Love And Pain, Me And Her - Bab 603 Menghadiri Pertemuan

Ketidakpedulian dan penghinaanku membuat Sutan sangat tidak senang. Sutan berkata dengan getir "Ugie, kamu tidak perlu memaksakan ketenanganmu di depanku! Orang lain tidak memahamimu, apakah aku juga tidak memahamimu? Isyana terlibat dan target selanjutnya adalah kamu. Bukankah Cantique-mu ingin go public? Aku akan membantumu! Sampai bertemu nanti "

Setelah mengatakan itu, Sutan mendengus dan menutup telepon.

Sutan sudah mulai panik. Sutan menyalahkan kami atas semua hal yang tidak buruk yang menimpa dirinya. Sebenarnya aku tahu, Sutan masih mencintai Veni. Tapi yang lebih dia cintai adalah uang dan kekuasaan.

Suara ponselku sangat keras dan barusan Eddy mendengar semua percakapanku dengan Sutan dengan sangat jelas. Begitu panggilan itu ditutup, Eddy segera bertanya padaku "Kak Ugie, aku ingat kamu berhubungan baik dengan Sutan. Kenapa bisa jadi seperti ini dalam waktu setahun?"

Aku menghela nafas tidak berdaya dan tidak menjawab kata-kata Eddy. Bukannya aku tidak ingin menjawab, tetapi ada terlalu banyak jawaban untuk pertanyaan ini dan sudah pasti tidak bisa dijelaskan dalam satu atau dua kalimat. Bagaimanapun, sesuatu hal bisa terjadi bukan karena masalah satu dua hari.

Melihat aku tidak berbicara, Eddy berkata lagi "Oh, ya, Kak Ugie. Aku mendengar ayahku bilang hari ini Tyas tampaknya akan memberi Sutan sebuah posisi yang sangat penting. Tetapi Ayahku tidak mengatakan yang spesifik."

Aku tidak terkejut dengan perkataan Eddy. Hanya saja aku selalu berpikir bahwa Tyas dan Sutan hanya saling memanfaatkan satu sama lain. Tidak diduga, Tyas benar-benar ingin menggunakan Sutan kembali. Mungkin Tyas tidak tahu bahwa begitu Sutan mendapatkan posisi di Grup Djarum, Sutan mungkin akan menggigit punggungnya balik. Bagaimanapun juga, ambisi Sutan terlalu besar.

Dengan kemacetan lalu lintas, kami bergerak perlahan. Setelah lebih dari satu jam, kami tiba di tempat parkir Grup Djarum. Di parkiran mobil, aku dan Eddy turun dari mobil.

Alasan mengapa Eddy ikut denganku hari ini, alasan utamanya adalah karena Eddy sekarang adalah putra Wakil Direktur Santoso. Jika tidak ada dia, pihak keamanan mungkin tidak akan mengizinkan aku untuk masuk. Hanya Eddy yang dapat membawaku ke ruang konferensi Grup Djarum tanpa halangan.

Benar saja, Begitu masuk lobi Grup Djarum. Saat kepala departemen keamanan melihat Eddy, dia segera melangkah maju dan menyapanya. Eddy juga dengan sengaja bersikap seperti seorang Tuan Muda. Eddy mengarahkan dagunya ke arah lift dan berkata dengan dingin "Ini adalah saudaraku, ayahku meminta kami untuk datang."

Setelah mendengar ini, kepala departemen keamanan segera tersenyum dan berkata "Karena itu perintah Direktur Santoso, maka kalian segera naik ke atas."

Eddy menyipitkan mata padanya, lalu berbisik "Ayahku tidak memberiku kartu, aku tidak bisa naik ke lift internalmu."

Petugas keamanan tersenyum, menawarkan diri dan berkata "Tidak apa-apa, gunakan punyaku"

Setelah berbicara, Petugas keamanan langsung membawa kami berdua berjalan ke lift internal. Setelah menggesek kartu karyawannya, Eddy dan aku naik lift. Kepala departemen keamanan juga dengan antusias memberitahu kami berdua, berkata "Direktur Santoso ada di ruang pertemuan di lantai atas dan seseorang akan menyambut kalian di sana."

Eddy tersenyum penuh kemenangan, lalu melambai tangan ke kepala departemen keamanan.

Saat di dalam lift, Eddy sengaja menggodaku dengan suara pelan "Kak Ugie, apa kamu gugup?"

Aku terkekeh, menggelengkan kepala dan berkata "Mengapa harus gugup?"

Eddy juga tertawa, tetapi segera bertanya lagi "Kak Ugie, ada satu hal lagi yang tidak begitu aku mengerti. Menurutmu, persentase saham yang dipegang oleh kak Isyana, ditambah dengan saham yang dijual oleh ayahku, juga tidak sebanyak saham yang diwarisi Paman Mirani untuk Tyas. Lalu bagaimana kamu mencegah Tyas melakukan pengusiran terhadap Isyana? "

Melihat Eddy, aku tersenyum sedikit dan berkata dengan acuh tak acuh "Lihatlah secara perlahan, siapa yang tahu apa yang akan terjadi pada akhirnya?"

Melihat aku tidak menjawab secara langsung, Eddy mengangkat bahunya.

Ketika lift mencapai lantai atas, Eddy dan aku keluar dari lift. Ada banyak orang yang berdiri di koridor yang luas. Orang-orang ini memiliki penjaga keamanan, personel layanan dan juga asisten Direktur senior.

Biasanya, tidak perlu begitu banyak petugas keamanan dalam pertemuan internal Grup. Dari sudut pandang ini, Tyas masih tetap merasa khawatir apa yang akan terjadi di tengah rapat. Karena itu, Tyas harus melakukan persiapan. Tentu saja, Tyas pasti tidak menargetkan diriku, tapi pada orang-orang di dalam grup.

Ekspresi orang-orang ini sangat gugup. Semua orang tahu bahwa pertemuan hari ini berkaitan erat dengan nasib mereka di dalam grup.

Begitu kami berdua muncul, langsung menjadi pusat perhatian semua orang. Seorang satpam tidak mengenal Eddy, melihat kami berdua tidak memiliki kartu, satpam itu segera melangkah maju dan bertanya "Tuan, apakah ada sesuatu?"

Belum sempat untuk berbicara. Seorang anak muda segera berjalan kemari dan berkata kepada satpam "Ini adalah putra Direktur Santoso. Direktur Santoso meminta mereka untuk datang."

Aku pernah melihat pemuda ini, dia adalah asisten Djoko.

Saat satpam mendengar asisten berkata demikian, mereka langsung memberi jalan. Eddy dan aku dengan arogan berjalan menuju ruang pertemuan.

Di depan pintu, Eddy berdiri di sampingku. Aku mengangkat tangan dan mengetuk pintu beberapa kali. Di dalam sangat tenang, tidak terdengar suara apapun. Setelah berpikir sejenak, aku langsung membuka pintu.

Saat pintu terbuka, seluruh pandangan mata di ruang konferensi tertuju padaku. Dan aku melihat ruang pertemuan yang luas dan mewah ini dengan penuh emosi di dalam hatiku. Ruang konferensi ini adalah yang termewah yang pernah aku lihat. Selain berbagai peralatan profesional, terdapat dekorasi yang megah dan jendela Paris yang tinggi dan cerah. Semuanya memperlihatkan kekuatan Grup Djarum.

Ada banyak orang di ruang konferensi. Meja konferensi bundar besar dipenuhi dengan direktur grup. Di barisan belakang, para pimpinan dari anak perusahaan grup, serta manajemen menengah dan senior grup, semuanya juga hadir dalam pertemuan ini.

Meskipun aku bukan dari Grup Djarum. Tapi melihat pemandangan ini, aku langsung mengerti. Tyas ingin menggunakan pertemuan ini untuk menetapkan posisinya di Grup Djarum. Jika tidak, Tyas tidak akan mengadakan dewan direksi satu kali ini menjadi rapat yang begitu besar.

Kemunculan Eddy dan aku telah mengejutkan semua orang. Meskipun jumlah orangnya banyak, aku masih bisa langsung melihat Isyana dalam sekilas. Isyana sedang duduk di pojok bawah meja konferensi. Saat Isyana melihatku, matanya melebar dan terlihat seperti tidak percaya.

Logikanya, berdasarkan persentase saham Isyana di Grup Djarum dan posisinya sebagai wakil Direktur. Posisi duduknya seharusnya tidak terlalu belakang. Ini sangat jelas bahwa semua ini telah diatur oleh Tyas dengan sengaja.

Aku tersenyum sedikit pada Isyana, lalu aku mengalihkan pandanganku ke Tyas. Tyas juga berekspresi terkejut. Di sebelahnya, ada wajah yang sangat aku kenal, Sutan.

Novel Terkait

Perjalanan Selingkuh

Perjalanan Selingkuh

Linda
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
4 tahun yang lalu
The Break-up Guru

The Break-up Guru

Jose
18+
4 tahun yang lalu
Baby, You are so cute

Baby, You are so cute

Callie Wang
Romantis
4 tahun yang lalu
Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
4 tahun yang lalu
Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
4 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu