Love And Pain, Me And Her - Bab 484 Sangat Sulit Untuk Bergerak

Aku mengisap rokok, sambil tersenyum kecil lalu memandang Papang dan berkata, "Direktur Papang, kamu baru saja mengatakan kalau kamu telah bertemu dengan tiga investor dan tidak adakah dari mereka yang sangat ingin berinvestasi pada kita. Jadi mengapa kita harus meminta Direktur Viali berinvestasi pada kita? "

Papang kaget begitu aku mengatakannya. Dia memiringkan kepalanya untuk melihatku dan berkata perlahan, "Ugie, apa maksudmu?"

Aku menjentikkan abu rokok dan menjelaskan kepada Papang, "Direktur Papang, maksudku sederhana. Karena investor lain tidak mau berinvestasi pada kita. Itu membuktikan bahwa pasti masih ada yang salah dengan produk kita, seperti halnya dengan pemasaran dan positioning produk kita. Kita harus memperkuat posisi kita, karena aku pikir selama Cantique memiliki reputasi yang baik, maka dalam waktu singkat pengguna kita akan berlipat ganda. Pada saat itu, bukan hanya Direktur Viali saja, aku pikir akan ada banyak investor lain yang mengantri dengan uang mereka dan ingin berinvestasi pada kita."

Papang menggelengkan kepalanya sambil menyeringai saat dia memiringkan kepalanya ke arahku dan berkata lagi, "Ugie, tentu saja aku ingin mendorong Cantique sampai ke sana. Tetapi masalahnya sekarang adalah 80 Miliar yang aku masukkan sebelumnya sudah hampir habis. Tanpa uang baru yang masuk, kita seperti wanita cerdik yang tidak memasak tanpa nasi. Tidak peduli seberapa bagus rencananya, atau tidak peduli seberapa bagus pemasarannya, jika tidak punya uang untuk melakukannya "

Aku mengerti rasa frustrasi Papang. Tanpa uang, banyak hal tidak dapat dilakukan. Aku melihat ke arah Papang dan bertanya langsung kepadanya, "Berapa sisa uang yang bisa kita gunakan sekarang?"

Tanpa pikir panjang, Papang menjawab, "Kurang dari 14 Miliar!"

Aku sedikit mengernyit, karena hanya dengan 14 Miliar di industri internet, akan sangat sulit untuk bergerak. Aku awalnya mengira jika masih ada 20 Miliar di rekening perusahaan, karena aku berencana memakai dana yang ada untuk membuat prestasi dulu baru mencari investasi. Tetapi sekarang sepertinya aku benar-benar harus mencari investasi dahulu. Aku akan melakukannya di langkah berikutnya.

Melihatku diam, Papang menatapku dan berkata, "Ugie, menurutku, sebaiknya kita segera mencari investor. Kalau tidak, uang miliaran yang kita punya akan habis. Dan di saat itu terjadi, kita benar-benar akan mati."

Aku mengangguk pelan.

"Baik, seperti yang kamu katakan. Aku akan menyiapkan materi dalam dua hari dan kita berdua akan pergi ke Beijing untuk bertemu dengan Direktur Viali."

Melihat persetujuanku, Papang lalu mengangguk sambil tersenyum dan berkata, "Ugie, kalau kamu yang berada di depan, Direktur Viali pasti akan mau membantu."

Aku melihat Papang dengan aneh, menurutku dia agak berlebihan dengan itu. Tetapi kemudian Papang langsung tertawa dan menjelaskan, "Karena menurut Direktur Viali, kamu adalah investasi yang layak!"

Melihat Papang, aku menggelengkan kepala sambil menyeringai.

Setelah berbincang-bincang lebih lama dengan Papang tentang perusahaan, ia bangkit dan kembali ke kantornya.

Sore itu, aku mulai mengerjakan materi untuk perisapan pertemuan dengan investor. Saat aku akan pulang teleponku tiba-tiba berdering. Aku mengangkatnya dan menemukan ternyata Isyana. Sambil mengetik, aku meletakkan ponsel di antara kepala dan bahuku dan berkata, "Isyana, kamu sudah pulang?"

Begitu aku selesai, suara lemah Isyana terdengar dari sisi lain, "Ugie, aku mengalami hari yang berat dan saat ini aku sedang tidak bekerja."

Karena sangat terkejut, aku buru-buru mengangkat telepon dan duduk tegak. Dalam posisi panik, aku bertanya padanya, "Ada apa denganmu? Apakah kamu flu? Atau apakah terjadi sesuatu?"

Suaraku perlahan menghilang karena aku mendengar suara Isyana yang agak tertekan dari ujung sana. Lalu dia menjawab, "Perutku sakit."

"Apakah itu ‘gastrointestinal cold’?"

Nada bicara Isyana meningkat begitu aku selesai berbicara, "Ugie, aku ini perempuan. Menurutmu, apa yang salah dengan perut wanita?"

Kata-kata Isyana membuatku tertawa getir. Aku baru menyadari bahwa dia sedang menstruasi. Aku berhubungan dengan Isyana belum lama, tetapi ini adalah pertama kalinya dia memberitahuku. Ini adalah bukti yang cukup bahwa ada sedikit kemajuan dalam hubungan kami berdua.

"Jadi apa yang harus aku lakukan, aku akan membelikan obat untukmu?"

Begitu aku selesai. Aku mendengar Isyana berkata, "Aku tidak mau minum obat Ugie, tapi aku kehabisan pembalut dan aku malas untuk turun beli, apakah kamu mau membelikanku satu bungkus?"

Aku langsung senang, apa sih hal yang tidak berani aku lakukan. Aku pernah melakukan studi kasus tentang pembalut ketika aku masih menjadi seorang perencana dan aku telah melakukan sedikit riset tentang pembalut.

Dan tentu saja, aku tahu alasan Isyana bertanya. Dia takut kalau aku malu, karena laki-laki dewasa yang belanja produk pribadi perempuan dan sebenarnya di dalam benakku aku mau melakukannya untuknya, jadi aku tidak merasa malu.

Aku segera menjawab, "Oke, tunggu aku, aku akan ke sana sekarang."

Setelah mengatakan itu, aku menutup telepon.

Setelah mengemasi berkas sebentar dan keluar untuk menyambut Lulu, aku segera turun. Pertama, aku pergi mencarinya di supermarket, untuk membeli pembalut wanita dan pergi membeli gula merah dan kurma, karena aku akan membuatkan dia gula merah dan air kurma nanti.

Sesampainya di rumah Isyana, aku mengetuk pintu beberapa kali dan Isyana membukakan pintu untukku. Begitu aku masuk, dia meraih lenganku dan menyandarkan separuh tubuhnya padaku. Pada saat yang sama dia bergumam, "Ugie, menurutmu mengapa wanita begitu menderita? Seandainya aku menjadi seorang pria."

Aku tersenyum sedikit ... Isyana mungkin terlihat dingin di luar, tetapi ketika bersamaku, dia akan menunjukkan sisi feminimnya. Seperti yang dikatakan Veni, dalam hati Isyana sebenarnya dia seperti gadis kecil.

Isyana menggandengku dan mengajakku duduk di sofa. Aku melihat ke arah kamar tidur dan bertanya padanya, "Di mana Bibi Salim? Dia tidak di rumah?"

Isyana mengomel lagi, cemberut dan dengan sedih berkata, "Pergi bermain mahjong! Mahjong bahkan lebih penting dari putrinya dan dia tidak peduli padaku!"

Aku tertawa, karena ketika Isyana merasa tidak nyaman dia akan mulai manja. Melihat Isyana, dengan lembut aku menyentuh kepalanya dan sambil tersenyum aku berkata, "Dia tidak peduli padamu, tapikan masih ada aku."

Jawabanku, jelas membuat Isyana puas. Aku membujuk Isyana lagi, mengambil kurma dan gula merah dan pergi ke dapur untuk mulai merebus air gula merah dan kurma untuknya.

Aku sangat menikmati saat-saat seperti ini. Bisa menjaga Isyana, apalagi keinginanku juga tidak jauh dari itu. Semangkuk air gula merah bukanlah pengganti yang cukup. Tetapi Isyana sudah merasa puas.

Setelah meminumnya, dia duduk di sofa. Pertama dia dengan malas bersandar padaku. Lalu, sepertinya dia tidak merasa terlalu nyaman. Kemudian dia meletakkan kepalanya di atas pahaku dan berbaring di sofa. Sambil sepasang kakinya ikut naik dan dia mulai memainkan kaki kecilnya yang cantik itu.

Setiap orang memiliki dua sisi. Isyana sama, pada saat ini, dia benar-benar seperti gadis kecil. Tetapi semakin melihat dia seperti itu, aku semakin merasa nyaman di hati.

Novel Terkait

Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Terlarang

Cinta Yang Terlarang

Minnie
Cerpen
5 tahun yang lalu
Dark Love

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu
Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu
Baby, You are so cute

Baby, You are so cute

Callie Wang
Romantis
4 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Akibat Pernikahan Dini

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
5 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
5 tahun yang lalu