Love And Pain, Me And Her - Bab 187 Pantang Pulang Sebelum Mabuk

Ketika aku baru saja selesai berbicara, Tiba-tiba, Isyana menginjak rem mendadak dan menepi ke sisi jalan.

Pergerakannya begitu mendadak sehingga aku tidak siap dan kepala aku hampir saja terbentur. Untungnya, tidak ada mobil di belakang yang mengikuti terlalu dekat. Kalau tidak, dengan rem mendadak begitu, mobil di belakang pasti akan menabrak dari belakang.

Aku menatap Isyana dengan tatapan kaget, Dia menatapku dengan mata dingin. Aku tidak menyangka reaksi Isyana bisa begitu besar.

"Isyana"

Sebelum aku sempat mengatakan apa-apa, Isyana langsung menyela, Dia menatapku dan berkata, "Aku tidak setuju kamu berhenti kerja!"

Isyana berkata dengan dingin lagi.

Aku menatapnya dan tersenyum pahit, aku tidak tahu apakah aku harus bahagia atau menyesal. Tetapi aku tidak berani terus membahas topik ini lagi, Jika aku melanjutkan, mungkin Isyana tidak akan berbicara dengan aku lagi.

Aku tidak punya pilihan selain tersenyum tanpa daya, menatapnya dengan lembut dan berkata, "Isyana, hari ini kita tidak membicarakan hal ini. Aku akan mempertimbangkannya lagi, dan kamu juga harus memikirkannya dengan serius. Siapa tahu setelah aku berhenti dari PT. Nogo Internasional, malah berdampak baik pada perusahaan dan kamu? "

Aku tidak berani bilang jika aku pindah ke perusahaan KIMFAR, aku mungkin akan menjadi Presdir di salah satu cabang perusahaan.

Bagaimanapun, Bong Casa pernah memberi tahu kalau sekarang dia ada tiga kandidat, aku adalah salah satu kandidat.

Isyana menghela nafas pelan, dia tidak bicara lagi, lalu melanjutkan mengemudi ke Bar BOSS.

Robi mengatakan dia sudah booking tempat, Sebenarnya itu hanya bercanda. Bar BOSS sekarang ini lebih sepi pengunjung. Ketika aku dan Isyana tiba, seluruh bar hanya ada pelayan, tidak ada tamu lain. Ada musik ringan di panggung, tapi tidak ada penyanyi.

Aku dan Isyana menemukan tempat duduk dekat jendela dan duduk diam menunggu yang lain. Aku mengeluarkan sebatang rokok, melihat keluar jendela, mengisap rokok dengan santai.

Sinar matahari di luar jendela mulai memudar, dan senja datang dengan tenang.

Ketika aku sedang melamun, tiba-tiba Isyana membisikkan namaku, "Ugie"

Aku menatap Isyana, Suasana hatinya sepertinya sudah lebih baik, Dia mengangkat tangannya dan mengatur rambutnya ke belakang telinganya. Ini hanya tindakan paling umum dari seorang wanita, tetapi Isyana dapat melakukannya dengan gaya yang berbeda.

Ketika aku sedang menikmati kecantikan Isyana, dia berkata dengan pelan, "Ugie, apakah aku terlalu bandel dan keras kepala?"

Melihat Isyana, aku tiba-tiba tersenyum. Aku tahu dia mengacu pada fakta bahwa dia baru saja menginjak rem mendadak di jalan. Inilah Isyana, Dia sangat nyata dan tidak suka akting, Dia tahu kelebihannya, tetapi dia juga mengakui keburukannya.

Aku mengisap rokok dan tidak segera menjawabnya, Sebaliknya, aku hanya berkata dengan pelan, "jangan lakukan hal yang berbahaya lagi kelak."

Isyana tersenyum, dia menghela nafas dan berkata, "sebenarnya aku dulu berbeda, aku pikir aku selalu sangat mandiri, Tapi tidak tahu mengapa, setiap kali aku bersama kamu, aku selalu merasa memaksakan kehendakku, aku pernah mencoba intropeksi diri, tetapi tampaknya tidak berguna. Kadang-kadang aku tidak bisa menahan diri, seperti tadi, padahal kita bisa membicarakannya baik-baik, tapi tidak tahu mengapa, aku sepertinya kehilangan kesabaran dan jadi marah. "

Begitu Isyana selesai berbicara, aku langsung tersenyum. Aku sedikit lega dengan kata-katanya, Terkadang dia memang kelihatan tidak sabaran dan keras kepala, tapi ketika dia makin sering seperti ini, itu malah membuktikan bahwa dia semakin menyukai aku.

Ketika aku bersama Raisa, dia juga akan melakukan hal yang sama, dia sering marah kepadaku tanpa alasan yang jelas. Bahkan, itu sudah menjadi bumbu dalam hidup kita. Tidak hanya tidak berpengaruh pada hubungan kita, tetapi malah menjadi hiburan yang menyenangkan dalam hidup. Tentu saja, semua itu ada batasnya, tidak mencari masalah secara berlebihan dan bertengkar terus menerus.

Aku menatap Isyana dan tersenyum padanya lalu berkata, "Isyana, aku sudah sering bilang aku menyukai kamu, Apakah kamu tahu apa artinya menyukai seseorang?"

Isyana tidak menjawab, Mata indahnya itu hanya menatapku dengan lembut.

"Menyukai seseorang, bukan menyukai penampilannya, kecantikannya, semua kelebihannya. Faktanya, menyukai seseorang, harus menerima dan memaklumi kekurangannya. Terlebih lagi, sikap bandel dan keras kepala kamu bukanlah kekurangan di mataku."

Isyana tersenyum, Dia menatapku dan berkata dengan lembut, "mungkin tidak sekarang, tetapi nanti?"

Aku tersenyum dan menggelengkan kepala, aku tidak langsung menjawabnya. Siapa yang bisa memprediksi masa depan? Seperti Raisa dan aku, kami selalu merasa bahwa kami akan tetap bersama selamanya. Tapi sekarang, bukankah kita sudah jalan masing-masing?

Ketika aku dan Isyana sedang asik ngobrol, Pintu bar terbuka, Robi dan rombongan masuk satu persatu. Begitu masuk, Robi berteriak keras, "Hari ini siapa yang mengemudi, harus cari supir pengganti, aku sudah bilang ya, Jika tidak mabuk, tidak boleh pulang."

Semangat Robi cukup tinggi, Sayangnya, tak ada yang meresponnya. Dia berpura-pura melihat sekeliling dengan marah, tetapi tidak ada yang memandangnya sama sekali, akhirnya dia terpaksa melampiaskannya ke Lulu.

Robi cemberut dan bertanya pada Lulu, "Lulu, aku bertanya padamu, kamu tadi mendengar apa yang aku katakan?"

Lulu mengedipkan matanya yang besar dan mengangguk pada Robi, "Ya, aku mendengarmu!"

"Lalu kenapa kamu tidak menanggapi aku?"

Lulu terlihat tidak bersalah, Dia menggelengkan kepalanya dengan polos dan berkata, "Aku tidak punya mobil, dan aku tidak perlu cari supir pengganti. Mengapa aku harus menanggapi kamu?"

Semua orang terhibur dengan kelucuan Lulu, Robi membuat ekspresi mau pingsan, dia lalu pergi ke bar dan mulai memesan minuman.

Kali Ini berbeda dari kafe, kita tidak duduk bersama, tetapi duduk di meja yang terpisah. Robi adalah tuan rumah hari ini, Dia memegang botol minuman, berdiri di samping meja dan bersulang dengan kita semua.

Setelah minum beberapa saat, Robi memintaku untuk pergi ke bar. Kami duduk di kursi di depan bar, sambil merokok dan minum, Mengobrol dengan santai. Setelah minum setengah botol, Robi tiba-tiba memejamkan matanya ke arahku dan berbisik, "Buruan, lihat ke belakang, Rekonsiliasi dan perdamaian abad ini"

Aku masih belum mengerti apa yang dimaksud Robi, aku mengikuti arah matanya dan melihat ke belakang. Aku juga tidak tahu sejak kapan Isyana dan Raisa duduk di meja yang sama di sudut. Mereka berdua sambil minum

anggur merah dan mengobrol dengan santai, Adegan ini membuat aku sedikit bingung.

Aku tidak tahu apa yang mereka bicarakan, Tapi dari ekspresi mereka, mereka tampaknya sangat senang, sambil mengobrol sambil tertawa, Malahan sesekali terdengar suara tawa mereka yang keras. Jika orang yang tidak tahu, mereka akan berpikir bahwa mereka adalah teman baik yang sudah saling kenal selama bertahun-tahun.

Robi sambil minum sambil mengolok-olokku.

"Ugie, kamu juga termasuk bisa mmeberi contoh yang baik kepada mantan, lihat saja, mantan pacar dan pacar sekarang bisa berhubungan dengan baik, aku sangat iri! Aku perkirakan jika kamu terus berkembang seperti ini, cepat atau lambat kamu akan dapat memiliki istri dan selir sekaligus dalam jumlah yang sangat besar. "

Sesudah itu, Robi memberi aku acungan jempol.

Aku hanya melototinya dengan keras, kata-kata yang baik tidak pernah keluar dari mulutnya.

Novel Terkait

Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
4 tahun yang lalu
Excellent Love

Excellent Love

RYE
CEO
4 tahun yang lalu
Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
3 tahun yang lalu
Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
3 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
3 tahun yang lalu
Beautiful Lady

Beautiful Lady

Elsa
Percintaan
3 tahun yang lalu