Love And Pain, Me And Her - Bab 136 Pertengkaran Sekali lagi

Melihat aku yang buru-buru, Jane pun melamun sejenak dan bertanya.

" Riski ? Orang departemen iklan itu? Aku tidak berada di satu departemen dengannya, kami juga tidak dekat. Kamu cari dia buat apa?"

Tidak sempat menjelaskan banyak, aku pun berkata, "Kalau begitu apakah kamu boleh membantu aku menghubungi dia? Aku ada urusan darurat mau mencari dia"

Jane mengangguk dan berkata, "Aku coba mencari nomor ponsel dia"

Sambil berkata, Jane pun membuka tasnya dan mengeluarkan sebuah daftar kontak karyawan stasiun televisi. Pada saat Jane sedang mencarinya, telponku pun berdering.

Isyana menelpon aku, setelah aku mengangkat telpon, suara Isyana pun berdering, "Ugie, sekarang datang ke ruangan aku sebentar"

Nada suara Isyana tetap terdengar sangat dingin, hatiku akan terasa sangat kecewa setiap kali dia berbicara dengan nada seperti itu kepada aku.

"Aku tidak berada di kantor sekarang"

Sebelum aku sempat selesai berkata, Isyana sudah memotong kata-kata aku dengan tidak sabar, "Kalau begitu kamu dimana?"

"Stasiun televisi?"

Ini adalah pertama kali aku mendengar Isyana berbicara dengan aku dengan nada suara tidak sabar. Suasana hatiku pun menjadi semakin frustrasi. Aku semakin merasa diriku sangat tidak berguna, aku baru saja bekerja di PT. Nogo Internasional berapa lama, yang aku bawa kepada Isyana hanya hal yang merepotkan.

Setelah diam sejenak, Isyana pun berkata lagi, "Mengapa kamu tidak memberi tahu aku kalau kamu pergi ke stasiun televisi? Ugie, kamu---"

Nada suara Isyana memanggil namaku dipenuhi dengan kemarahan dan tidak berdaya. Tanpa menunggu aku menjelaskan lebih jauh, Isyana sudah mematikan telpon.

Kecewa!

Bukan aku kecewa, tetapi Isyana merasa kecewa kepada aku!

Aku merasa seolah-olah jatuh ke dalam kolam es yang dingin, hatiku terasa sangat dingin. Aku merasa hubungan aku dan Isyana sudah berakhir! Hubungan yang bahkan belum sempat mulai bisa jadi sudah mau berakhir begitu saja.

Mungkin aku benar-benar tidak pantas untuk Isyana. Awalnya aku mengira aku bisa membantu PT. Nogo Internasional berjalan keluar dari masalah, tetapi aku menyadari yang aku hadapi adalah sebuah tembok yang tidak terlihat. Sementara tembok tersebut berada di antara aku dan Isyana, terus memisahkan jarak kami berdua.

"Ugie, ini sudah dapat"

Jane memberikan daftar nomor telpon yang dia pegang kepada aku. Aku sudah tidak merasa buru-buru seperti tadi. Setelah menatap ke nomor telpon itu beberapa saat, aku baru teringat mau menyimpannya.

Jane yang menyadari sikapku yang aneh pun bertanya, "Ugie, kamu kenapa?"

Aku tertawa dengan pahit dan dingin, kemudian berkata dengan nada suara berpura-pura biasa saja.

"Tidak apa-apa! Aku sudah menyimpan nomornya, terima kasih ya! Aku mau kembali ke kantor dulu, lain hari baru traktir kamu makan"

Jane menatap ke aku dengan ekspresi yang bingung, tetapi dia akhirnya mengangguk dan berkata, "Baik, kalau ada masalah telpon aku saja"

Aku naik taksi kembali ke kantor. Di dalam taksi, aku sengaja membuka jendela dan merokok. Melihat bangunan di luar yang gagah dan tinggi, angin yang sejuk berhembus melewati wajahku. Aku ingin menenangkan diriku, aku harus mencari solusi untuk membantu PT. Nogo Internasional dan aku sendiri melewati masalah kali ini.

Setelah tiba, aku mengetuk pintu ruangan Isyana dan masuk ke dalam. Isyana sedang memegang kontrak KIMFAR dan membacanya dengan teliti. Melihat aku masuk, Isyana pun menunjuk ke tempat duduk di seberangnya dan berkata, "duduk"

Isyana tetap membaca kontrak tersebut dengan gaya seolah-olah aku tidak berada di sana. Secara refleks, aku mengeluarkan pemantik api dan memainkannya. Pemantik api ini adalah kado dari Isyana. Pada saat itu aku belum memberi tahu dia aku menyukainya, jadi paling tidak aku bisa bersikap agak ceroboh dengannya. Tetapi sekarang, aku malah tidak tahu harus bagaimana menghadapinya.

Setelah beberapa saat, Isyana baru meletakkan kontrak di atas meja dan menatap ke aku dengan wajah tidak berekspresi, "Ugie, yang ingin aku pertanyakan kepada kamu adalah, kamu merasa hal pertama yang harus kita lakukan setelah kejadian ini adalah mengurus masalah administrasi atau mencari tahu kebenaran?"

Jelas, Isyana merasa sangat tidak senang dengan masalah aku pergi ke stasiun televisi tanpa memberi tahu dia. Tetapi kata-kata dia juga membuat aku merasa sangat tidak senang, dia sengaja mengatakan kata kebenaran. Jelas, dia juga merasa masalah kali ini disebabkan oleh kesalahan aku dalam proses mengaudit.

Aku mengangkat kepala aku dan melihat ke Isyana, tidak menyangka dia begitu tidak percaya kepada aku.

Setelah saling bertatapan sejenak, Isyana baru menoleh ke arah lain dan berkata, "Ugie, kamu sangat berkemampuan, tetapi hal ini tidak berarti kamu tidak akan melakukan kesalahan. Sebelum kamu pergi ke stasiun televisi tadi, aku sudah menelpon manager di sana dan meminta mereka untuk mencari tahu. Sampul video yang dikirim oleh pihak kita hanya ada satu. Tidak mungkin ada yang sengaja mengeditnya, jadi--"

Aku tertawa dengan dingin dan menatap ke Isyana dengan sudut bibir terangkat, "Jadi kamu merasa kejadian kali ini disebabkan oleh kesalahan aku dalam mengaudit?"

Isyana tidak berbicara, kediaman dia sudah menjelaskan jawabannya.

Aku tertawa dengan dingin lagi dan berkata, "Isyana, apakah kamu ada memikirkannya? Stasiun televisi sana tentu saja hanya memiliki satu sampul video, apakah kamu merasa mereka akan meninggalkan bukti di sana setelah mengedit video sampul kita? Apakah kamu tidak terlalu polos?"

Sikapku membuat Isyana marah, dia bertanya kembali kepada aku dengan wajah tidak mengerti, "Ugie, aku tidak mengerti! Mengapa kamu terus memikir bahwa di antara ini ada yang sengaja mengedit video, mengapa kamu tidak bisa langsung mengakui kesalahan kamu?"

"Karena aku tidak melakukan kesalahan, tentu saja aku tidak bisa mengakuinya!"

"Tetapi semuanya sudah tertulis dengan jelas di kontrak, kamu sendiri membacanya"

Sambil berkata, Isyana melempar kontrak di atas meja di hadapan aku. Semua konten tertulis dengan jelas di kertas, pada bagian akhir benar-benar ada tulisan 'menghilangkan jerawat, hanya membutuhkan waktu 7 hari untuk memutihkan kulit'

Hal yang membuat aku merasa takut adalah, pada bagian tanda tangan benar-benar tertulis namaku dan tanda tanganku. Aku terus membaca kontrak tersebut berulang kali dan sama sekali tidak menyadari ada kesalahan apa pun.

Tiba-tiba aku pun mulai meragukan diriku! Apakah hari itu aku benar-benar bersikap ceroboh? Tetapi meskipun aku salah membaca kontrak, aku bisa memastikan video sampul yang aku tonton jelas tidak memiliki konten yang tertulis pada bagian terakhir.

"Ugie, tulisan hitam dan kertas putih beserta tanda tangan kamu. Ada apa yang ingin kamu katakan lagi?"

Isyana menatap aku dengan nada suara yang tidak berdaya dan kecewa.

Novel Terkait

Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
5 tahun yang lalu
Wanita Yang Terbaik

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
4 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
Awesome Husband

Awesome Husband

Edison
Perkotaan
4 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Back To You

Back To You

CC Lenny
CEO
4 tahun yang lalu