Love And Pain, Me And Her - Bab 427 Sebenarnya Apa Yang Telah Terjadi

Begitu Robi selesai berbicara, Veni tiba-tiba menatapku, dia berkata dengan lembut "Ugie, aku memahami Raisa. Jika aku tidak salah memahami, dia dan Rehan tidak bersama sama sekali."

Perkataan Veni ini, membuatku teringat hari itu ketika di rumah Raisa, percakapan anatara dia dan Rehan. Perasaanku pada saat itu sama dengan apa yang dikatakan oleh Veni. Mereka berdua benar-benar tidak terlihat seperti kekasih. ada rasa tidak enak yang membuat jarak diatara keduanya, sama sekali tidak seperti sepasang kekasih.

Tapi aku masih tertawa getir dan menggelengkan kepala, melihat Veni lalu berkata "Veni, kamu sudah memberitahuku terakhir kali. Rehan mengejar Raisa dan ditolak oleh Raisa. Tapi kemudian Raisa memberitahuku bahwa ini hanya dua orang yang tidak nyaman saja. Sudah lama membaik. Apakah ini sama dengan sebelumnya? "

Veni segera menggelengkan kepalanya, dia menatapku dengan tatapan tegas berkata perlahan "Ugie, tidak peduli terakhir kali atau kali ini. Aku dapat merasakan bahwa Raisa sama sekali tidak bersama dengan Rehan. Aku tinggal di rumah Raisa selama dua hari dan aku tidak menemukan jejak seorang pria."

Sebelum Veni selesai berbicara, Robi menyela dan berkata "Veni, apa yang bisa kamu jelaskan? Tidak ada jejak seorang pria di rumah Raisa. Mungkin akan ada jejak Raisa di rumah Rehan, begitu?"

Veni segera menggelengkan kepalanya dan dia berkata lagi "Robi, aku sudah memikirkan semua hal yang kamu katakan ini. Tapi aku tahu Raisa, dua hari bersamanya, dia tidak memiliki kontak apapun dengan Rehan. Bahkan tidak mengirim satu pun WeChat. Apakah menurutmu itu seperti orang yang berpacaran? "

Veni berkata, dia menatapku lagi lalu lanjut berkata "Dan lagi, Raisa telah banyak berubah. Dulu, ketika kami kadang-kadang tinggal bersama, kami akan tidur di ranjang yang sama, mengobrol sampai tengah malam. Tapi sekarang tidak lagi, dia bilang dia tidak terbiasa tidur berdua sekarang. Dia tidur di sofa selama dua malam, aku tinggal sendiri di kamar. "

Aku selalu mendengarkan dalam diam. Beberapa penemuan dan analisis Veni memang sangat masuk akal. Hatiku sedikit sakit, ingin berkata sedikit, tetapi tidak tahu harus bagaimana berkata.

Robi melihat Veni. Dia masih percaya bahwa Raisa dan Rehan adalah sepasang kekasih. Dia memandang Veni dan berkata "Veni, Raisa orang yang bagaimana, kamu dan aku tahu. Dia menghargai reputasinya. Pada awalnya, dia sendiri yang memberitahu Ugie, bahwa dia selingkuh dan hamil. Jika dari awal Raisa ingin membuang Ugie, dia tidak perlu mengarang alasan yang tidak masuk akal seperti itu. Langsung katakan padanya, sudah tidak mencintai, dengan begitu langsung selesai bukan? Ugie juga bukan orang yang menuntut dengan tidak masuk akal. Mengapa harus mengatakan selingkuh dan juga hamil? Apakah dia mengatakan itu hanya untuk membuat orang memandang rendah dirinya? "

Veni tidak berbicara. Robi menyulut rokok, mengisapnya, lalu lanjut berkata "Sebenarnya menurutku, kamu tidak perlu khawatir apakah Raisa dan Rehan bersama. Bahkan jika mereka berdua tidak bersama, Ugie, kamu masih benar-benar bisa kembali untuk mencarinya dan cinta lamanya bersemi kembali? "

Aku tertawa getir, menggeleng-gelengkan kepalaku berkata "Tentu saja tidak!"

Robi mendengar ini, dia merentangkan tangannya, langsung berkata "Ini bukannya sudah berakhir? Tidak dapat melanjutkan hubungan, mengapa masih peduli jika dia dan Rehan bersama sekarang?"

Aku menganggukkan kepala.

Aku harus mengakui bahwa Robi benar. Tapi Robi mengabaikan sedikit keingintahuan manusia. Terlebih aku dan Raisa, masih memiliki perasaan yang tak terlupakan. Itu membuatku ingin tahu lebih banyak tentang kebenaran. Jika dia tidak benar-benar tidak bersama dengan Rehan, mengapa pada saat itu dia mengatakan bahwa dia selingkuh, mengapa dia bisa putus denganku?

Tetapi ini, aku tidak mengatakan dnegan Robi. Aku hanya bisa memikirkannya secara diam-diam.

Aku dalam keadaan linglung ketika Lulu tiba-tiba berkata dengan suara rendah "Ugie, tidak peduli bagaimana, kamu tidak bisa mengecewakan Presdir Mirani?"

Aku menolehkan kepala menatap Lulu, tersenyum sambil mengangguk-anggukkan kepala.

Aku dari awal tidak pernah berpikir untuk mengecewakan Isyana, apalagi bersatu kembali dengan Raisa. Dan satu-satunya perasaan yang aku ingat adalah tidak puas. Aku hanya ingin tahu sebenarnya kenapa ini semua bisa terjadi.

Makan malam untuk kami makan berempat. Meskipun aku masih berbicara dan tertawa dengan yang lain, tapi aku masih tidak bisa tidak memikirkan apa yang barusan dia katakan oleh Veni.

Setelah makan malam selesai, aku terbagi mengantar pulang Veni dan Lulu. Terakhir Ketika tersisa aku sendirian, aku sambil mendengarkan radio, sambil mengemudikan mobil ke arah studio.

Di radio, seorang pendengar memesan lagu untuk pacar pertamanya yang hanya bisa dikenang. Alunan melodi yang merdu terdengar, lirik lagu yang akrab akan bergema di langit malam yang terbuka.

“Waktu yang sudah berlalu tidak dapat kembali lagi, masa lalu hanyalah dapat dikenang kembali. Teringat masa kecil bermain kuda bambu.”

Mendengar sampai sini, aku tiba-tiba memutar kemudi dan memberhentikan mobil ke pinggir jalan. Melihat malam yang sepi di luar jendela, aku mendengarkan lagu, tetapi pikiranku penuh dengan bayangan Raisa.

Aku mengeluarkan ponselku, aku melihat lagi dan lagi. Akhirnya, menemukan nomor telepon Rehan. Raisa tidak bisa memberitahuku apa yang sebenarnya terjadi. Mungkin bisa mendapatkan sesuatu dari Rehan.

Mematikan radio. Menelepon, beberapa berdering kali.

Kemudian terdengar suara Rehan "Ugie, aku tidak percaya kamu akhirnya bisa meleponku!”

Tampaknya Rehan juga menyimpan nomorku.

"Tuan Rehan, apakah punya waktu? Keluar mengobrol?"

Rehan hening sebentar, baru berkata "Aku di Restoran Mawar . Setelah setengah jam, aku akan menunggumu di pintu depan."

Setelah berkata, Rehan menutup telepon.

Aku membuang nafas panjang, menyalakan sebatang rokok lalu menghisapnya. Melihat malam kota yang penuh warna, hatiku kosong. Aku tidak tahu, aku gigih seperti ini mencari kebenaran tentang masalah ini, pantas atau tidak pantas. Tapi aku sangat tidak sampai hati. aku ingin tahu sebenarnya apa yang telah terjadi. Ini juga dapat dianggap sebagai kisah menyeluruh tentang perasaanku, ini juga memberi masa mudaku yang pahit, sebuah kisah!

Setelah menghidupkan mobil, langsung menuju ke Restoran Mawar . Ketika aku tiba, melihat Rehan dengan setelan jas berdiri di depan pintu restoran sedang merokok.

Aku memarkirkan mobil dan langsung berjalan ke Rehan. Rehan melihat ke Land Rover yang ada di belakangku dan berkata sambil tersenyum "Ugie, semakin kesini semakin baik. Sudah mengendarai Land Rover."

Perkataan Rehan bukanlah iri, juga bukan ucapan selamat. Ini lebih seperti ejekan.

Aku juga tidak menjelaskan mobil ini berasal dariman kepadanya. Menyalakan sebatang rokok dan Rehan berjalan ke sisi tangga. Melihat Rehan, aku langsung berkata " Malam itu ketika kamu membunyikan bel pintu Raisa, aku pada saat itu ada di sana."

Aku tidak ingin bertele-tele dengan Rehan.

Rehan tidak mengalami kecelakaan. Dia merokok, dari kejauhan melihat langit malam.

Novel Terkait

Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Diamond Lover

Diamond Lover

Lena
Kejam
4 tahun yang lalu
Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
5 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
4 tahun yang lalu