Love And Pain, Me And Her - Bab 200 Apakah Kamu Masih Ingat

Jane melihatku tidak berbicara, dia sedikit tersenyum. Lalu mengatakan, "Ugie, sebelumnya aku minta maaf dulu padamu, karena penasaran, jadi aku mencari tahu tentang Raisa. Sebenarnya, aku merasa kasihan padamu Pasangan yang paling diakui di perusahaan, ternyata berakhir dengan perselingkuhan."

Kata-kata Jane membuatku sedikit jengkel. Aku memandangnya, lalu berkata padanya sambil tersenyum pahit, "Jane, kalau tidak ada yang lain, aku pulang dulu.”

"Tunggu, ada satu hal lagi yang ingin aku tanyakan padamu.”

Malam ini Jane banyak sekali bertanya.

Aku mengeluarkan sebatang rokok, setelah menyalakannya, aku menghirup sedikit, lalu memandangnya, dan berkata perlahan, "Jika ini masih tentang Raisa, jangan tanya, aku tidak membicarakannya.”

Jane tersenyum dan menggelengkan kepalanya, "Ini tidak ada hubungannya dengan Raisa. Aku ingin tahu, sudah sampai mana perkembanganmu dengan Isyana?"

Aku tersenyum pahit dan bertanya pada Jane, "Jane, kamu sepertinya lebih tertarik dengan kehidupan pribadiku.”

Jane memiringkan kepalanya, menatapku, dan berkata tanpa ragu, "Tentu saja, kita sekarang adalah rekan. Kamu akan segera menjadi teman tapi mesraku untuk satu hari. Tentu saja aku tertarik dengan urusanmu."

Jane sangat berlapang dada, dia tidak peduli dengan sarkasmeku sama sekali.

Aku tersenyum dan mengatakan yang sebenarnya, "Aku mengejarnya, tetapi dia menolak.”

Jane mengangguk sambil tersenyum, dan bertanya lagi, "Apakah kamu pikir kamu bisa bersaing dengan Don Juan Romino?"

Kata-kata Jane membuatku tak bisa berkata-kata. Tapi sekarang, sikap Isyana terhadapku tampaknya jauh lebih baik daripada Don Juan Romino. Aku memandang Jane dan tidak menjawabnya, sebaliknya, aku bertanya padanya, "Jane, apakah kamu mengenal Don Juan Romino?"

Jane mengangkat bahu, “Kenal atau tidak, apa urusannya?”

Meskipun Jane tidak menjawab secara langsung, tapi makna di antara kata-katanya sangat jelas, dia pasti kenal dengan Don Juan Romino.

Di akhir pembicaraan, Jane tersenyum padaku, lalu berkata dengan lembut, "Oke, aku naik dulu. Jangan lupa apa yang kau janjikan padaku.”

Dia merujuk tentang masalah bertemu ibunya. Aku mengangguk.

Ketika Jane masuk ke dalam gedung, aku baru berbalik dan pergi.

Dalam perjalanan, aku mulai mengingat apa yang aku katakan kepada Jane hari ini. Apakah gadis ini memiliki perasaan padaku? Begitu pikiran ini muncul, aku diam-diam mengutuk diri sendiri. Aku sedikit narsis dan tidak tahu malu. Jane hanya untuk membodohi ibunya saja, tapi aku malah berpikir bahwa dia diam-diam menyimpan rasa padaku.

Kembali ke rumah, selesai beres-beres, aku bersiap untuk tidur, tiba-tiba teringat, Sutan belum menghubungiku, aku mengambil ponsel yang diletakkan di tepi kasur, lalu menelepon Sutan.

Telepon berdering beberapa kali sebelum akhirnya dijawab. Tetapi Sutan sama sekali tidak berbicara, aku berkata dengan suara pelan, “Sutan, apa kamu masih rapat?”

Begitu perkataan itu terlontar, tiba-tiba terdengar suara anak kecil, “Cari siapa ya?"

Suara itu mengejutkanku. Aku buru-buru mengambil ponselku dan melihat ke layar. Kukira aku salah telepon, tapi tidak kok, ini telepon Sutan. Tapi kenapa teleponnya dijawab oleh seorang anak kecil?

Aku berkata dengan suara pelan, “Nak, kamu siapa ya? Aku mencari paman Sutan.”

Sebelum anak itu berbicara, terdengar suara Sutan dari arah sana, “Mimi, sedang apa?”

Kemudian, Sutan yang melanjutkan pembicaraan, "Halo, Ugie, kamu yang menelepon atau Mimi yang menelepon?"

Suara Sutan terdengar lelah.

Aku semakin penasaran dan segera bertanya kepadanya, "Sutan, apa yang kamu lakukan? Anak siapa itu?"

Sutan tersenyum pahit ketika mendengarnya, "Apa yang aku lakukan? aku menjadi seorang pengasuh! Sudahlah, masalah anak ini, lain kali saja bicaranya. Masuk ke topik saja, hari ini sibuk seharian. Tadi aku ingin menghubungimu, bagaimana dengan Nirami ?

Meliaht Sutan tidak berbicara, aku tidak bertanya lagi. Aku berkata padanya, “Sutan, hari ini aku dan presdir marketing pergi menemui Nirami . Dia dan Nirami cukup akrab. Tapi sayangnya, manajer Nirami juga tidak berdaya. Bagaimanapun juga, mereka memiliki kontrak dengan perusahan lawan kalian. "

Segera setelah aku selesai berbicara, Sutan menghela nafas, "Huff! Aku sebenarnya sudah bisa menebak hasil begini. Masalah ini selain Isyana, tidak ada orang lain yang bisa membantu."

Aku terdiam. Gao Le, manajer umum Nirami sudah mengatakannya, jika Isyana maju pasti bisa. Tapi masalah ini, aku tidak bisa mencari Isyana.

Kami berdua terdiam beberapa saat, kemudian Sutan bertanya lagi, "Ugie! Jika aku langsung menelepon Presdir Mirani, apakah dia akan membantuku?"

Sutan masih belum menyerah. Dia bahkan berpikir ingin langsung menghubungi Isyana. Tanpa berpikir, aku langsung menolak, “Sutan, kamu tidak mengerti situasi keluarganya. Jika bisa, aku sudah berbicara dengannya dari awal. Sekarang kamu menghubunginya, hasilnya akan tetap sama. Jika tidak berhasil, lain kali bertemu akan menjadi canggung.”

Sutan mendengar perkataanku, dia menghela nafas. Ia sedikit tidak berdaya lalu berkata, “Huff! Mungkin ini nasibku! Jika aku melewatkan kesempatan ini, tidak tahu kapan akan ada kesempatan bagus lagi, aduh, sudahlah. Aku sibuk dulu ya, lain kali kita minum bersama.”

Setelah mengatakan itu, Sutan meletakkan ponsel. Ia mendengar nada bicara Sutan yang kecewa, hatiku merasa bersalah, tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa!

Setelah meletakkan ponsel, aku duduk di sofa sambil merokok. Awalnya aku ingin memberi tahu masalah Armin kepada Isyana. Tapi sepertinya sekarang sudah terlalu larut, besok Isyana masih harus mengejar pesawat pagi-pagi sekali. Apalagi sekarang dia sedang fokus pada cb, sebaiknya tidak memecah fokusnya. Aku akan menunggunya kembali baru memberitahunya masalah ini.

Keesokan harinya, hal pertama yang kulakukan setelah bangun tidur adalah menelepon Isyana. Dia sudah sampai di bandara, sedang melewati imigrasi. Setelah mengucapkan beberapa kata sebagai tanda prihatin, Isyana menyuruhku untuk pergi bekerja dulu, dia akan mengirim pesan begitu turun dari pesawat.

Aku beres-beres, lalu pergi ke kantor dengan naik MRT. Begitu masuk ke lobi, aku melihat Armin memegang sebuah laporan, ia sedang berbicara dengan Kalin sambil berjalan. Awalnya aku ingin berada di belakang mereka berdua, tapi sengaja melangkah dengan cepat untuk menyapa Kalin. Kalin meresponsku dengan ramah. Sedangkan Armin memelototiku dengan dingin. Kemudian ia membuang muka.

Aku mencibir dan melirik Armin, lalu berkata lagi kepada Kalin, “Kalin, apakah kamu masih ingat tentang iklan TV yang diturunkan terakhir kali?”

Kalin terkejut, dia menatapku dengan bingung dan bertanya, "Tentu saja aku ingat, ada apa?"

Novel Terkait

Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Cinta Yang Terlarang

Cinta Yang Terlarang

Minnie
Cerpen
4 tahun yang lalu
Innocent Kid

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu
My Superhero

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
3 tahun yang lalu
Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
4 tahun yang lalu
Anak Sultan Super

Anak Sultan Super

Tristan Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Because You, My CEO

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
4 tahun yang lalu