Love And Pain, Me And Her - Bab 357 Menunggu Kedatangan Isyana

Realita dan logika, percintaan dan pengkhianatan. Semua yang sebelumnya hanya bisa aku lihat di dalam film, namun saat ini justru aku alami sendiri .

Deren melihat aku tidak bersuara, dengan berbisik bertanya kepadaku," Pak Ugie, apa rencanamu saat ini?“

Pertanyaan dari Deren membuatku bingung. Apa yang harus aku lakukan? Memberitahu Veni? Tidak Mungkin! Mungkin yang bisa aku lakukan hanyalah berbicara panjang dengan Sutan. Apakah dia akan kembali atau tidak semuanya bergantung pada dirinya.

Hari ini adalah hari yang depresi. Jika saja tidak ada pekerjaan yang mengalihkan fokusku, aku tidak tahu mood ku yang buruk ini akan mencapai tahap mana.

Ketika waktu pulang kerja, aku menelpon Isyana. Ingin menanyakan bagaimana hari yang dilewatinya hari ini. Setelah telepon berdering beberapa saat, telepon itu dimatikan. Moodku kembali dihempaskan ke dalam dasar jurang. Apakah Isyana benar-benar mau melakukan seperti yang dia bilang sebelumnya supaya aku lebih sedikit menghubunginya?

Lulu dan mereka yang lain juga sudah pulang. Aku hanya duduk di kantor sambil merokok dalam kebosanan. Pada awalnya aku ingin menelpon Sutan, namun setelah memikirkannya aku tidak jadi melakukannya. Aku memutuskan untuk mengganti cara berpikirku. Kebetulan besok sudah malam minggu, ditambah sudah mendekati tahun baru. Lebih baik besok sore, aku mengatur teman-temanku untuk berkumpul bersama. Pertama bisa menggunakan waktu ini untuk berbicara dengan baik dengan Sutan. Selain itu dengan berkumpulnya semua orang bisa membuat hati Isyana menjadi lebih baik.

Ketika memikirkannya, aku kembali menelpon Raisa. Kali ini ketika telepon berdering, dia dengan cepat mengangkatnya. Suaranya disana terdengar berisik, aku pun bertanya kepadanya," Raisa, dimana kamu sekarang? Apakah besok sore kamu ada waktu?"

Raisa langsung menjawab dan berkata," Ugie, aku meminta izin untuk pulang ke rumah lebih awal, aku akan kembali setelah akhir tahun selesai, kenapa, ada masalah apa ?"

Perkataan Raisa ini membuatku terkejut. Dalam ingatanku, Raisa tidak pernah izin. Namun tahun ini dia sering meminta izin. Mungkin karena Rehan sudah menjadi Vice GM maka dia bisa mendapatkan dukungan ini?

Namun aku menahan diri dan bertanya kepadanya," Mengapa kamu pulang lebih awal? Apakah terjadi sesuatu di keluargamu?"

Aku sudah bertemu lebih dari satu kali dengan orang tua Raisa, perlakuan mereka kepadaku juga sangat baik, aku benar-benar khawatir, jika terjadi sesuatu pada mereka.

Raisa hanya tertawa singkat dan menjawab," Bisa ada masalah apa? Aku meminta izin karena belakangan ini perusahaan sudah tidak sibuk, aku ingin pulang untuk menemui mereka. Kalian saja yang berkumpul besok ya, aku tidak ikut. Tunggu aku pulang nanti aku akan mentraktir kalian untuk makan bersama."

Aku menanggapi singkat. Setelah berbicara singkat dengan Raisa, aku pun mengakhiri pembicaraan.

Setelah meletakkan telepon, aku tidak bisa menahan diri dan berpikir. Sepertinya Raisa sudah berubah, berubah menjadi Raisa yang berbeda dengan apa yang ada di dalam ingatanku. Dulu dalam hidupnya pekerjaan adalah salah satu bagian penting darinya. Namun saat ini dia seakan tidak terlalu menganggap pekerjaannya. Ketika memikirkan ini, aku tersenyum pahit. Aku saat ini seperti sudah berubah menjadi seorang yang terlalu banyak khawatir. Mungkin dia sudah mendapatkan kura-kura emasnya, tentu saja pekerjaan sudah bukan menjadi prioritasnya.

Aku menggelengkan kepala, melihat telepon , aku memilih mengirimkan pesan singkat kepada Isyana. Aku menulis," Isyana, besok adalah malam minggu, teman-teman lama ini sedang berkumpul bersama, semua merindukanmu, kamu harus datang ya."

Setelah pesan terkirim beberapa saat, Isyana baru membalasnya dan berkata," Aku tidak pasti mempunyai waktu, liat nanti ya!"

Besok adalah malam minggu. Bahkan jika bukan malam minggu pun Isyana juga tidak perlu bekerja. Bagaimana bisa dia tidak mempunyai waktu? Dia sedang menghindar, menghindarinya, menghindari semua orang. Ini adalah Isyana, kegagalannya membuatnya tidak berani untuk bertemu orang lain. Namun dia tidak tahu sebenarnya semua orang sangat peduli dengannya.

Setelah memikirkannya, aku kembali membalas," Isyana, aku juga tidak bisa mengucapkan kalimat yang indah. Aku hanya ingin memberitahumu, berani menghadapinya adalah cara terbaik untuk keluar dari kesulitan!“

Aku sambil merokok sambil memikirkan dengan bodoh apakah Isyana akan datang besok?

Karena malam minggu, aku pun jadi bangun lebih lambat. Setelah berberes, ketika pergi ke workshop. Aku melihat Amori dan yang lain sudah datang, mereka bertiga sudah merapikan workshop dengan sederhana. Alat kantor di atas meja sudah tidak terlihat dan diganti dengan berbagai alkohol dan piring buah-buahan.

Aku dengan puas melihat semua nya ini, setelah mengobrol singkat dengan mereka bertiga, Amori tiba-tiba menarikku ke samping. Sambil melihatnya yang misterius itu, aku memiringkan kepala dan bertanya kepadanya," Amori, kamu tidak sedang ingin meminta uang kan?"

Aku berpikir sudah akhir tahun , Amori ingin meminta uang untuk pulang ke rumahnya.

Siapa yang menyangka dia menggelengkan kepala dan dengan berbisik bertanya kepadaku," Ugie, Apakah Elisna hari ini akan datang?"

Aku pun tertawa singkat, aku benar-benar lupa menelpon Elisna. Aku menyipitkan mata ke arah Amori dan menganggukan kepala dan berkata," Tenang saja, aku akan menelponnya sekarang. Dia pasti akan datang."

Aku mengambil telepon dan menelpon Elisna. Seperti dugaanku, Elisna menyanggupi dengan cepat. Setelah meletakkan telepon, aku awalnya ingin menggoda singkat Amori. Namun dia langsung pergi. Sepertinya Amori benar-benar jatuh cinta kepada Elisna.

Aku terus melihat ke telepon yang ada di tanganku. Seakan takut Isyana akan mengirimkan pesan kepadaku dan aku tidak mendengar atau melewatinya. Melihatku yang terus melihat ke telepon, Lulu sambil tersenyum datang mendekat, dia menatapku dan berkata," Pak Ugie, anda sedang menunggu telepon dari Presdir Mirani kan?"

Sambil mengatakannya, dia pun tertawa. Aku melihatnya singkat dan tidak menyangkalnya.

Lulu tiba-tiba sudah mendekat dan berbisik di samping telinga dan berkata," Aku beritahu kamu, aku sudah menelpon Presdir Mirani."

Aku yang mendengarnya langsung dengan kaget menatap Lulu dan bertanya,‘ Bagaimana jawabannya?"

Lulu sambil memiringkan kepala dan bibir yang berkedut berkata," Tidak akan aku beritahu!"

Melihat ekspresinya yang gembira, aku menduga Isyana berkata dia akan datang, namun hatiku masih saja gelisah dan tidak tenang.

Ketika sedang berpikir, pintu workshop terbuka dan aku melihat Robi dengan ekspresi sombong masuk ke dalam, ketika masuk kedalam aku mendengarnya yang berteriak," Perusahaan kalian sangat tidak profesional! Bagaimana bisa tidak ada yang menjemput tamu penting sepertiku yang datang ini?"

Sambil berkata itu, dia menunjuk Lulu dan dengan genit berkata," Ayo, Lulu, biarkan kakak melihatmu apakah kamu berubah menjadi lebih cantik?"

Lulu sudah jelas menyukai Robi. Namun omong kosong Robi ini membuatnya tidak senang. Dia memelototkan matanya kepada Robi dan memarahinya," Pergi jauh-jauh, orang paling menyebalkan itu kamu!"

Robi hanya tertawa terbahak-bahak. Dia berjalan ke arah bar dan mengambil sebotol bir dan membuka nya dengan giginya dan meneguknya. Aku pun berjalan menghampiri dan duduk di sampingnya. Dalam hatiku berpikir apakah harus memberitahunya masalah Sutan ini kepadanya.

Novel Terkait

Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
4 tahun yang lalu
Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
3 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milea Anastasia
Percintaan
4 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
4 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
3 tahun yang lalu