Love And Pain, Me And Her - Bab 268 Kebebasan

Aku menolak saran dari polisi pria itu. Dia terlihat sedikit tanpa daya, menggelengkan kepalanya dan mengantarku kembali ke dalam sel.

Ini ditakdirkan untuk menjadi malam untuk sulit tidur. Kondisi di luar sangat gelap hanya ada lampu di koridor yang diaktifkan oleh suara yang terkadang menyala dan kadang mati.

Meskipun aku tidak tahu jam berapa sekarang, Namun aku tahu saat ini pasti sudah tengah malam. Aku sama sekali tidak mengantuk dan hanya termenung terduduk di tanah dengan punggung bersandar di dinding.

Aku tidak tahu, apa yang akan menungguku selanjutnya? Tetapi aku tahu aku takut kali ini, aku tidak akan bisa melarikan diri.

Di dalam kantor polisi, suara langkah kaki perlahan-lahan menjadi banyak. Hari yang baru kembali datang, namun perasaan hatiku masih sama gelisah seperti kemarin.

Tidak tahu sudah berapa lama, namun pintu besi sel kembali terbuka. Seorang polisi masuk dan berteriak kepadaku dengan dingin , "Ugie, kamu keluar."

Aku berdiri dengan perlahan. Kakiku agak mati rasa setelah berjalan beberapa saat kakiku baru kembali seperti normal.

Kali ini polisi tidak membawaku ke ruang interogasi. Namun sebuah kantor biasa. Ketika aku masuk, aku melihat polisi yang kemarin mengintrogasiku sedang melihat sebuah dokumen.

Ketika melihatku masuk, dia meletakkan dokumen di tangannya. Dan mengambil selembar kertas dari meja dan memberikan sebatang pulpen kepadaku dan berkata "Ayo, tanda tangan di sini!"

Polisi itu menunjuk dengan jarinya ke tempat yang harus ditanda tangani. Sementara jarinya menutupi tulisan yang ada di atasnya. Aku juga tidak bisa melihat secara jelas apa yang ditulis di atasnya.

Ketika aku menandatanganinya, dia kembali membuka laci mejanya. Dia mengeluarkan barang dari dalam satu-per satu. Ada ponsel, dompet, kunci juga rokok dan koreknya. Ini adalah barang yang aku serahkan kepada mereka kemarin.

Polisi itu menunjuk barang-barang ini sambil menatapku berkata, "Apakah ini semua adalah barangmu? Apakah ada barang yang kurang?"

Aku menatap singkat dan kemudian perlahan-lahan menggelengkan kepala.

Polisi itu memandangku yang tercengang dan langsung terkekeh, " Kenapa masih tidak diambil? Apa menungguku untuk membereskannya kepadamu?"

Aku menjadi lebih terpana. Aku memandangnya dengan curiga dan bertanya dengan hati-hati, "Pak, apakah maksud anda aku sudah bisa pergi dari sini?"

"Kenapa? Apakah masih tidak mau pergi?"

" Mau!"

Aku buru-buru memasukkan barang-barangku. Dan polisi itu menjelaskan kepadaku, "Kamu sangat beruntung. Ada orang yang sudah mencari orang bernama Gao itu dan dia pun sudah setuju untuk mediasi dan tidak menuntut tanggung jawabmu. Orang ini juga sudah membayarkan denda dan menjadi penjamin untukmu. Jika tidak apa kamu pikir kamu bisa keluar dengan mudah meninggalkan tempat ini? "

Aku menatap polisi dengan tercengang setelah beberapa saat baru mengatakan "terima kasih".

Aku pun berbalik dan keluar dari pintu.Namun hatiku masih dipenuhi kegelisahan. Orang yang bisa membuat Gao Le dengan sulit untuk setuju bermediasi, aku tidak bisa memikirkan orang lain yang bisa melakukannya ini selain Isyana. Namun sejak aku masuk ke dalam penjara bahkan Robi pun tidak mengetahuinya. Bagaimana mungkin Isyana bisa mengetahuinya?

Setelah keluar dari kantor polisi, matahari bersinar di luar dengan terik. Sinar matahari itu bersinar di atas tanah yang dipenuhi salju dan menyilaukan mataku hingga tidak bisa membukanya.

Ketika aku menuruni tangga belum melangkah lebih dari dua langkah. Tiba-tiba aku melihat sebuah mobil Lexus merah anggur yang diparkir di tepi jalan. Dan dua wanita sedang berdiri di samping mobil. Mereka adalah orang yang sangat aku kenal.

Isyana dan Lulu!

Isyana berdiri di samping mobil, dia menatapku, dan aku juga memandangnya. Kami hanya saling menatap tidak ada yang mengatakan sepatah kata pun. Sudah lebih dari setengah bulan tidak bertemu, sepertinya Isyana tampak lebih kurus dari sebelumnya. Namun dia masih saja tampak cantik. Aura keanggunannya membuat orang lain merasa keterasingan yang hanya bisa dilihat dari jauh.

Aku menebak dengan benar, Orang yang menjaminku keluar dari kantor polisi adalah Isyana. Aku sudah ingin mengucapkan "terima kasih" kepadanya, namun ketika ucapan itu sudah sampai ke ujung mulut, aku tidak bisa mengucapkan nya sama sekali.

Kami berdua hanya saling menatap dengan kosong. Setelah beberapa saat, Isyana membuka pintu mobil dan naik ke dalam mobil dalam diam.

Mobil Lexus itu pun perlahan-lahan bergerak. Dan ketika melewatiku aku dengan jelas dapat melihat air mata yang jatuh di wajah dinginnya.

Rasa sakit dalam hati itu kembali muncul. Aku hanya bisa melihat bayangan mobil yang perlahan-lahan menjauh hingga akhirnya tidak terlihat pada pandanganku.

"Ugie!"

Tiba-tiba seseorang meneriakkan namaku. Ketika aku berbalik, aku melihat Robi bergegas turun dari taksi. Dia berlari ke arahku dengan cepat. Dia memandangku dari atas ke bawah dan bertanya dengan prihatin.

"Kamu bukan teman yang baik. Menyuruhku pulang dan kamu pergi sendirian membalas dendam dengan Gao itu! Mengapa kamu tidak memanggilku?"

Aku memandang Robi sambil tersenyum. Dia ternyata berpikir bahwa aku dengan sengaja pergi mencari Gao untuk membalas dendam. Namun aku tidak menjelaskan lebih banyak dan segera bertanya kepadanya, "Robi, bagaimana kamu tahu bahwa aku berada di kantor polisi?"

Robi memberiku sebatang rokok, dia juga menyalakan sebatang rokok untuknya, setelah menghisapnya sesaat, dia baru berkata kepadaku, "Lulu yang memberitahuku. Dia menelponmu sepertinya untuk menanyakan sesuatu. Ternyata yang menerimanya adalah seorang polisi, polisi itu pun segera menceritakan kepadanya kejadiannya. Dia memberitahu Isyana terlebih dahulu dan kemudian memberitahuku. Jika tidak bagaimana aku bisa tahu kamu sudah mendekam dalam penjara semalaman? "

Aku tersenyum pahit. Kali ini aku baru mengerti ternyata Lulu lah yang tanpa sengaja menelponku dan menyelamatkanmu untuk keluar dari dalam penjara.

Robi melihatku yang masih termenung kemudian mendorongku dan kembali berkata, "Ugie, aku mendengar Lulu berkata. ketika Isyana mendengar berita ini dia menjadi sangat panik. Dia pun membawa Lulu untuk pergi mencari orang bernama Gao itu. Aku mendengar awalnya dia tidak setuju bermediasi. Namun Isyana memberitahunya, walaupun dia saat ini tidak bekerja di gruP. Namun dia masih bisa mengeluarkannya dari perusahaan dengan mudah. Karena itu dia akhirnya setuju bermediasi. "

Perkataan Robi ini kembali membuat hatiku menjadi sakit. Pada saat yang sama aku merasa terharu dan bersalah.

Melihatku yang tidak berbicara dan hanya berdiri termenung di tempat yang sama, Robi kembali menepuk pundakku dan berkata, "Ayo, kita pergi dulu ke tokoku, aku akan memasakkan mie terlebih dahulu. Sepertinya kamu sudah kelaparan kan?"

Jika Robi tidak mengatakannya, aku mungkin tidak merasakannya. Namun ketika dia mengatakan ini perutku pun mulai berbunyi.

Aku dan Robi pergi ke toko bunga menggunakan taxi. Saat ini sudah hampir siang. Namun tidak ada pelanggan sama sekali di dalam. Hanya ada dua orang pelayan yang sedang memainkan ponselnya karena bosan.

Robi tampaknya tidak terlalu peduli dengan ini dan kami berdua langsung naik ke lantai atas. Dia menyuruh pelayan untuk memberiku secangkir kopi. Dia pun pergi ke dapur memasakkan mie untukku. Aku pun minum kopi sambil merokok namun dalam pandanganku masih saja terbesit bayangan dari Isyana. Terutama ketika dia melewatiku dan air matanya yang jatuh dari sudut matanya memukul hatiku berulang kali.

Beberapa saat kemudian, Robi membawa semangkuk besar mie dan berjalan masuk dengan hati-hati. Dia sambil berjalan sambil berkata, "Ugie, hanya kamulah yang bisa membuatku masuk ke dapur dan memasak untukmu, Mana ada orang lain yang bisa? Kamu harus ingat hutang budimu ini, Lebih sering memikirkan semangkuk mie yang kubuat ini ketika kamu sedang tidak sibuk."

Aku dan Robi bercanda dengan santai. Aku juga dengan santai membalas perkataannya, "Kenapa? Bukankah kamu juga memasakkan untuk Veni?"

Novel Terkait

Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
The Break-up Guru

The Break-up Guru

Jose
18+
4 tahun yang lalu
My Superhero

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Pria Misteriusku

Pria Misteriusku

Lyly
Romantis
3 tahun yang lalu
Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Shuran
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu