Love And Pain, Me And Her - Bab 298 Menambah Minyak Ke Dalam Api

Sejenak kemudian, Lulu menatapku dan berkata dengan tak berdaya, "Sebenarnya aku, aku juga tidak tahu. Aku selalu berpikir bahwa tidak mungkin, tapi baru-baru ini aku selalu memikirkannya tanpa sengaja. Kadang-kadang, Aku akan memimpikannya".

Lulu mengatakan dengan terbata-bata membuat aku ingin tertawa. Tetapi aku menahannya, aku takut jika aku tertawa, dia keliru mengira aku sedang menertawakannya, pada saat itu dia mungkin tidak akan mengatakan apa pun denganku.

Aku berpura-pura serius menatap Lulu dan berkata, "Lulu, apa yang perlu dimalukan jika menyukai seseorang? Aku ingat ketika kamu bercerita denganku tentang kamu dan Rose, betapa tegasnya. Mengapa sekarang kamu jadi malu-malu?".

Lulu menghela nafas berat, "Hei! Aku tidak takut jika kamu mengetahuinya. Kuncinya adalah aku tidak yakin, apakah aku benar-benar menyukainya. Kadang-kadang aku merasa dia sangat menjengkelkan, mulutnya yang bau selalu menyakitiku. Tetapi kadang-kadang aku merasa bahwa orangnya sangat baik, baik hati, dan sangat berbakat. Sebelumnya aku belum pernah mengalami seperti ini, aku merasa hatiku kosong selama beberapa hari tidak menghubunginya, dan kadang-kadang aku bahkan memegang telepon dengan linglung".

Begitu topik dialog dibuka, Lulu tidak lagi mempertimbangkannya. Dia mengatakan semua isi hatinya kepadaku.

Aku tersenyum dan memperhatikan Lulu dan berkata, "Apakah masih perlu diragukan? Kamu menyukainya. Tapi ada sedikit cinta dan benci."

Setelah aku selesai berbicara, Lulu cemberut. Tangannya menopang dagunya, tatapan menyedihkan dan kasihan.

Aku merokok dan tidak mengganggu dia yang sedang melamun. Sejenak kemudian, Lulu menoleh ke arahku. Dia bertanya dengan gugup, "Ugie, coba kamu katakan bagiamana perasaan Robi padaku? Apakah dia akan menyukaiku?".

Pada saat ini, Lulu tidak mirip pekerja kerah putih yang profesional, tetapi lebih mirip seorang gadis muda yang baru membuka hati dan mengerti tentang cinta, yang sedang khawatir tentang apakah kekasihnya sama seperti dirinya, juga menyukainya.

Namun, pertanyaan Lulu membuatku sulit untuk menjawab. Jika masalah ini terjadi pada orang lain, aku mungkin dapat menjawab dengan cepat. Tetapi Robi tidak bisa.

Aku mengingat dengan jelas bahwa pada malam itu Robi mengatakan padaku bahwa dia jatuh cinta dengan seorang wanita. Karena wanita inilah dia menolak untuk kembali ke Beijing. Aku tidak tahu apakah Robi telah melupakan wanita itu, dan bisakah dia membuka jendela hati untuk menerima Lulu.

Melihat aku tidak berbicara, Lulu menjadi gelisah. Dia berkata dengan tidak senang, "Ugie, aku sudah memberitahumu tentang semua isi hatiku. Mengapa kamu tidak ingin mengatakannya?".

Aku sedang berpikir bagaimana cara untuk mengatakan dengan Lulu. Tiba-tiba suara Robi datang dari depan pintu, "Aku sudah menebak pasti ada Lulu, dia shio anjing, hidungnya sangat sensitif. Dimana ada makanan, disitulah ada dia".

Robi berjalan ke arah kami dengan gembira, sambil mengejek Lulu.

Aku menatap Lulu dan berbisik, "Kali ini kamu tanyakan sendiri padanya."

Lulu segera memelototiku, dia segera berkata dengan gugup, "Aku memperingatkanmu, Ugie. Jika kamu berani memberitahu Robi tentang hal ini, aku akan putus hubungan dengan kamu!".

Aku tidak bisa menahan tawa ketika melihat ekspresi Lulu yang marah. Penampilan gadis ini seperti pertama kali aku menyukai Isyana, sangat ketakutan dan bingung. Kemungkinan inilah merupakan perasaan diam-diam menyukai seseorang!.

Ketika Robi tiba di depan kami, dia langsung duduk di sebelah Lulu. Lulu segera menatapnya dan memarahinya dengan pelan, "Pergilah, jangan duduk di sampingku. Duduk di samping Ugie saja".

Robi tertawa, dia sama sekali tidak peduli dengan kata-kata Lulu. Dia menatap Lulu sambil mengerakkan tangannya. Tiba-tiba, tangannya menjentikkan dan muncul sekumtum bunga mawar di tangannya. Bunga mawar merah muda yang sangat indah.

Sementara aku melihatnya, aku juga terkejut. Apa? Apakah Robi sekarang memiliki perasaan dengan Lulu, jadi dia sengaja membawa mawar untuk Lulu? Lulu juga sedikit panik, dia melirikku kemudian menatap Robi dengan bingung.

Robi masih terlihat seperti pria jahat. Dia meletakkan mawar di bawah hidungnya dan menciumnya, lalu bertanya pada Lulu, "Lulu, apakah kamu menyukainya?".

Lulu bingung, seketika dia tidak tahu harus berbuat apa.

Dia menatap Robi dengan polos, dan belum sempat berbicara, Robi tiba-tiba berkata, "Aku juga tidak ingin memberikan kepadamu walaupun suka! Bunga ini aku siapkan untuk masukkan ke dalam sup ikan, sup ikan mawar, pasti belum pernah minum".

Robi yang licik ini, tidak tahu apa yang salah dengannya hari ini. Sup ikan mawar apa yang ingin dia lakukan.

Jika Lulu tidak memberitahu kepadaku bahwa dia menyukai Robi, Hal itu merupakan hal biasa bagi Robi untuk bercanda seperti itu. Bagaimanapun, keduanya sudah terbiasa, dan tidak ada yang peduli. Tetapi Lulu telah memberitahuku. Dan Robi mengejeknya seperti itu, hati Lulu pasti akan merasa terpukul.

Melihat wajah Lulu yang memerah, tiba-tiba mengulurkan tangan dan merebut bunga mawar tersebut. Kemudian dia melemparkan ke di wajah Robi, pada saat yang sama dia meneriakinya, "Siapa yang ingin bunga jelekmu, membosankan, tak tahu malu, bangsat!"

Lulu memarahinya dengan tergesa-gesa. Robi juga tertegun. Robi menatap Lulu dengan terkejut, tidak terpikir bahwa Lulu akan marah.

Sementara Lulu memarahinya sambil berdiri. Kemudian mengambil tas dan berbalik untuk pergi.

Aku tidak bisa menarik Lulu karena terhalangi meja. Kemudian segera berteriak pada Robi, "Robi, hentikan dia, pergi membujuknya."

Robi juga panik. Ini adalah pertama kalinya dia melihat Lulu marah-marah.

Robi bergegas, mengulurkan tangannya, dan berhenti di depan Lulu, berkata dengan tersenyum, "Lulu, ada apa denganmu hari ini? Mengapa kamu begitu emosi? Apakah kamu sedang datang bulan?".

Setelah mendengarkan kata Robi, aku mengerutkan alis. Ini jelas bukan membujuk, tetapi justru sedang menambah minyak ke dalam api.

Ada sebuah pepatah mengatakan, "Jika seseorang merekrut bencana sendiri, tidak ada cara untuk melarikan diri."

Aku pikir kalimat ini terlalu tepat untuk Robi.

Begitu Robi selesai mengatakan, langsung mendengar jeritan "Ah". Semua pelanggan di aula menatap ke arah kami dengan heran. Ternyata Lulu mengulangi trik lama. Sepatu hak tinggi yang tipisnya sekali lagi menginjak kaki Robi.

Aku mengerutkan kening ketika melihat ekspresi menyedihkan Robi, dan aku bahkan bisa merasa kesakitannya.

Robi berteriak berulang kali. Dia melompat dengan satu kaki sambil menyeringai, "Lulu, sialan, apakah kamu gila?".

Lulu tidak memafaatkannya, memarahi dengan wajah dingin, "Pergi, jika tidak pergi, aku akan melumpuhkan kakimu."

Robi buru-buru melompat mundur dengan satu kaki. Dia juga takut Lulu akan menginjak sekali lagi. Dia melompat sambil menatap Lulu dengan cemberut, dan berkata dengan nada tangisan,

"Nona besar, tadi aku hanya bercanda denganmu. Kenapa kamu justru marah? Bunga untukmu berada di sini."

Novel Terkait

My Beautiful Teacher

My Beautiful Teacher

Haikal Chandra
Adventure
3 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
4 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Anak Sultan Super

Anak Sultan Super

Tristan Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu
Menantu Hebat

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu