Love And Pain, Me And Her - Bab 534 9 Tahun

Isyana sama seperti wanita-wanita lain. Sebelum meresmikan hubungan, Isyana pasti bersikap sombong, tetapi setelah meresmikan hubungan, sikap Isyana berubah menjadi sangat ramah. Mulai mengalihkan semua perhatian kepada pasangannya. Sama seperti sekarang, mengenai masa depan kami, sepertinya Isyana lebih khawatir dibandingkan aku.

Aku belum selesai berbicara, Isyana berkata lagi “Ugie, hari ini aku ingin memberitahukan ayah. Tetapi hari ini ayah tidak memiliki waktu luang, pergi ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan. Kondisi kesehatan ayah semakin memburuk, aku hanya bisa menunggu kesempatan untuk memberitahukannya.”

Setelah bergabung dengan Djarum Grup, Hubungan antara Isyana dan ayahnya, perlahan-lahan sedang mengalami perubahan. Mengenai permasalahan antara ayah dan ibunya, sekarang Isyana sudah jarang membahas hal tersebut.

Aku langsung menjawab “Jangan khawatir, pada saat kamu bertemu dengan ayahmu, baru memberitahukan dia saja.”

Isyana mendengus. Kami berdua mengobrol sebentar, kemudian mengakhiri panggilan tersebut.

Sore ini sibuk hingga malam pukul sembilan lewat, ibuku baru saja meneleponku. Begitu aku menjawab panggilan tersebut, mendengar ibu berkata dengan nada halus “Ugie, ayahmu sudah memberitahukan aku. Aku hanya ingin bertanya satu pertanyaan saja, apakah kamu sudah yakin akan bersama dengan Isyana ?”

Pertanyaan ibu sedikit aneh. Tetapi tanpa berpikir panjang, aku langsung menjawab “Ibu, sebenarnya aku sudah lama mengejar Isyana, meskipun Isyana terlihat cuek dan dingin, tetapi sebenarnya Isyana adalah seorang gadis yang memiliki hati yang tulus dan ramah. Aku merasa dapat bersama dengannya, adalah sebuah keberuntungan bagiku.”

Tiba-tiba ibuku tertawa, ibuku menghelakan nafas dan berkata “Ugie, urusan kamu sendiri, ibu tidak banyak berkomentar. Jika kamu sudah membuat keputusan, ibu akan mendukungmu. Minggu depan, minggu depan ibu dan ayah akan pergi ke ibu kota provinsi ! Sampai jumpa nanti. Tetapi ibu tetap ingin menasehatimu, segala sesuatu, jangan berpikir terlalu sempurna, pada saat kebahagian tersebut datang, kamu juga harus memikirkan ketika masalah tersebut datang, apa yang harus kamu lakukan. Keberuntungan selalu bersamaan dengan musibah, kamu harus berwaspada.”

Aku tersenyum simpul. Ibuku adalah seorang guru, ibuku tidak pernah lupa untuk mendidik orang lain di setiap saat, mengobrol sebentar dengan ibuku, kemudian aku mengakhiri panggilan tersebut.

Sebenarnya kelakuan ayah dan ibu hari ini sangat aneh. Reaksi kekagetan ayah dan juga kekhawatiran ibu, mungkin mereka berdua merasa, berdasarkan latar belakang keluarga Isyana, aku tidak cocok dengan Isyana. Tetapi ayah dan ibuku tidak mengetahui, sekarang aku adalah COO Cantique, berdasarkan valuasi Cantique, aku termasuk orang yang memiliki aset miliaran. Tentu saja, uang tersebut dalam bentuk saham, aku tidak bisa mencairkannya.

Masalah ini, aku tidak terlalu memikirkannya, menunggu mereka datang, bertemu dengan Bibi Salim saja.

Beberapa hari ini aku sangat sibuk. Biasanya begitu aku memiliki waktu luang, aku akan menelepon Isyana, dapat merasakan bahwa, sekarang Isyana semakin bergantung dengan aku. Tidak peduli seberapa sibuknya dia, Isyana selalu mengirim pesan untukku, mengingatkan aku untuk makan, banyak beristirahat dan lain sebagainya. Aku menjadi semakin menikmati hubungan di antara kita berdua.

Siang ini, aku sedang mengerjakan pekerjaan di kantor, tiba-tiba ponselku berdering, begitu aku melihat layar ponsel, panggilan dari Robi. Aku langsung menjawab panggilan tersebut, mendengar Robi berkata “Ugie, aku akan berangkat. Jadwal penerbangan pukul 5 sore ini.”

Aku tertegun, langsung melihat waktu, sekarang sudah jam satu lewat, aku terburu-buru bertanya “Kamu pergi ke mana? Kenapa tiba-tiba? Kenapa sebelumnya tidak memberitahukan aku?”

Begitu aku menanyakan serangkaian pertanyaan. Robi tertawa terkekeh-kekeh, Robi berkata “Aku bisa pergi kemana lagi? Tentu saja kembali ke Beijing ! Sudah lama berkeliaran diluar, sudah tiba saatnya pulang.”

Sambil berkata, Robi menghelakan nafas. Begitu Robi menghelakan nafas, membuat hatiku terasa sakit. Aku langsung berkata “Aku pergi ke bandara sekarang, sampai jumpa di bandara!”

Sambil berkata, aku meletakkan ponsel. Kemudian menelepon Lulu, memberitahukan kabar tersebut kepada Lulu, apabila aku tidak memberitahukan Lulu, Lulu pasti akan menyalahkanku seumur hidup. Dua hari ini Lulu mengambil cuti, Lulu sedang melakukan persiapan untuk pergi ke Beijing, tetapi sayang sekali, Lulu tidak menjawab panggilanku. Terpaksa aku harus mengirim pesan untuknya.

Kemudian, aku menelepon Isyana, begitu Isyana mendengar kabar tersebut, langsung meminta aku menjemputnya. Isyana mengatakan bahwa dirinya ingin pergi mengantar Robi bersamaku.

Setelah meletakkan ponsel, aku langsung turun ke tempat parkir. Pergi ke Djarum Grup dulu, untuk menjemput Isyana. Kemudian bersama Isyana, langsung menuju ke bandara.

Dalam perjalanan, Isyana menghelakan nafas dan bertanya “Ugie, biasanya di ibu kota provinsi, aku jarang berkomunikasi dengan Robi, mengapa ketika aku mendengar Robi akan pergi, hatiku merasa hampa?”

Aku tersenyum pahit. Aku mengerti maksud dari Isyana, terkadang-kadang, manusia seperti ini. Ketika orang-orang tersebut berada di samping kita, kita merasa semua ini tidak penting. Tetapi pada saat mereka benar-benar meninggalkan kita, kita semua akan merasa enggan dan menyesal.

Aku mengemudi dengan kelajuan yang sangat cepat, satu jam kemudian, aku dan Isyana tiba di bandara. Setelah memarkir mobil, sambil berjalan menuju ke ruang tunggu domestik, sambil menelepon Robi. Robi memberitahukan aku bahwa, dia sedang menunggu kami di depan pintu masuk.

Ketika tiba di pintu masuk, melihat Robi sendirian berdiri disana, tersenyum kepada aku dan Isyana.

Meratapi Robi, di dalam hatiku timbul perasaan yang tidak dapat diungkapkan. Dulu yang bersikap sembrono dan acuh tidak acuh terhadap segala hal, kini timbul perasaan yang menyedihkan, membuat orang merasa sakit hati.

Aku menahan pemikiran yang ada di dalam hatiku, berjalan menuju ke sana dengan senyuman. Kemudian meninju lengan Robi dengan kuat, berusaha untuk tetap tersenyum “Bajingan, pada ujung-ujungnya kamu meninggalkanku, kembali menikmati hidupmu dengan penuh kemakmuran.”

Robi tertawa terkekeh-kekeh. Aku dapat merasakan, kepahitan yang ada di dalam senyuman Robi. Robi berusaha untuk berkata dengan sesantai mungkin “Ugie, sebenarnya aku tidak ingin kamu datang mengantarku. Aku paling takut melihat adegan menangis pada saat perpisahan.”

Aku tertawa, kemudian melihat Robi, berkata dengan nada mencemooh “Jangan khawatir, meskipun seluruh dunia melihatmu menangis, aku tetap akan tersenyum mengantarmu pergi.”

Aku berusaha untuk tertawa. Tetapi setelah aku mengatakan kata-kata tersebut, hatiku masih terasa sakit.

Telah bersama Robi sejak awal kuliah, hingga sekarang sudah 9 tahun lebih. Sepanjang perjalanan ini, kami telah menangis, tertawa, mabuk dan membuat masalah bersama. Kita pernah berpikir untuk berpisah, tetapi tidak menyangka, akan berpisah dengan cara yang seperti ini. 5 orang pemuda, kini yang pergi sudah pergi, yang berubah sudah berubah, yang tersisa untuk kita hanya kenangan dan ketidakberdayaan di dalam kenangan.

Isyana meratapi Robi, Isyana bertanya “ Robi, mengapa kamu tidak membawa apapun, bahkan koper juga tidak ada?”

Robi tidak menjawab pertanyaan Isyana, Robi meratapiku, kemudian tersenyum simpul.

Novel Terkait

You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Mr Lu, Let's Get Married!

Mr Lu, Let's Get Married!

Elsa
CEO
4 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
5 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
Anak Sultan Super

Anak Sultan Super

Tristan Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Be Mine Lover Please

Be Mine Lover Please

Kate
Romantis
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu