Love And Pain, Me And Her - Bab 501

Perkataan Tyas, membuatku sedikit marah, dan Isyana tampak terkejut. Dia juga tidak menduga kalau Tyas justru akan berbicara seperti itu.

Memanggilnya Bibi. Bagi orang lain, mungkin itu adalah hal yang sangat sederhana untuk dilakukan. Tetapi bagi Isyana dan Tyas, tentu memiliki arti yang berbeda. Jika Isyana tidak datang bekerja untuk perusahaan. Mereka bahkan tidak akan mengatakan apapun. Belum lagi memanggilnya Bibi.

Tyas hanya bersikap provokatif, dan tujuannya sederhana, karena dia hanya ingin memberi Isyana rasa frustasi. Melihat Isyana tidak bisa menjawab, Tyas menyeringai, melihat Isyana yang tampak pucat sambil berkata. “Bagaimana membuatmu memanggilku Bibi sangat sulit bagimu? Jika melihat dari umurku dan melihat norma yang ada. Tidak masalah jika kamu memanggilku Bibi dan itu tidak merugikanmu, kan? "

Wajah Isyana menjadi semakin dingin, lalu dia menatap Tyas tanpa mengeluarkan satu kata pun. Tyas mendengus, lalu berbicara dengan supirnyanya. "Karena kalian tidak ingin bekerja sama denganku, maka tidak ada lagi yang bisa kita bicarakan. Aku akan kembali bekerja." Setelah berkata, Tyas berbalik dan berjalan menuju pintu utama perusahaan.

"Isyana, sudah tidak apa - apa kok."

Segera setelah aku berbicara, Isyana tetap tidak memperhatikanku. Dia menunjuk punggung Tyas, dan berteriak "Tunggu!"

Tyas berbalik dan menatap Isyana, ini adalah pertarungan rahasia antara dua wanita. Jelas sekali. Isyana lah yang berada dalam posisi tidak menguntungkan.

Isyana juga menatap Tyas, lalu kulihat bibirnya terbuka dan tertutup dan dia berteriak pelan "Bibi Mikra"

Suara Isyana tidak terlalu keras, tetapi Tyas mendengarnya dengan jelas. Lalu wajahnya tiba-tiba berubah menjadi lebih dingin. Sambil melihat Isyana, dia berkata dengan dingin. "Kamu salah, sudah kubilang untuk memanggilku 'Bibi', bukan 'Bibi Mikra' "

Aku tidak tahu sebetulnya apa perbedaan antara kedua tersebut, tetapi Tyas lebih memilih untuk dipanggil Bibi. Isyana menyerah, tetapi Tyas terus menekannya lebih jauh lagi. Isyana tiba-tiba mencibir, menatapnya dan berteriak lagi. "Bibi, Bibi! Apakah kali ini sudah benar? "

Meski sangat marah, tetapi Isyana tetap berteriak memanggilnya. Tyas tertawa dan itu adalah senyuman yang sangat arogan. Pertama dia melihat sopir di sebelahnya dan dengan bangga berkata, "Kamu dengarkan, Nona Anne memanggilku Bibi? Benar - benar lucu sekali"

Sopir itu mengangguk dengan canggung, dan Tyas kembali menatap Isyana sambil tertawa. Setelah puas, dia berkata. "Yana, Itu bagus! Aku suka panggilan itu. Aku lebih suka kalau kamu memanggilku seperti itu. "

Tujuan Tyas sebenarnya cukup sederhana, dia hanya ingin Isyana menyerah padanya. Sekarang dia telah mencapai tujuannya.

Lalu Tyas berbalik untuk melihatku, dengan ali yang sedikit terangkat dengan senyum sinis, dia berkata, "Direktur Ugie, Anda harus berterima kasih kepada Yana untuk itu. Jika bukan karena dia, kita tidak mungkin akan bekerja sama. Baiklah, mintalah orang dari departemen pemasaran kalian untuk pergi menemui Manajer Zhang besok. Aku akan memberitahunya. "

Setelah berbicara, Tyas kembali tersenyum puas pada Isyana. Baru setelah itu dia berbalik dan pergi. Sekarang hanya Isyana dan aku yang tersisa di tempat parkir. Melihat Isyana, yang pucat seperti itu. Aku merasa sangat bersalah padanya dan berkata. "Yana, sebenarnya kamu tidak perlu memaksakan dirimu seperti itu. "

Aku tersentuh oleh tindakan Isyana. Tetapi aku merasa sangat bersalah karenanya, karena aku tidak ingin dia menyakiti dirinya sendiri karenaku. Isyana menghela nafas panjang, seperti yang aku bayangkan saat ini, dia pasti merasa sangat marah, tertekan dan malu.

Setelah beberapa saat, Isyana berbalik untuk melihatku. Dia tertawa kecil lalu berkata pelan, "Ugie, kita sudah saling mengenal sejak lama. Kamu selalu membantuku, menjagaku dan merawatku. Tetapi aku, aku tidak ada yang pernah melakukan apapun untukmu. Aku terus memikirkan hal itu, dan jika suatu saat nanti aku bisa melakukan sesuatu untuk membantumu. Maka aku akan melakukannya, apa pun taruhannya, aku akan melakukannya untukmu tanpa ragu sedikitpun. "

Mendengar kata-kata Isyana, menghangatkan hatiku. Jika aku hanya mengatakan terima kasih, hal itupun masih belum cukup. Sebenarnya yang ingin aku lakukan sekarang adalah, memeluknya erat-erat. Tetapi di sini karyawan perusahaan datang silih berganti. Aku khawatir Isyana akan merasa malu. Sambil tersenyum kecil, Isyana melihat mobilku dan berkata. "Baik. Ugie. Kembalilah bekerja! Kita akan bertemu lagi nanti. "

Aku tersenyum dan mengangguk, dan melambai padanya kemudian berbalik dan masuk ke dalam mobil.

Bagaimanapun kejadian ini sangat tidak terduga. Proyek besarku ternyata harus diselesaikan dengan cara seperti itu. Meskipun masalahnya sudah selesai, tetapi aku sedang tidak bersemangat. Salah satunya karena Isyana terlibat dalam masalah ini dan terlebih lagi dia sampai tersakiti. Tetapi yang lebih penting sekarang, aku jadi sangat khawatir dengan kondisi Isyana. Sebetulnya dia adalah seorang wanita dengan kepribadian yang tangguh, tetapi di lingkungan seperti Perusahaan Djarum aku menjadi semakin khawatir kalau dia akan semakin terluka.

Sepanjang sore ini. Aku sangat sibuk menangani bermacam kendala di perusahaan. Papang mengetuk pintu dan masuk. Dia juga membawa laporan di tangan. Begitu masuk, dia segera menatapku dan tersenyum. "Direktur Ugie, efek dari kerja keras kita selama sebulan ini sangat memuaskan. Baik itu dari pengguna terdaftar, atau pengguna online harian dan pengguna aktif harian. Semuanya meningkat lebih banyak dari sebelumnya. Terutama dibagian seni kuku. Bisnis kita bahkan telah berkembang pesat dari waktu ke waktu. Saya yakin jika kita terus seperti ini, bagian seni kuku akan mengalahkan bagian perawatan wajah dan akan menjadi bagian terbesar dari bisnis kecantikan Madinah. "

Aku mengangguk sambil tersenyum, mengambil rokok dari meja dan memberikan satu pada Papang. Lalu melanjutkan kata-katanya. "Kecantikan membutuhkan tempat. Beda dengan seni kuku, karena hal itu bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja, misal kafe, kantor, bahkan rumah tinggal. "

Papang mengangguk, kemudian dia duduk di depanku. Lalu mengesampingkannya di tangannya, menyalakan rokok. Lalu melihatku dan berkata. "Tapi Ugie, saya ingatkan Anda sekali lagi. Dengan intensitas operasi kita saat ini, dana di pembukuan kita akan bertahan paling lama tiga bulan. Jika investasi tidak berhasil dalam tiga bulan tersebut. Kita akan dalam masalah besar. "

Aku mengangguk, kemudian menerima laporan Papang dan membacanya baik-baik. Angka-angka ini sebenarnya semua sudah ada di kepalaku, tetapi aku melihat lagi untuk memberikan diriku lebih banyak waktu untuk berpikir.

Aku letakkan laporan itu, kemudian menatap Papang dan berkata "Direktur Papang. Selama pengguna terdaftar kita bisa melebihi angaka 1,5 juta dalam waktu tiga bulan. Aku yakin, investasi pasti akan segera berhasil. "

Setelah berkata, Aku menghela nafas. "Hei! Uang sekarang tidak cukup. Saya punya banyak ide. Tetapi belum berani menerapkannya. Jika Anda memberi saya 30 atau 20 juta sekarang. Aku yakin dalam beberapa bulan aku bisa menggandakan pengguna kita. "

Papang mengangguk, dan berpikir sebentar lalu bertanya lagi. "Ugie. Bisakah kita menghubungi Direktur Viali lagi? "

Aku segera menggelengkan kepala menolak ide Papang.

Novel Terkait

His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Meet By Chance

Meet By Chance

Lena Tan
Percintaan
3 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Setelah Menikah

Cinta Setelah Menikah

Putri
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Menaklukkan Suami CEO

Menaklukkan Suami CEO

Red Maple
Romantis
3 tahun yang lalu
Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
4 tahun yang lalu