Love And Pain, Me And Her - Bab 397 Menyebalkan

Aku dengan tidak senang membalikkan bola mata pada Eddy.

“Jangan cerewet, aku menyuruhmu bagaimana, kamu lakukan saja bagaimana! Sekarang bukankah semua orang sudah memulai usaha? Kamu harus berjuang menjadi pengusaha perwakilan dari kelahiran 90-an. Selain itu, ke depannya dalam berpakaian, jangan pakai yang gaya hip-hop. Sebisa mungkin pakai pakaian formal, biar orang lain yang melihatnya akan merasa kamu adalah pengusaha yang serius, bukanlah anak orang kaya yang hanya bisa bersenang-senang.”

Aku berkata dengan sedikit tidak puas terhadapnya.

“Oh.”

Eddy bergumam dengan enggan.

Aku juga tidak menghiraukannya, dan lanjut berkata, “Menu utama dari restoran kita juga sama, harus diberi cerita. Misalnya, dari mana asal daging sapi kita, apa perbedaan antara daging sapi ini dengan daging sapi biasa, bagaimana sapi-sapi ini diternak. Misalnya, jika itu lobster Australia, harus jelaskan berasal dari perairan yang mana, dan karakteristik dari perairan itu. Dengan kata lain, hidangan kita tidak hanya sekedar enak dan indah, terlebih lagi harus diberi keistimewaan. Bahkan brokoli yang sederhana pun, juga harus membuat tamu yang menyantapnya mendapatkan perasaan budaya yang tinggi dan unik.

Aku berkata dengan sangat terus terang, Eddy juga mendengarkan dengan serius sambil mengangguk kepala.

Setelah selesai mengatakan semua ini, aku berpesan lagi, “Inilah yang harus kamu lakukan dalam dua hari ini, setelah masalah ini selesai dilakukan, kita akan memulai pergerakan selanjutnya. Pertama-tama, kita setiap harinya harus memberikan dua ratus porsi steak daging sapi pilihan.”

Sebelum aku selesai berkata, Eddy langsung menatapku sambil melongo, “Ah? Kak Ugie, kamu sudah hitung belum, berapa biaya dari dua ratus porsi steak daging sapi ini? Satu restoran penuh juga tidak muat, lagi pula, tamu yang mengandalkan pemberian makanan gratis, pasti juga tidak akan bertahan lama!”

Aku terkekeh, perkataan Eddy ini benar sekali. Tetapi pemikiran kami berdua berbeda, hasil yang didapatkan tentu saja juga tidak sama.

Aku berkata sambil bergeleng, “Tidak muat di restoran juga tidak apa-apa, kita berikan dengan gratis kepada orang di jalan. Yang aku inginkan adalah efek yang ramai akan orang.”

Eddy menggaruk kepala, jelas dia tidak terlalu setuju dengan pendapatku. Tetapi dia juga tidak banyak berkata, melainkan bertanya lagi, “Kalau begitu berikan berapa lama?

Aku tersenyum, dan bergeleng pelan, “Tidak pasti, ditentukan berdasarkan kondisi kenyataan. Siapa tahu di hari mana bersuasana hati yang baik, kita pun memberi lobster.”

Eddy sedang minum kopi, mendengar perkataanku, seketika dia menyemburkan kopi di mulutnya. Matanya membelalak menatapku, “Lobster? Kak Ugie, kamu tidak gila?”

Melihat tampangnya yang cemas, aku tidak tahan untuk tertawa, lalu menjelaskan, “Satu lobster bisa dibagi menjadi tujuh atau delapan porsi, ditambah dengan pasta, mungkin biayanya bahkan lebih rendah daripada steak daging sapi.”

Eddy mengambil kertas tisu untuk mengelap cipratan kopi di badannya. Sambil mengelap, dia berkata sambil bergeleng, “Kak Ugie, kamu pun lebih menghamburkan uang daripada aku!”

Aku tersenyum, sambil menatap Eddy, aku lanjut berkata, “Ini hanya permulaan saja. Selanjutnya, kamu masih harus mencari para teman main kamu itu, membentuk sebuah Pengiriman Makanan Ekstra Cinta

, dan mengantarkan makanan sekali dalam seminggu. Tim kalian ini, selain mobil sport, supirnya harus dipastikan adalah pria tampan dan wanita cantik. Selain mengantarkan pesanan, juga harus mengantarkan makanan gratis kepada pekerja kebersihan untuk sekali dalam sebulan. Setiap kali harus menunggu sampai mereka selesai makan, dan membersihkan sampah, barulah boleh pergi.”

Semakin mendengar, semakin Eddy terbengong. Aku menjelaskan padanya, “Eddy, aku memintamu untuk belajar bercerita di awal. Semua yang dilakukan setelah itu, adalah persiapan untuk cerita di awal. Aku beritahu kamu, selama kita melakukan yang di belakang dengan baik, para media tentunya akan datang mencari kita. Pada saatnya nanti, ceritamu pun bisa dimainkan. Siapa tahu, dengan ini kamu bisa mendapatkan perhatian dari para malaikat investor, dan mendapatkan penanaman modal berkelas A?”

Eddy sambil mendengar sambil mengangguk dengan tidak terlalu paham. Tiba-tiba dia bertanya lagi padaku, “Kak Ugie, bukankah kita ini framing?”

Aku menyeringai, “Iya! Sekarang kalau kamu ada waktu, pelajari dengan cermat terhadap para catering online yang baru berkembang, kamu akan menyadari para perusahaan itu semuanya melakukan framing. Jika tidak framing, bagaimana bisa mendapat pendanaan? Jika tidak ada pendanaan, dari mana bisa menghabiskan uang? Jika tidak menghabiskan uang, bagaimana bisa menciptakan tampilan palsu yang makmur? Bagaimana bisa go-public?”

Eddy menggumamkan ‘oh’, dan berkata sambil mengangguk, “Baiklah, kalau begitu hari ini aku akan mulai bergerak sesuai dengan yang kamu katakan. Pada saatnya nanti, kamu beri arahan spesifik saja padaku.”

Aku mengangguk.

Karena Eddy menetapkan perusahaannya sebagai catering online , maka aku pun mengikuti idenya, melakukan promosi secara internet. Namun tujuan akhir kami tidaklah sama, Eddy ingin go-public, sedangkan aku justru ingin mengalihkan restoran kepada orang lain.

Setelah keluar dari Resto Geprek, aku baru ingat bahwa aku belum pergi menjenguk Lulu ke rumah sakit dalam dua hari ini, tidak tahu sudah bagaimana kondisinya sekarang. Melihat tidak ada masalah apa-apa lagi sekarang, aku langsung memanggil taksi pergi dan pergi ke rumah sakit.

Tiba di depan bangsal, aku pikir Robi seharusnya juga ada, maka aku sengaja tidak mengetuk pintu. Aku langsung membuka pintu, ingin sengaja menakuti mereka.

Begitu aku membuka pintu, terdengar suara dari dalam, lalu aku melihat Lulu yang sedang memakai selimut, dan hanya menyembulkan kepala kecilnya di luar. Matanya menatapku dengan ketakutan.

Melihat itu adalah aku, dia berkata dengan wajah cemberut, “Ugie, kamu membuatku kaget sekali, kenapa tidak ketuk pintu?”

Aku merasa sedikit aneh, lalu berjalan ke sisi tempat tidur, dan berkata sambil menatapnya, “Lulu, kamu kenapa? Tidak panas?”

Lulu segera bergeleng, “Apanya yang kenapa? Tidak panas.”

Sambil berkata, dia pun mengerang, “Ugie, kenapa jantungku begitu tidak nyaman? Kamu cepat panggilkan perawat!”

Aku segera berbalik badan dan berjalan ke arah pintu. Baru berjalan dua langkah, tiba-tiba aku berbalik badan lagi.

Gerakanku yang mendadak membuat Lulu berseru kaget. Dia sedang mengeluarkan barang yang ada di dalam selimutnya, begitu aku berbalik, seketika dia menarik kembali selimutnya.

Aku melangkah maju dan langsung menyingkap selimut sebelum Lulu sempat bereasksi. Di atas tempat tidur, diletakkan banyak makanan ringan seperti kentang goreng, selai buah, lidi pedas, dan lainnya.

Aku menatap makanan ringan itu, lalu menatap Lulu. Lulu tersenyum dan menatapku dengan canggung sambil berkata, “Perawat memintaku menambah asupan gizi, aku makan sedikit di saat tidak kerjaan.”

Aku menatap Lulu dengan senyum aneh, dan menunjuknya dengan jari, “Jujur denganku, sebenarnya bagaimana dengan penyakitmu ini?”

Detik berikutnya, Lulu menatapku dengan wajah cemberut, “Apanya yang bagaimana?”

Aku terkekeh, dan bertanya padanya, “Masih berpura-pura denganku?”

Barulah Lulu mengerutkan bibir dan berkata sambil menatapku, “Ugie, kamu menyebalkan sekali! Aku hanya ingin Roby menemaniku lebih lama, sehingga memikirkan ide ini.”

Ketika selesai berkata, mata Lulu pun memerah.

Novel Terkait

CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
3 tahun yang lalu
Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
3 tahun yang lalu
Mr Lu, Let's Get Married!

Mr Lu, Let's Get Married!

Elsa
CEO
4 tahun yang lalu
My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
3 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
4 tahun yang lalu