Love And Pain, Me And Her - Bab 301 Amal

Ucapan Kalin, membuatku terpuruk. Aku bahkan bisa membayangkan Don Juan bertemu dengan Isyana yang sopan. Dan ekspresi tidak peduli Kalin, berdiri di sana, memandangku dan berkata: “Sudahlah, tidak bergosip denganmu lagi, aku masih ada satu jamuan makan, sudah tidak keburu lagi. Tunggu setelah bisnismu beroperasi aku akan datang kembali.”

Aku mengantar Kalin ke depan pintu. Jelas-jelas dia sudah naik ke mobil, tapi aku malah terbengong melihat bayangan dirinya. Benakku terus berpikir perkataan yang baru saja dia katakan tadi.

“Presdir Ugie.”

Deren mengambil sebuah dokumen, berbisik pelan padaku. Aku segera menoleh melihatnya, sedikit tersenyum meminta maaf padanya. Aku tadi melamun, bahkan tidak tahu kapan Deren berjalan ke sampingku.

“Presdir Ugie, coba kamu lihat aku mengubah detail lagi. Kamu lihat begini bisa tidak?”

Aku menerima dokumen itu, pada saat yang sama berkata kepada Deren, “Deren, lebih baik kamu memanggilku kak Ugie. Di kantor hanya kita berdua, tidak perlu begitu segan.”

Deren tersenyum, dan tidak menjawabku.

Dokumen yang ada di tangan Deren berhubungan dengan pemasaran. Pemasaran kali ini berbeda dengan sebelumnya. Karena kali ini, aku benar-benar mencurahkan perasaanku.

Judul pemasaran kali ini adalah “Rencana Makan Teman Lama”.Tujuan pemasaran, objek pemasaran, dan metode pemasaran tercantum satu per satu di atas. Aku melihat lebih detail dan mengangguk,“Yah, aku pikir sudah bisa.”

Aku melihat waktu, lalu bergumam, “Di jam segini, wartawan Jane seharusnya sudah datang, kan?”

Aku baru selesai mengatakannya, sudah melihat Jane berjalan masuk dengan tergesa-gesa. Begitu masuk, tidak menunggu dia berbicara, aku langsung berkata, “Nona besar, akhirnya kamu datang juga. Aku khawatir kamu ada masalah jadi tidak bisa datang hari ini.”

Bukan hanya hari ini, dua hari lagi kantor akan dibuka. Sekarang yang aku khawatirkan adalah kantor pemasaran kali ini tidak berjalan baik, tiba saatnya akan ditertawakan oleh orang lain. Terlebih kita bergerak dibidang pemasaran, kalau tidak bisa memasarkan kantor sendiri, perusahaan mana yang berani mempercayai kita?

Begitu aku mengucapkan kata-kata ini, Jane tersenyum dan berkata, “Sejak kapan status diriku naik? Aku baru pergi ke stasiun provinsi, jadinya terlambat. Apakah rencana pemasaran yang kamu katakan padaku sudah keluar?”

Kali ini aku harus meminta bantuan Jane. Jadi ketika merealisasikan ide ini, aku sudah memberitahukan ideku kepadanya. Jane tetap sama seperti sebelumnya, begitu aku selesai mengatakannya, dia tidak mengatakan apa-apa dan langsung menyetujuinya.

Aku menyerahkan rencana pemasaran kepada Jane, “Kamu lihat bagaimana, aku pikir begini sudah boleh.”

Jane menerima dokumen rencana pemasaran itu. Kita bertiga duduk di sisi area istirahat, dia melihatnya, dan aku sambil menjelaskannya.

“Judul program ini bernama Rencana Makan Teman Lama. Program ini diprakarsai oleh kantor kami dan diperluas ke seluruh penjuru masyarakat, ini bukan kegiatan sosial jangan pendek. Tujuan pertama adalah melalui pemasaran, menarik minat peduli masyarakat, memperhatikan anak-anak yang tertinggal di daerah pedesaan, memperhatikan pola makan dan kesehatan gizi anak-anak yang tertinggal di daerah pedesaan dan pegunungan terpencil. Tujuan kedua mungkin sedikit egois, aku ingin menggunakan masalah ini untuk menjual merek “kantor teman lama” kita.”

Aku berkata jujur kepada Jane. Melakukan kegiatan amal itu memang benar, pada saat yang sama aku ingin kantor ini menjadi terkenal, itu juga benar. Aku tidak perlu menyembunyikan ini dari Jane. Jane yang mendengarnya, tersenyum, dan segera berkata, “Sangat wajar! Dulu melakukan hal baik tidak meninggalkan nama, faktanya cara seperti ini memang salah. Melakukan hal baik harus meninggalkan nama, dengan begini baru bisa mengajak lebih banyak orang berpartisipasi melakukan kegiatan amal. Ugie, terus katakan.”

Aku menganggukkan kepala, dan berkata, “Aku ingin menghubungi beberapa perusahaan, semuanya bersama-sama mengeluarkan uang atau properti juga boleh. Setelah bersiap-siap untuk memulai bisnis, menyerahkan semua uang ini ke sekolah di pedesaan. Dan pada saat yang sama aku ingin menyebarkan kegiatan “Mencari teman lama, makan bersama dengan anak-anak”di WeChat, microblog dan forum. Berbuat seperti ini karena orang-orang di kota ini terlalu sibuk, dan banyak teman lama sudah lama tidak berkomunikasi. Sekalipun berkomunikasi, pasti untuk minum dan bermain kartu. Kegiatan kita bisa membuat mereka terhubung dengan perasaan mereka dan membantu anak-anak yang membutuhkan bantuan.”

Sebagai seorang reporter dalam penyelidikan sosial, Jane sangat sensitif. Dia menatapku dan segera bertanya, “Presdir Ugie, semua pemikiranmu benar, kegiatannya juga bagus. Tapi ada beberapa masalah penting, kamu bukan organisasi amal yang terdaftar. Tidak bisa mendapat sumbangan. Dan tidak ada sistem manajemen keuangan yang sempurna, bagaimana mengelola sumbangan, ini semua masalah.”

Aku mengulurkan ibu jariku dan dengan tulus memuji Jane. Dia memang mengatakan beberapa masalah penting, tapi aku segera menjelaskan kepadanya,“Jane, masalah yang kamu katakan, aku juga sudah memikirkannya. Dengan keadaan kantor kita saat ini, pertama, kita tidak mungkin mendaftar ke organisasi amal. Kedua, kita juga tidak memiliki tenaga kerja yang cukup untuk melakukan hal ini. Jadi, aku dan Deren sudah membahasnya. Kami memutuskan untuk menghubungi Komite Liga Pemuda, Komite Kepabeanan dan Biro Pendidikan, dan pada saat yang sama kami juga akan langsung pergi ke sekolah. Memahami setiap keadaan sekolah. Setelah kita memiliki informasi ini, ketika orang-orang yang bermaksud baik ingin membantu anak-anak, mereka dapat mendatangi kami untuk mencari informasi. Sederhananya, tugas utama kantor teman lama adalah menyediakan sumber informasi, dan membantu menghubungkan mereka. Adapun hal-hal spesifik seperti properti, itu semua dikelola oleh sekolah-sekolah ini.”

Begitu aku selesai mengatakannya, Jane segera tersenyum. Dia mengangkat kepalanya dengan lembut dan berkata, “Ugie, kesempatan ini benar-benar sangat licik. Dengan begitu kantor kalian akan menjadi perhentian pertama yang harus dikunjungi semua orang, kamu mengumpulkan banyak orang dan menyebarkan reputasimu. Lalu kamu mengurangi banyak masalah.”

Meskipun Jane melihat pemikiranku, aku tidak merasa canggung. Aku tersenyum dan berkata, “Cara tidak penting, yang paling penting adalah tujuannya. Dengan cara ini, aku telah melakukan amal dan membantu anak-anak. Pada saat yang sama juga mempromosikan kantorku, dan tujuanku sudah tercapai.”

Jane meletakkan dokumen yang ada di tangannya, dia menatapku, tersenyum menggelengkan kepala dan berkata, “Ugie, Ugie, semakin lama kamu semakin mirip dengan pengusaha! Aissh, begitu aku memikirkan kamu akan berubah menjadi pengusaha kota, kenapa aku merasa sedikit takut ya?”

Aku tersenyum dan berkata, “Jangan mengatakan pengusaha begitu jelek. Mana ada bisnis yang tidak licik. Kalian wartawan juga banyak menerima banyak angpao dari orang lain, dan menyebarkan berita palsu.”

Setiap bersama dengan Jane, tanpa disadari kami berdua selalu masuk dalam perbedebatan. Namun kali ini masih mending, begitu aku selesai mengatakannya, Jane hanya tersenyum, tidak membantahku lagi.

Novel Terkait

My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu
Wanita Yang Terbaik

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu
Gadis Penghancur Hidupku  Ternyata Jodohku

Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku

Rio Saputra
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Tere Liye
18+
4 tahun yang lalu
Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Wanita Pengganti Idaman William

Wanita Pengganti Idaman William

Jeanne
Merayu Gadis
5 tahun yang lalu