Love And Pain, Me And Her - Bab 343 Berbagi Tempat Tidur

Pertanyaan dari Viali langsung membuatku terpana. Karena di dalam pandanganku, dunia Viali hanyalah pekerjaan. Namun dia bisa menanyakan apakah Isyana cantik. Aku pun tersenyum, bagaimanapun Viali adalah wanita yang akan memiliki rasa cinta dan benci serta rasa keserakahan, kebencian dan khayalan.

Aku menjawab dengan menganggukkan kepala sambil melihat wajahnya yang kemerahan," Cantik, sangat cantik. Lebih cantik dibanding wanita yang lain."

Sebenarnya kalimat terakhir yang ingin aku ucapkan adalah lebih cantik dari kamu. Namun melihat pandangan dingin dari Viali, aku pun menjadi tidak berani mengatakannya.

Sejujurnya Viali juga cantik. Namun kecantikannya lebih seperti kecantikan yang dingin. Kecantikan ini membuat orang yang melihatnya akan merasa suatu jarak. Seakan-akan jika mendekatinya akan terluka oleh duri dinginnya. Sementara Isyana berbeda, walaupun dia sombong namun tidak membuat orang lain ingin menjauhinya.

Ketika aku mengucapkan ini, Viali mengambil gelas dan langsung meneguknya hingga habis. Sesudah setengah gelas ini diminum, Viali sudah minum hampir 5 ons. Ketika gelas ini sudah diletakkan di atas meja, dia dengan mencibir dan merendahkan berkata," Tidak ada laki-laki yang bagus di dunia ini!"

Aku tidak tahu darimana datang penilaian ini. Namun aku masih menahan diri dan bertanya kepadanya," Viali, mendengar ucapanmu ini, apakah karena kamu pernah dilukai oleh pria lain?"

Viali mendengus, memandangku dan berkata," Laki-laki yang bisa melukaiku itu masih belum lahir!"

Aku tidak bisa menahan diri dan mengangkat bahu, darimana kesombongan ini berasal dan bisa mengatakan hal ini. Viali kembali menambahkan "Dalam pandanganku tidak dibedakan antara laki-laki dan wanita, di pandanganku hanya ada orang yang berkemampuan dan orang yang tidak berguna!"

Sambil mengatakannya dia menatapku. Aku tidak berani membalas perkataannya, jika aku membalasnya pasti dia akan memakiku sebagai jenis orang yang tidak berguna.

Ketika melihat waktu yang sudah cukup malam, aku pun menggunakan tangan memanggil pelayan dan berkata "Pelayan, tolong bill nya!“

“Siapa yang menyuruhmu untuk bergerak?"

Perkataanku ini membuat Viali tidak senang. Dia memelototiku dan berkata,“ Aku belum selesai bertanya, jangan mengira kamu bisa melepaskan diri dengan mudah."

Aku dengan wajah yang sulit menatapnya dan berbisik kepadanya," Bu Viali, besok aku masih harus menghadiri rapat proposal yang penting."

Viali tersenyum dingin, dia mengambil gelas kosong di tangannya dan berkata," Maaf, saat ini aku hanya ingin minum. Jika aku tidak minum sampai puas malam ini, aku berani menjamin rapat mu besok pasti tidak akan terjadi.”

Aku tidak menyangka Viali akan mengancamku. Namun aku percaya atas apa yang dia bicarakan. Pada kantor Presdir Hartono hari ini saja aku sudah bisa merasakan rasa hormat Presdir Hartono kepada Viali. Aku tidak banyak bicara karena pertama aku tidak ingin dia mencampuri rapat besok hari. Selain itu aku takut dia akan membuatku meminum alkohol.

Sisa waktu setelahnya aku habiskan dengan prosedur yang membosankan. Dia sambil minum dan makan dan mulai menanyakan berbagai pertanyaan yang membosankan kepadaku. Aku juga harus menjawab setiap pertanyaannya. Namun setiap jawaban yang aku jawab hampir tidak ada yang membuatnya puas. Dia terus menyindirku namun aku terus menahan diri.

Tidak terasa, Viali sudah minum lebih dari satu liter. Hingga pada akhirnya dia meminum isi gelas hingga habis dan menyuruhku untuk pergi membayar.

Aku pun keluar bersama dengan Viali. Pemandangan dari langit malam di Shanghai sangatlah indah. Dengan angin yang berdesir membuatku tidak bisa menahan diri dan menggigil.

Aku menatap singkat Viali, salut di dalam hati dengan kemampuan meminumnya. Tiba-tiba terdengar suara, Viali sedang berlari ke arah tempat sampah. Dia ternyata muntah.

Aku segera berlari ke arahnya, menepuk pundaknya dengan ringan. Namun ketika aku menepuknya, Viali langsung membuang lenganku ke samping dan berkata, "Lepaskan!"

Aku ingin pergi, sangat ingin pergi. Namun aku tidak berani!

Walaupun tidak ada rapat proposal pada hari kedua, bagaimanapun juga dia adalah kakak dari Robi.Pada saat ini, aku tidak bisa meninggalkannya begitu saja. Aku pun pergi ke sebelah dan membeli sebotol air, ketika aku kembali. Aku melihat Viali yang masih berjongkok di lantai, dia benar-benar terlalu banyak minum, saat ini dia sudah tidak sadar.

Setelah dengan cukup sulit menyuruhnya untuk minum air. Aku tidak menyangka, ketika dia meminum minuman itu, dia kembali muntah dan yang paling membuatku tidak berdaya adalah dia bukan saja muntah di tubuhnya namun terkena ke tubuhku.

Yang membuatku paling marah adalah aku ingin menelpon asistennya. Namun aku menemukan tidak hanya dia tidak membawa dompet, dia juga tidak membawa ponselnya. Ketika aku menelpon nomornya walaupun terhubung namun tidak ada yang mengangkatnya.

Aku pun menuntun Viali yang sudah tidak bisa berjalan dengan stabil, sambil bertanya kepadanya," Viali, dimana kamu tinggal? Aku akan mengantarmu kesana."

Viali hanya tertawa ringan, namun tidak mengucapkan sepatah katapun. Ketika kembali bertanya kepadanya, dia malah menyandarkan kepalanya ke pundakku sambil berkata dengan tidak masuk akal," Robi, aku ingin tidur, aku mau tidur."

Aku hanya terdiam! Dia menganggapku sebagai Robi!

Melihat Viali yang sudah mabuk seperti ini, aku hanya bisa menghela nafas tanpa daya di dalam hatiku. Viali benar-benar orang yang berpura-pura kuat, tidak hanya dalam pekerjaan, tidak menyangka saat minum pun juga seperti itu.

Waktu sudah menunjukkan pukul dua belas malam, aku tidak memiliki pilihan lain, hanya bisa menuntunnya ke hotel yang aku tinggali. Karena kamar yang aku pesan adalah kamar dengan tempat tidur ukuran besar. Kita berdua tidak terlalu cocok jika tidur bersama. Aku pun pergi ke resepsionis untuk membuka satu kamar lagi untuknya. Namun ketika menanyakan ini ke resepsionis, ternyata semua kamar sudah penuh dan tidak ada kamar tersedia.

Dalam keputusasaan ini, aku hanya bisa menuntun Viali kembali ke kamarku.

Ketika memasuki kamar, Viali seperti orang yang tidak bertulang dan langsung terbaring. Aku segera menariknya dan menggendongnya, akhirnya bisa membawanya ke atas tempat tidur. Dia dengan cepat berbaring namun hal ini membuatku bingung.

’Hotel yang aku tinggali adalah hotel yang murah. Bahkan dalam kamar ini tidak ada sofa. Besok aku harus menghadiri rapat proposal penting. Jika aku ingin beristirahat dengan baik hanya bisa berbagi tempat tidur dengan Viali.

Tidak ada pilihan lain, aku hanya bisa berjalan ke samping tempat tidur, bersiap untuk bertahan selama satu malam. Namun ketika aku melihat Viali, aku langsung mengerutkan kening. Dia baru saja muntah di seluruh bajunya, bau nya sudah menyebar kemana-mana. Walaupun dia tahan tidur seperti ini, namun aku tidak akan bisa tahan.

Kali ini aku dengan tidak ragu memutuskan untuk melepas baju luarnya.

Aku berjalan ke depan, menopang Viali dan membantunya melepas pakaian luarnya.

Aku bukanlah seorang gentleman namun aku juga bukan orang jahat. Ketika membantunya melepaskan baju luarnya, hatiku sudah seperti air. Pada awalnya yang tidak memiliki pemikiran lain terhadapnya. Namun ketika tubuhnya hanya tersisa selembar baju kemeja yang tipis. Hatiku juga bisa dengan gelisah bergejolak.

Sejujurnya sebelumnya aku dan Viali juga sudah beberapa kali bertemu, Namun selain merasa parasnya yang cukup cantik, aku tidak merasakan hal yang lain.

Namun kali ini berbeda dengan sebelumnya, dia bersandar di tubuhku. Kali ini aku baru menyadari bahwa tubuh Viali sangat bagus. Lekukan tubuh depan dan belakangnya bukanlah menawan yang biasa.

Jika orang mengatakan bahwa orang yang hatinya tidak tergugah pasti dia berbohong, Bagaimanapun juga aku tetaplah laki-laki yang normal. Namun aku hanya bisa menatapnya sekilas dan langsung berbaring di tempatku. Tidak hanya karena saat ini aku sedang mengejar Isyana, walaupun saat ini aku sendiri, aku juga tidak akan pergi mengganggu wanita sedingin es di sebelahku ini.

Novel Terkait

Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
 Istri Pengkhianat

Istri Pengkhianat

Subardi
18+
4 tahun yang lalu
Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
4 tahun yang lalu
Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
4 tahun yang lalu
Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Lifetime

My Lifetime

Devina
Percintaan
3 tahun yang lalu
Pernikahan Tak Sempurna

Pernikahan Tak Sempurna

Azalea_
Percintaan
3 tahun yang lalu
Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu