dan dia dengan perlahan mulai merespons ku. aku pun mulai merasa mabuk, Karena ini adalah semacam kebahagiaan, yang hanya muncul di dalam mimpi, namun hari ini akhirnya menjadi kenyataan.

aku seperti seorang bayi yang serakah, mengisap tanpa henti.yang membuat aku menjadi lupa akan waktu dan lokasi. Yang aku ketahui hanyalah Isyana berada di dalam pelukanku.

Setelah beberapa saat, Isyana tiba-tiba mendorongku menjauh.

Dia menunduk dan terengah-engah. Pada wajahnya yang putih muncul gurat kemerahan karena malu. aku bisa merasakan bahwa Isyana sangat gugup, terlalu gugup hingga tidak berani untuk menatapku.

Aku menatapnya dan jantungku masih berdegup kencang. Sepertinya aku masih belum keluar dari kebahagiaan yang baru saja terjadi, semua yang ada di depan aku membuat aku merasa bukanlah kenyataan.

Kami berdua masing-masing terdiam. Namun dalam keheningan ini terdapat sebuah perasaan yang hangat dan berdenyut. Setelah beberapa saat, aku dengan lembut memegang lengan Isyana, sambil memandangnya aku berkata dengan serius, "Isyana, jadilah pacarku ya ?"

Isyana mengangkat kepalanya dan menatapku. Air matanya mengalir. Dia sedikit tersenyum, senyuman yang sangat indah. Namun dia menggelengkan kepalanya dan dengan lembut berkata, "Tidak!"

"Kenapa?"

aku bertanya.

Isyana memiringkan kepalanya, dia menatapku dengan ekspresi yang malu namun imut.

"Ugie, apakah kamu lupa? Kita sudah sepakat,Jika kamu bisa memperlakukan ku lebih baik dari pacarmu yang dulu Raisa. aku baru akan menjadi pacarmu! Kamu baru saja membentakku, jika saat ini menjadi pacarmu, aku tidak akan setuju! "

aku pun tersenyum pahit! aku tidak tahu apakah kata-katanya saat ini adalah kemanjaan dari seorang wanita atau pikiran sesungguhnya dari hatinya.

aku langsung berkata kepadanya, "Isyana, aku berjanji padamu! Asalkan kamu mau menjadi pacarku. Aku akan berbuat yang terbaik kepadamu! Akan lebih baik daripada siapa pun!"

Ini adalah satu-satunya hal yang bisa aku janjikan! Meskipun tidak bisa memberinya materi, Asal dia setuju, aku akan menggunakan caraku untuk memperlakukannya dengan terbaik!

Sangat disayangkan Isyana kembali menggelengkan kepalanya, dia menatapku dan berkata dengan lembut, "Ugie, kita sudah bersepakat sebelumnya. Biarkan kita melakukan berdasarkan kesepakatan kita yang terakhir ya?aku mengaku,bahwa aku mempunyai perasaan kepadamu, namun aku masih belum bisa memastikan, apakah ini rasa suka atau rasa cinta ? aku harap suatu hari nanti ketika kita bersama, bukan hanya murni perasaan dan juga bukan hanya rasa suka yang sederhana. Melainkan sebuah cinta yang bisa dijaga satu sama lain seumur hidup. Tunggulah sebentar ya? "

Aku menatap Isyana, tiba-tiba aku menyadari. aku seharusnya mengenalnya kembali. aku yang awalnya mengira dia selalu menggunakan perasaan, Namun saat ini aku menemukan. Perasaan yang dia punya terkandung logika yang jarang dimiliki oleh perempuan lain. Poin ini, aku tidak bisa melakukannya !

Melihat aku tidak berbicara, tiba-tiba Isyana tersenyum. Dia mencubit daguku dan bertanya, "Kenapa, apakah kamu masih marah?"

Aku menggelengkan kepala!

aku baru saja marah sebelumnya, Perasaan dimana tidak dipercayai oleh orang yang aku sukai bukanlah perasaan yang menyenangkan. Namun ketika Isyana mengembalikan perlakuan lembutnya kepada aku, semua kemarahan itu pun segera menguap.

Isyana, seorang wanita yang bagiku seperti memiliki sihir. aku telah sepenuhnya tertangkap olehnya!

Isyana mendorongku dengan lembut, dan dia merapikan rambutnya. Kemudian, kembali ke posisinya sebagai presiden. Sambil tersenyum kepadaku berkata, "Ugie, sekarang waktu kerja, mari kita bicarakan tentang pekerjaan"

Aku tersenyum pahit, karena dalam pikiranku saat ini dipenuhi dengan kejadian yang baru saja terjadi. Sama sekali tidak ada keinginan untuk membahas pekerjaan.

Isyana tampaknya sudah kembali masuk ke dalam moodnya. Dia mengambil surat pengunduran diri aku, menatap aku sambil tersenyum, dan dengan sengaja mengguncang aku beberapa kali dan berkata, "Ugie, apakah kamu masih akan mengundurkan diri?"

Ketika dia mengangkat topik ini, Perasaan aku menjadi sedikit kontradiktif. aku duduk di seberang Isyana, mengeluarkan sebatang rokok. Setelah menyalakannya, menghirupnya dalam-dalam.

Novel Terkait

Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
4 tahun yang lalu
Cutie Mom

Cutie Mom

Alexia
CEO
5 tahun yang lalu
Get Back To You

Get Back To You

Lexy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu
Wanita Pengganti Idaman William

Wanita Pengganti Idaman William

Jeanne
Merayu Gadis
5 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
5 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
5 tahun yang lalu
Excellent Love

Excellent Love

RYE
CEO
4 tahun yang lalu