Love And Pain, Me And Her - Bab 227 Biarkan Berlalu Seperti Ini Saja

aku dengan bodoh berdiri ditempat. Seperti sudah melihat wajah penuh emosi Bibi Salim , memberitahukan hal ini kepada Isyana. Dan Isyana selain merasa terkejut, juga akan merasa kecewa!

Jane sadar ada hal yang tidak beres. Dia melihatku, bertanya dengan suara rendah, “Ugie, Siapa Bibi Salim ?”

aku tersenyum pahit melihat Jane, perlahan menggeleng, menghela nafas berkata, “Mama Isyana”

“Hah?”

Kali ini Jane yang terkejut. Dia menatapku dengan wajah sedih, berkata dengan suara rendah, “Ugie, maaf! Kali ini aku benar-benar mencari masalah untukmu”

aku tersenyum pahit menggeleng. Karena Jane juga tidak sengaja, aku bagaimana mungkin menyalahkan dia?

Jane berpikir sebentar, dia berkata lagi, “Sudahlah, aku pergi menjelaskan pada mereka”

Sambil berkata, Jane berjalan ke arah ruang teh. aku buru-buru menahan dia, tersenyum pahit dan menggeleng berkata, “Sudahlah, itu hanya akan membuat masalah semakin buruk. Kamu antar aku pulang saja”

aku tidak ingin Jane menjelaskan lagi. Awalnya Bibi Salim sudah cukup tertekan, dia pergi menjelaskan lagi, orang yang tertekan selanjutnya adalah Mamanya. Dari pada begitu, lebih baik aku pulang dan cari cara sendiri.

Sampai di bawah rumahku. aku baru saja membuka pintu mobil, bersiap untuk turun, Jane tiba-tiba memanggil namaku berkata, “Ugie, masalah hari ini benar-benar maaf. aku juga tidak menyangka bisa bertemu dengan Bibi Salim ”

aku tersenyum menggelengkan kepala. Masalah sudah terjadi, menyalahkan juga tidak akan menyelesaikan masalah apapun. Lebih baik bersiap menghadapinya saja.

“Temani aku mengobrol”

Jane tiba-tiba berkata lagi. aku mengangguk, lalu menutup pintu mobil.

Menurunkan jendela, menyalakan rokok. aku menghisap cukup besar. Dan Jane tiba-tiba bertanya padaku, “Ugie, apakah kamu ingin mendengar ceritaku?”

aku tersenyum mengangguk. Ini adalah pertama kalinya Jane mengungkit hubungan percintaannya.

Jane sedikit tersenyum. Tidak tahu kenapa, ekspresi wajahnya terlihat sedikit terluka. Lalu dia lanjut mengatakan, “Sebenarnya dalam hatiku yang paling dalam, ada seorang pria yang kusukai. aku sudah beberapa tahun menyukainya, sayangnya, dia tidak tahu hal ini”

aku sedikit penasaran, tersenyum bertanya padanya, “Siapa yang begitu beruntung, yang bisa ditaksir sampai sebegitunya oleh reporter besar Jane kita?”

Jane juga tersenyum, dia menggeleng, “Dulu aku merasa mencintai diam-diam, juga sebuah hal yang romantis. Saat itu aku setiap hari melihat fotonya, dengan manis menebak segalanya tentang dia. Tapi perlahan, aku sadar mencintai diam-diam adalah hal yang sangat pahit. aku tahu segalanya tentang dia, suka dan duka dia. Tapi dia malah tidak tahu keberadaanku”

aku tertawa. Yang dikatakan Jane, ada kesamaan dengan saat aku mencintai diam-diam Isyana. aku bertanya padanya dengan penasaran, “Jadi dimana orangnya sekarang? Kenapa kamu tidak memberitahukan padanya?”

Jane tersenyum pahit menggelengkan kepala, “Siapa yang tahu ada dimana dia sekarang? Walaupun tahu, apa yang akan terjadi jika aku memberitahunya? Dia sudah memiliki orang yang dicintainya sendiri, mungkin, sudah menikah dan melahirkan anak”

Sambil berkata, Jane menoleh melihatku, sedikit mencela diri berkata,”Karena mencintai diam-diam, aku akan terus diam. Sampai suatu hari, dia muncul di depanku. Memberitahuku, dia masih single. Mungkin saat itu, aku akan memberitahunya, aku dulu pernah dengan gila-gilaan menyukainya”

Cerita Jane, tidak ada bedanya dengan ribuan cerita yang tidak terbalas. Satu-satunya perbedaan, mungkin aku merasa dengan syarat Jane yang sangat bagus, asalkan dia menyatakan cinta, seharusnya akan sukses dengan mudah.

Kami berdua mengobrol sebentar, sampai malam tiba. aku baru berpamitan dengan dia, sendirian naik ke atas.

Sampai dirumah, aku berbaring disofa sambil merokok, jatuh lagi kedalam konflik yang dalam. aku tidak tahu masalah hari ini, apakah Bibi Salim akan memberitahu Isyana. aku ingin memberitahu Isyana, tapi mengingat ayahnya sedang dirawat dirumah sakit, suasana hatinya tidak bagus. Jika aku saat ini memberitahunya, sama sana menambah kesulitan dan kekesalannya. Jika aku tidak memberitahu, menunggu Bibi Salim yang memberitahu, aku khawatir akan dianggap tidak ada inisiatif.

aku menghisap rokok dengan perasaan campur aduk. Setelah berpikir sebentar, aku memutuskan menelepon Bibi Salim . Menjelaskan baik-baik kepadanya.

Telepon berdering sebentar. sayangnya, Bibi Salim tidak mengangkat. Malah menolak telepon. Jadi aku hanya bisa mengetik pesan teks dan mengirimkan kepada Bibi Salim . aku menceritakan dengan rinci, mengatakan bagaimana Jane membantu dia belakangan ini, dan dia yang memohon bantuanku, pergi menemui Mamanya, menceritakan semuanya.

Setelah pesan dikirimkan, aku menunggu dengan cemas. aku tidak tahu bagaimana cara pandang Bibi Salim terhadap apa yang kukatakan ini. Apakah dia bisa berpikir aku sedang berbohong.

Beberapa saat kemudian, notifikasi pesan ponsel berbunyi. Melihatnya, Bibi Salim membalas pesanku. Sedikit buru-buru membukanya, pesannya sangat panjang, tertulis: “Ugie, apakah kamu tahu perbuatan kamu ini disebut apa? Ini disebut penipuan! Kamu tidak hanya telah menipu Isyana, kamu juga di saat bersamaan telah menipu Tante Yuta mu. aku tadi sudah memberitahu semuanya kepada dia, aku memberitahunya, kamu sedang mengejar putriku. Kamu tahu apa yang terjadi padanya? Dia sangat marah, menelepon putrinya. Memaki untuk waktu yang lama! Dan lagi, apakah kamu ada memikirkan untuk Isyana? aku tanya padamu, jika Isyana pergi menjadi pacar orang lain tanpa memberitahumu, apakah kamu akan senang?”

Walaupun sikap Bibi Salim tidak termasuk bagus. Tapi yang membuatku lega adalah, dia sudah tahu kebenaran dari masalah ini. Dan bukan benar-benar mengira aku menjadi pacar Jane. aku buru-buru membalas pesan dia, terus meminta maaf, mengatakan diri sendiri tidak memikirkan dengan baik.

Untung saja, Bibi Salim membalas lagi pesanku, “Sudahlah, masalah ini biarkan berlalu seperti ini saja. aku juga tidak akan memberitahu Isyana. Tapi aku beritahu kamu, lain kali tidak boleh melakukan hal ceroboh seperti ini. Tidak perlu membalas pesanku lagi. aku sedang sibuk bermain mahjong. Suasana hati Tante Yuta tidak bagus, kehilangan uang, aku harus menggunakan kesempatan ini untuk menang lebih banyak”

Melihat pesan itu, aku tidak sadar tersenyum. Tidak peduli bagaimana, Bibi Salim sudah memaafkan aku.

Masalah sudah selesai, suasana hatiku juga menjadi ringan sedikit. Selesai mandi, mengirim pesan kepada Isyana. Bertanya apakah dia sudah pulang? Isyana dengan cepat membalas pesanku. Dia memberitahuku malam ini dia berada dirumah sakit, tidak pulang lagi. Bisa pembicaraan antara Isyana dan ayahnya berlangsung baik. Jika tidak dia tidak mungkin semalam ini masih merawat di rumah sakit.

Popularitas iklan CB Advertising, membuat pihak lain memutuskan untuk bekerja sama dengan PT. Nogo Internasional. Pagi ini, aku baru sampai dikantor. Lulu datang memberitahuku, menyuruhku pergi ke ruangan Isyana untuk mengikuti rapat kecil.

Novel Terkait

Pria Misteriusku

Pria Misteriusku

Lyly
Romantis
4 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
4 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
5 tahun yang lalu
Excellent Love

Excellent Love

RYE
CEO
4 tahun yang lalu
Unperfect Wedding

Unperfect Wedding

Agnes Yu
Percintaan
5 tahun yang lalu