Love And Pain, Me And Her - Bab 326 Kedatangan Tamu

Setelah mengeluarkan mancis dan menyalakan rokok, aku menghisap dalam, sambil melihat Don Juan. Aku tau, dia ingin mengatakan sesuatu.

Don Juan juga menghisap rokoknya. Sambil melihatku, bertanya, "Ugie, apakah kamu benar-benar suka dengan Isyana?"

Nada bicara Don Juan tidak seangkuh seperti biasa, malah terdengar sedikit tulis. Tapi terhadapnya, aku masih sangat waspada. Tapi, aku tidak menjawab pertanyaannya, malah bertanya balik kepadanya,

"Bagaimana denganmu, apakah sungguh menyukai Isyana?"

Don Juan tersenyum, dia memutar kepalanya melihat vila Bibi Salim. Langsung berkata, "Tentu saja! Kalau kamu tau maksud teman sejak kecil, kamu akan mengerti hubunganku dengan Isyana."

Sebenarnya Don Juan sudah sangat mempersiapka kata ini. Karena Isyana pernah memberitahuku, dua orang dari kecil sampai besar bersama. Jadi, meskipun Don Juan melakukan beberapa hal yang sangat luar biasa, biasanya Isyana juga tidak akan terlalu mengatainya. Bagaimana juga, hubungan seperti kakak adik dari kecil hingga besar, tidak akan mudah berubah.

Aku memainkan mancis di tanganku. Tidak menjawab perkataan Don Juan. Tiba-tiba, aku mengangkat kepala melihat Don Juan, tersenyum dan berkata, "Presdir Don Juan! Mancis ini adalah hadiah dari Isyana! Juga mancis yang paling mahal yang pernah aku pakai."

Don Juan melirik sekilas, lalu tersenyum dingin, "Merek biasa dalam negri, hanya mainan kecil paling 400-600 ribu saja."

Perkataan Don Juan benar. Aku juga tersenyum, melihat Don Juan, lalu berkata, "Mata presdir Don Juan bagus sekali, tapi Syana memberiku dua mancis. Yang satunya lagi lebih mahal, aku sedikit tidak tega memakainya, takut kalau sampai hilang, pasti tidak rela. Sedangka ini, dia berikan padaku, untukku pakai sehari-hari."

Aku pertama kali aku memanggil Isyana "Syana". Tapi malah bukan di hadapan Isyana, melainkan di hadapan Isyana. Tentu saja aku berkata seperti ini, termasuk mengungkit mancis, paling pentingnya untuk membuat dia kesal.

Perkataanku membuat ekspresi Don Juan berubah. Dia mendecih dingin, mengerutkan kening melihatku, dengan tidak sudi berkata, "Ugie, kenapa kamu kekanakan sekali? Kamu tidak perlu berakting di hadapanku sandiwara zaman anak SD seperti ini. Jangankan memberimu sebuah mancis, bahkan memberimu sebuah vila bisa bermaksud apa? Bermaksud kalau Syana akan menikahimu?"

Permainan yang sering dengan Don Juan. Yang lain aku tidak maju, hanya saja kemampuan menahan di hatiku lebih kuat. Kalau dulu, perkataannya ini akan membuatku berpikir. Tapi sekarang, aku sama sekali tidak peduli.

Don Juan melihatku terdiam, dia berkata lagi, "Ugie, kalau kamu sungguh menyukai Isyana, lebih baik kamu pergi dari sisinya. Sekarang hanya aku yang bisa membantunya, sedangkan kamu mendekatinya, hanya akan membuatnya semakin stres. Aku bisa menjamin, asalkan kamu meninggalkan Isyana. Aku langsung menyelesaikan permasalaah Nogo ini. Sebenarnya tidak susah, hanya masalah uang saja! Tapi ini semua, apakah kamu bisa melakukannya?"

Nada bicara Don Juan yang sombong itu muncul lagi. Aku terkekeh dingin, aku tidak mungkin terpengaruh oleh perkataannya lagi. Aku memutar kepalaku melihat rumah Isyana, dengan tenang berkata,

"Don Juan, tidak peduli kamu percaya atau tidak. Tapi aku beritahu padamu, suatu hari, prestasiku pasti akan melewati prestasimu!"

Ini adalah pemikiran jujurku dari dalam hati. Sudah lama sekali aku menganggap Don Juan sebagai target untuk kulawan. Ini bukan karena dia pernah menghinaku, terlebih adalah, hanya mengalahkannya, aku baru merasa diriku bisa menghadapi Isyana dengan terang-terangan, dan juga keluarganya.

Don Juan tersenyum dingin lagi, dia menolehkan kepala melihatku, dengan lambat berkata, "Baik! Aku percaya, meskipun nanti kamu bisa mengalahkanku. Tapi pastinya butuh waktu bukan? Lalu bagaimana dengan Isyana? Bagaimana dengan Nogo? Kamu menyuruh Isyana setiap hari dicegat untuk menunggumu mengalahkanku? Jangan bermimpi lagi! Tinggalkan Isyana, dia akan hidup berkali lipat lebih baik dari sekarang."

Aku akui, perkataan Don Juan memang benar. Kesulitan di depan mata sekarang, aku memang tidak bisa membantu Isyana. Tapi aku juga tidak akan mundur, tidak mungkin mendorong Isyana ke dalam pelukan Don Juan.

Permasalahan ini, jelas sekali aku sedikit merasa bersalah, aku melihat Don Juan, sengaja tertawa dingin dan berkata, "Don Juan, tidak ada gunanya kamu mengatakan ini kepadaku! Ini semua, biarkan Isyana menentukannya sendiri!"

Don Juan melihatku yang sama sekali tidak mengalah, dia tertawa dingin, lalu dengan kuat melempar rokok ke atas lantai, dengan kuat menginjaknya. Melototiku, dengan dingin berkata, "Baik, kalau begitu kita lihat saja nanti!"

Sambil mengatakannya, Don Juan masuk ke mobilnya sendiri. Melihat Benz nya yang hilang dari tatapanku, aku baru memutar kepalaku, memencet bel lagi.

Aku tadi waktu keluar, sudah memikirkannya. Begitu Don Juan pergi, aku akan langsung kembali. Alasannya sederhana, yang pertama karena disaat seperti ini, aku harus berada di sebelah Isyana. Dan juga, sebelum aku keluar, Bibi Salim melihatku dengan bermakna.

Isyana sedikit terkejut dengan kehadiranku lagi. Sedangkan Bibi Salim sedikitpun tidak terkejut. Dia menunjuk sofa di samping, dengan tenang berkata, "Ugie, duduklah."

Aku begitu duduk, Bibi Salim langsung bertanya padaku, "Don Juan sudah pergi?"

Aku mengangguk. Bibi Salim melihat Isyana lagi, dengan tenang berkata, "Isyana, mengenai Don Juan anak ini, aku tidak menilai. Diantara kamu dan dia, dan juga Ugie, bagaimana perkembangan kalian, aku juga tidak akan ikut campur. Tapi ada satu hal aku harus mengingatkanmu!"

Nada bicara Bibi Salim sangat serius, Isyana langsung menegakkan punggungnya, mengangguk kepada Bibi Salim dengan serius.

Bibi Salim lanjut berkata, "Tidak peduli apa yang terjadi, kamu tidak boleh menggunakan uang Don Juan sepeser pun, apalagi meminjam! Kecuali kamu menikah padanya."

Kalimat Bibi Salim yang terakhir menyadarkanku. Tapi Isyana langsung menggeleng dengan senyum pahit, "Ma, aku tidak pernah berpikir demikian."

Bibi Salim langsung memotong perkataan Isyana.

"Memikirkan atau tidak adalah urusanku, tapi mengatakannya atau tidak adalah urusanku sebagai mama. Isyana, kamu harus tau. Seumur hidup ini, utang paling besar bukanlah uang, tapi utang budi. Alasan utama kenapa keluarga kita dengan keluarga Romino beberapa tahun ini bisa damai adalah kita tidak pernah mau menerima bantuan mereka. Mengerti tidak?”

Meskipun Bibi Salim tidak langsung mengatakannya, tapi aku bisa merasakan, kalau penilaiannya terhadap orang keluarga Romino tidaklah tinggi.

Sedang berbicara, tiba-tiba bibi pembantu berjalan masuk. Dia melihat Bibi Salim, langsung berkata, "Kak Salim, asisten Elisna sudah datang."

Begitu Bibi Salim mendengarnya, langsung mengerutkan keningnya. Aku pertama kalinya mendengar nama asisten Elisna ini, tapi melihat sikap Bibi Salim, sepertinya sedikit tidak ingin menemui orang ini.

Berpikir sebentar, Bibi Salim baru berkata, "Orang yang datang adalah tamu, suruh dia masuk."

Bibi pembantu menjawab, lalu berjalan keluar dari ruang tamu. Tidak lama, melihat bibi pembantu membawa seorang pria berumur sekitar 30 tahun berjalan masuk. Pria ini lumayan tinggi, penampilannya putih, bersih, berpendidikan. Begitu lihat langsung merasa seperti atasan tinggi yang sering duduk di dalam kantor.

Novel Terkait

This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
3 tahun yang lalu
Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu
Suami Misterius

Suami Misterius

Laura
Paman
3 tahun yang lalu
Wanita Pengganti Idaman William

Wanita Pengganti Idaman William

Jeanne
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Dalam

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Menantu Hebat

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu
My Greget Husband

My Greget Husband

Dio Zheng
Karir
3 tahun yang lalu
Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
4 tahun yang lalu