Love And Pain, Me And Her - Bab 597 Rapat

Elisna berpenampilan dengan sangat percaya diri, tepat karena percaya diri itu, mengundang ketertarikan dari para mentor. Ketika mentor wanita menanyakan pertanyaan itu, Elisna merenung sebentar, tetapi dia segera menjawab “Jika beberapa mentor tidak bersedia berputar untukku, maka aku juga merasa lega. Aku bisa kembali ke tempat asalku dengan tenang, karena di sana ada seseorang yang demi mendukung karirku, tetap memilih untuk menyerahkan cinta di antara kami.”

Orang yang dibicarakan Elisna, adalah Amori. Demi membiarkan Elisna mengejar mimpinya, Amori berinisiatif mengutarakan untuk putus. Mendengar perkataan Elisna, seorang mentor segera bertanya lagi “Ada begitu banyak peserta yang datang ke tempat kami dan berhasil melangkah lebih maju, mereka juga berasal dari kota yang berbeda, tetapi tidak ada dari mereka yang menyerahkan cintanya demi berpartisipasi dalam kompetisi ini. Aku ingin bertanya padamu, menurutmu, antara cinta dan karir, yang manakah yang lebih penting?”

Pertanyaan mentor ini juga adalah pertanyaan yang telah menyulitkan banyak orang, tetapi dalam pandanganku, pertanyaan ini tidaklah sesulit itu. Elisna tersenyum dan berkata dengan terus-terang “Cinta dan karir, aku tidak tahu yang mana yang lebih penting, mungkin ini harus melihat apa yang kita butuhkan. Ketika membutuhkan karir, jelas karir yang lebih penting. Ketika membutuhkan percintaan, maka cinta yang lebih penting. Tentu saja, jika bisa menyeimbangkan keduanya, tentunya paling bagus.”

Elisna menjawab dengan sangat patut, dia bukanlah menjawab dengan sudut pandang dirinya, melainkan dari sudut pandang kebutuhan. Mendengar jawaban Elisna beberapa mentor pun tersenyum, lalu mereka mulai beradu dan berebutan. Pada akhirnya, Elisna memilih seorang mentor pria yang lebih sukses di bagian musik rock.

Video itu telah berakhir, aku menoleh menatap Amori, wajahnya tetap tampak datar. Amori memang seperti itu pada biasanya, kamu susah sekali membaca ekspresi di wajahnya. Aku langsung bertanya sambil menatap Amori “Amori, apakah kamu masih memikirkan Elisna?”

Amori mengambil rokok di atas meja, dia menyodorkan sebatang padaku, setelah kami menyalakannya, barulah dia berkata perlahan-lahan “Tentu saja, aku pikir dalam seumur hidupku ini, aku akan selalu memikirkannya.”

Sambil berkata, Amori menghisap rokok dengan kuat.

Aku tidak ingin melanjutkan topik pembicaraan ini lagi, karena aku teringat akan Raisa dan Isyana, dua orang wanita yang selalu memenuhi pikiranku.

Aku menghela napas panjang dan berkata sambil menatap Amori “Amori, hari ini aku datang mencarimu, ada satu hal yang ingin aku katakan denganmu.”

Amori menatap aneh padaku, mungkin dia tidak paham mengapa aku begitu serius, tetapi di saat bersamaan ragu-ragu untuk berbicara.

“Ada masalah apa, Pak Ugie, langsung katakan saja.”

Di perusahaan, Amori juga memanggilku dengan jabatan.

Aku menoleh menatap Amori dan berkata dengan sungguh-sungguh “Aku ingin memberi tekanan padamu, kamu akan bertanggung jawab atas pekerjaan yang lebih penting.”

Amori menatap kaget padaku, dia tahu, aku ingin mempromosikan dia.

Setelah selesai berkata, aku langsung berdiri. Aku berjalan ke samping Amori dan menepuk pundaknya dengan kuat, lalu berkata dengan serius “Tetapi posisi spesifiknya, belum bisa diberitahukan padamu saat ini. Setelah kami selesai rapat pada sore hari ini, akan ada orang yang memberitahu kamu.”

Barang siapapun yang berkecimpung di dalam dunia pekerjaan, tidak ada yang tidak berharap untuk dipromosikan, begitu juga dengan Amori. Amori mengangguk dengan kuat sambil menatapku “Tenang saja, Pak Ugie. Kamu menyuruhku berbuat apa, aku akan melakukan apa.”

Mendengar perkataan Amori, aku tersenyum dengan puas.

Setelah berbincang dengan Amori, aku kembali ke kantor dan mulai menangani berbagai macam pekerjaan di tanganku. Karena sudah beberapa hari tidak datang ke perusahaan, dokumen pun bertumpuk selama beberapa hari, tentu saja beban pekerjaanku menjadi besar.

Tidak tahu telah sibuk selama berapa lama, terdengar suara ketukan pintu dari luar sana. Tanpa mendongak, aku berseru “Masuk.” Begitu pintu dibuka, aku mendengar suara Papang dari luar “Ugie, Direktur Viali sudah sampai. Sekarang dia sedang berada di hotel, katanya dia tidak datang ke perusahaan, dia meminta kita pergi ke hotel untuk mencarinya dan langsung rapat di hotel.”

Aku segera meletakkan dokumen di tangan, sambil bangkit berdiri dan mengambil luaran, sambil berkata pada Papang “Baiklah kalau begitu, kita pergi ke sana sekarang saja.”

Sambil berkata, aku mengeluarkan ponsel dan menelepon Djoko. Aku memberitahu hotel tempat Viali berada padanya dan berjanji untuk bertemu setelah empat puluh menit kemudian.

Supir sedang menyetir mobil, sedangkan aku dan Papang duduk di kursi belakang. Papang langsung bertanya sambil menatapku “Ugie, kenapa hari ini kamu begitu misterius? Bisakah membocorkan sedikit terlebih dahulu, sebenarnya kamu mengumpulkan semua orang untuk merapatkan apa?”

Aku mengangkat alis pada Papang dan berkata sambil tersenyum “Rahasia!”

Papang tertawa terbahak-bahak. Di sepanjang jalan, kami sedang mengobrol tentang situasi Cantique saat ini, serta strategi perkembangan selanjutnya. Waktu berlalu dengan sangat cepat, tanpa disadari, kami sudah tiba di depan hotel tempat Viali menginap.

Begitu memasuki aula besar, aku melihat Djoko beserta asisten dan supirnya sedang duduk di sofa menunggu kami. Sebagai investor putaran A dari Cantique, Papang dan Djoko juga sudah sangat akrab. Mereka berdua berjabat tangan, setelah mengobrol sejenak, kami serombongan pun naik ke lantai atas bersama-sama.

Kamar Viali adalah kamar suite bisnis. Setelah menekan bel pintu beberapa kali, pintu kamar Viali terbuka, tampaklah sosok seorang yang familiar sedang berdiri di depan pintu, yaitu Robi! Aku tidak menyangka Robi juga datang bersama Viali.

Setelah menyapa, kami memasuki kamar mengikuti Robi. Setelah aku memperkenalkan mereka, Robi berkata sambil menunjuk ruang rapat di samping “Para direktur, kalian pergi ke ruang rapat dulu saja, Direktur Viali akan menyusul kalian setelah selesai berganti pakaian.”

Di dalam ruang rapat, terdapat mesin kopi dan perabot minum teh. Aku berinisiatif ke sana dan menyeduh teh untuk mereka. Baru saja selesai menyeduh teh, pintu ruang rapat terbuka, Viali dan Robi memasuki ruang rapat bersama-sama.

Sejak terakhir kali Viali menyatakan cintanya padaku, aku tidak pernah bertemu dengan Viali lagi. Kali ini, perubahan Viali sepertinya sangat besar, dia mengenakan setelan gaun berwarna hijau muda dengan bahan kain kashmir, di dadanya terjuntai sebuah liontin kalung berlian yang panjang, rambutnya juga telah diikat dan wajahnya didandani dengan ringan. Dibandingkan dengan Direktur Viali yang cakap dan tangkas pada sebelumnya, Viali yang sekarang sepertinya lebih mempesona dan lebih feminin. Ini adalah pertama kalinya aku melihat Viali berdandan dengan seperti ini, tidak bisa dipungkiri, penampilan Viali seperti ini benar-benar sangat cantik.

Aku sedikit terkejut, bahkan Papang juga terkejut, dia berkata sambil tersenyum dan menatap Viali “ Direktur Viali, hari ini kamu cantik sekali!

Siapapun bisa mendengar bahwa perkataan Papang ini adalah sebuah pujian yang tulus, tetapi Viali justru menoleh menatapnya dan berkata dengan dingin “Kalau begitu maksud Direktur Papang, sebelumnya aku tidak cantik?”

Perkataan Viali membuat Papang merasa sedikit canggung, tetapi dia berwawasan luas, kemampuan adaptasinya juga sangat kuat, maka dia segera menambahkan “Tentu saja cantik, tetapi hari ini lebih cantik lagi.”

Novel Terkait

Lelaki Greget

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Get Back To You

Get Back To You

Lexy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
3 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Tough Bodyguard

My Tough Bodyguard

Crystal Song
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
4 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
3 tahun yang lalu