Love And Pain, Me And Her - Bab 147

Aku berdiri perlahan, menatap Bong Casa. Ada banyak rasa di hatiku. Bukan kebetulan bahwa Bong Casa bisa mencapai posisinya hari ini. Setidaknya dia bisa melakukan apa pun demi kepentingan perusahaan.

Aku menghela nafas, menatap Bong Casa dan bertanya, "Presdir Bong Casa, apakah tidak ada solusi lain untuk masalah ini?"

Bong Casa meletakkan cangkir teh di atas meja teh. Dia menatapku dan sedikit tersenyum, berkata, "Tentu saja ada! Membayar kompensasi kerugian, menghilangkan dampak. Ini adalah solusinya. Mengenai metode apa yang kalian gunakan, itu tidak ada hubungannya dengan KIMFAR.”

Aku tersenyum pahit, ini sama dengan apa yang dikatakan tadi, hanya merubah konsep saja. Aku sedikit mengangguk pada Bong Casa dan berkata, "Baiklah, Presdir Bong Casa, silahkan Anda melanjutkan pekerjaan. aku pergi dulu."

Setelah berkata, aku putar balik untuk pergi. Baru saja mendorong pintu, Bong Casa di belakang tiba-tiba memanggil namaku, “Ugie.”

Aku berhenti, menoleh menatap Bong Casa, kami berdua hanya saling memandang. Untuk sesaat, Bong Casabaru berkata, "Ugie! Sebenarnya kamu seharusnya berterima kasih kepada aku, hari ini aku memberi Anda pelajaran gratis! Dulu, Anda mengatakan kepada aku kalimat ‘Bisnis diselesaikan dengan bisnis’, sebenarnya yang waktu itu Anda katakan tidak benar. Yang hari ini aku beritahu kamu, baru benar ‘Bisnis diselesaikan dengan bisnis’. Pikirkanlah baik-baik ketika pulang! Di sisi kantor cabang Korea, hati CEO Rudy masih condong ke arahmu. Tapi kamu tidak bisa menunda lag, lekaslah beri kami jawaban."

Aku menganggukkan kepala, balik badan, meninggalkan kantor Bong Casa.

Yang dia katakan sangat benar, hari ini dia memberiku pelajaran lagi. Aku tidak berharap sikap Bong Casa akan begitu tegas. Jumlah kompensasi yang tinggi ini, bagi PT. Nogo Internasional saat ini, tidak diragukan lagi seperti sudah jatuh tertimpa tangga pula. Dan aku bahkan tidak tahu apa yang bisa ku lakukan sekarang. Mungkin hanya bisa diam-diam menunggu negosiasi akhir antara Isyana dan KIMFAR. Namun hasil negosiasi diperkirakan sama saja dengan hari ini.

Ketika aku berjalan keluar dari gedung KIMFAR, angin musim gugur bertiup, akupun menggigil.

Saat hendak berjalan maju, tiba-tiba telepon bergetar. Ketika mengambil dan melihat, itu adalah sms, yang dikirim oleh Raisa. Aku langsung memencet tombol buka, tertulis, "Ugie, bagaimana pembicaraamu dengan Presdir Bong Casa?"

Raisa seharusnya melihat aku keluar dari gedung KIMFAR, kalau tidak, tidak mungkin mengirim sms dengan begitu cepat. Aku melihat ke atas, tetapi aku tidak melihatnya. Aku menjawabnya dan berkata, "Sangat tidak masuk akal, sikap Presdir Bong Casa sangat tegas. Dan jumlah kompensasi juga di luar dugaanku.”

Setelah mengirim sms, aku memegang telepon dan berjalan ke sisi jalan. Aku berdiri dengan bodoh dan tidak tahu harus ke mana? Kembali ke perusahaan, tidak ada yang bisa dilakukan. Tidak kembali, aku juga tidak punya tempat lain untuk pergi.

Ketika sedang berpikir, sms masuk lagi, masih Raisa yang mengirim.

“Kalau begitu, aku masih menyarankan agar kamu pergi ke orang di departemen periklanan stasiun TV. Pertama-tama, terlepas dari apakah kompensasi dibayarkan atau tidak, yang paling utama adalah kamu harus membuktikan bahwa kamu tidak bersalah."

Sebenarnya, apa yang dikatakan Raisa adalah apa yang telah aku lakukan beberapa hari ini. Yang disayangkan adalah, meskipun aku tahu Riski berbohong, tapi dia sama sekali tidak memberi aku kesempatan untuk berkomunikasi, sedikit carapun tidak ada. Setelah aku membalas sms Raisa lagi, kami berdua tidak melanjutkan.

Aku berjalan sendirian di jalan, hatiku semakin linglung. Apakah masalah kali ini benar-benar sebuah masalah tanpa solusi? Aku tidak terima, tetapi aku tidak berdaya.

Setelah berjalan sebentar, aku merasa sedikit kedinginan. Baru saja aku berpikir untuk naik bus di halte, aku mendengar suara seorang lelaki dari belakang ku, yang meneriakkan namaku, "Ugie, Ugie."

Ada kegembiraan didalam suaranya. Segera setelah aku berbalik, aku melihat seorang lelaki yang kotor dan keras kepala berpakaian seorang koboi berlari ke arahku. Saat dia berlari, dia melambai padaku, berteriak dengan nafas berat,

“Aku masih megira aku salah lihat, ternyata benar kamu, Ugie.”

Ketika aku melihatnya dengan jelas, aku terkejut. Lalu, dia tersenyum tanpa sadar.

Mengapa aku juga tidak kepikiran, pria ini adalah Rose. Orang ini tidak kembali ke kota asalnya, masih berkeliaran didalam provinsi.

Begitu aku mendekat, aku langsung bertanya kepadanya, "Rose, kenapa kamu belum pergi?"

Dia mengangkat matanya yang besar, menjulurkan lehernya, berkata, "Tentu saja aku tidak bisa pergi! Tidak hanya aku tidak bisa pergi, aku masih mau ke beberapa tempat terkenal di kota ini. Aku ingin membuat Lulu melihat, waktu itu dia melepaskanku, adalah kesalahan besar, betapa bodohnya, keputusan yang sangat konyol."

Kelihatannya Rose masih sama seperti yang sebelumnya, sama seperti sebuah lirik lagu. Melihat rasa puasnya, aku berkata dengan senyuman pahit, "Rose, apakah kamu sudah gila? Dengarkan aku, kembali ke rumah."

Selain masalah gugup, sebenarnya Rose tidak jahat.

Segera setelah aku selesai berbicara, Rose mengangguk dan berkata, "Benar, aku gila! Ugie, kamu bilang, dari zaman kuno ke zaman modern, dari dalam negeri ke luar negeri, seniman yang sukses bukan orang gila? Mereka tidak gila, mereka tidak dapat membuat karya yang begitu indah. Jadi, aku juga gila. Aku juga ditakdirkan untuk membuat karya yang akan diturunkan dari zaman ke zaman "

Aku terdiam! Rose sama sekali tidak berada di saluran yang sama, tidak bisa berkomunikasi.

Aku baru saja ingin mencari alasan untuk pergi duluan, siapa yang tahu Rose menarik tangan aku dan berkata, "Ayo, aku bawa kamu pergi ke kawasan seni untuk melihat-lihat. Ada beberapa orang yang berbakat di sana, kami akan mengadakan pameran skala besar dalam waktu dekat. Stasiun TV akan datang saat itu "

Setelah berkata, Rose juga tidak peduli aku setuju atau tidak. Menarikku jalan maju. Tadinya aku sedang bete, juga tidak ada tempat untuk pergi. Hatiku berpikir lebih baik pergi dengan Rose untuk melihat-lihat, anggap saja bersantai sejenak.

Aku tahu kawasan seni yang dikatakan oleh Rose. Di sanalah tempat suci bagi para seniman di provinsi ini. Banyak anak muda dengan mimpi dan perasaan berkumpul di sana dengan kerinduan mereka akan seni, semuanya berkumpul di sana.

Kawasan seni benar-benar memiliki beberapa seniman luar biasa. Tentu saja, lebih banyak yang seperti Rose, ketidakjelasan dan pembenaran diri.

Ketika tiba di kawasan seni, berjalan-jalan dengan Rose sebentar. Tidak usah dikatakan, orang ini benar-benar mengenal banyak orang. Begitu masuk, langsung ada orang yang menyambutnya. Tetapi identitasnya berubah, dia bukan seorang penyair, berubah menjadi seorang pelukis.

Dengan penuh rasa ingin tahu, aku bertanya kepada Rose, "Kapan kamu menjadi pelukis lagi?"

Rose melirikku dengan angkuh, dengan bangga membawa kepalanya yang berantakan, berkata dengan percaya diri,

“Apakah Lulu tidak mengatakannya padamu? Sebagai seorang seniman yang hebat, lebih dari sekadar menulis beberapa puisi. Lukisanku lebih berharga daripada puisiku."

Aku tersenyum pahit, aku tidak mengerti dunia Rose.

Setelah berkata, Rose menyeretku ke sebuah rumah kosong. Tidak ada hiasan di rumah ini, semuanya adalah alat untuk melukis. Semua jenis lukisan juga tergantung di keempat dinding. Beberapa orang sedang melukis, ketika aku dan Rose masuk, tidak ada orang yang menggubris kami berdua.

Novel Terkait

Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
4 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
4 tahun yang lalu
Mr Lu, Let's Get Married!

Mr Lu, Let's Get Married!

Elsa
CEO
4 tahun yang lalu
Husband Deeply Love

Husband Deeply Love

Naomi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
4 tahun yang lalu
Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
4 tahun yang lalu
Innocent Kid

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu