Love And Pain, Me And Her - Bab 293 Kesempatan Terakhir

Setelah mengatakan, Armin sudah siap untuk pergi. Aku mencibir dan menatap Armin kemudian berkata, "Armin, jangan terburu-buru pergi. Hari ini aku khusus datang untuk menemui kamu, bagaimanapun kamu harus mendengarkan aku selesai berbicara dulu baru pergi".

Begitu aku selesai mengatakan ini, Armin segera menatapku. Matanya penuh dengan kewaspadaan.

"Mencari aku?" Armin bertanya.

Aku tersenyum dan mengangguk, kemudian langsung duduk di sofa seberangnya. Aku mengatakan tujuan sebenarnya, beberapa hari ini aku telah meminta Lulu untuk membantuku memperhatikan gerak-gerik Armin. Ketika aku mengetahui bahwa dia sedang bertemu pelanggan di 左岸, aku segera datang mencarinya.

Aku menunjuk ke kursi di seberang dan tersenyum, "Mari kita duduk sambil mengobrol".

Armin sempat ragu-ragu, tetapi dia akhirnya duduk.

"Ada apa? Katakan saja!".

Sikap Armin sangat cuek, dan pandangannya masih sangat waspada.

"Riski telah kembali, kapan kita makan bersama?".

Ketika menyebutkan nama Riski, wajah Armin langsung berubah. Dia menatapku, pertama-tama menghidar dulu, kemudian segera berkata, "Siapakah Riski itu? Aku tidak mengenal".

Aku tertawa sinis kemudian menatap lurus ke arah Armin.

"Armin, karena aku sudah datang mencarimu dan menyebut nama Riski. Apakah kamu mengira aku tidak mempunyai bukti, hanya omong kosong?".

Wajah Armin semakin kusam. Dia menatapku tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Kemudian aku terus berkata, "Insiden iklan sebelumnya kamu bekerja sama dengan Riski. Setelah aku menonton iklan itu dan menandatanganinya, kamu kemudian memberikan iklan tambahan itu kepada Riski. Dan menyuruh Riski menyiarkan iklan sesuai dengan yang kamu berikan itu, kemudian menyebabkan pelanggaran kontrak PT.Nogo, iklan KIMFAR dihapus. Dalam insiden ini, baik PT.Nogo maupun KIMFAR mengalami kerugian yang besar karena kamu Armin. Armin, apakah kamu tidak ingin mengakuinya?".

Setelah mengatakan, wajah Armin berubah menjadi ketakutan, dia berkata dengan tergesa-gesa, "Ugie, kamu jangan sembarangan menuduhku! Aku sama sekali tidak tahu apa-apa tentang masalah ini dan aku juga tidak mengenal Riski!".

Suara Armin terdengar cukup keras. Di kafe yang sunyi, karena teriakannya langsung membuat suasana menjadi sedikit aneh. Semua orang di sekitar mengerutkan kening dan menatap kami.

Armin menyadari bahwa dirinya sedikit tidak terkendali, seluruh badannya menjadi lemah. Aku kemudian tertawa sinis dan berkata, "Armin, tidak apa-apa jika kamu ingin menyangkal. Tetapi kamu harus tahu bahwa sejak aku datang mencarimu dan mengatakan ini kepadamu, berarti aku mempunyai bukti yang lengkap! Armin, kamu hanyalah diperintahkan oleh seseorang untuk melakukan hal ini. Mengapa kamu harus menanggungnya? Apakah kamu benar-benar mengira bahwa aku tidak tahu masalah ini berkaitan dengan Rehan?".

Kata-kataku membuat Armin semakin panik. Dia mungkin tidak membayangkan bahwa aku mengetahui hal ini berkaitan dengan Rehan. Tetapi dia hanya menatapku kemudian menoleh dan melihat ke samping. Dia masih pura-pura kuat.

Aku kemudian mencibir, mengeluarkan telepon dan meletakkannya di atas meja. Menatap Armin dan berkata lagi, "Armin, aku hanya memberimu satu kesempatan terakhir. Jika kamu menolak untuk mengatakan kebenarannya, maka maaf. Aku akan memanggil Presdir Mirani sekarang. Kamu harus tahu bahwa jika Presdir Mirani berada di sini untuk menangani masalah ini, maka tidak akan sesederhana hanya memecatmu dari perusahaan. Tapi dia pasti akan memanggil polisi. Aku khawatir perbuatan penipuan kamu tidak bisa dihilangkan lagi. Dan, kamu juga akan menghadapi kompensasi besar PT.Nogo dan KIMFAR. Ini merupakan sejumlah uang yang besar, aku rasa kamu akan menghabiskan semua kehidupanmu dalam membayar hutang".

Kata-kataku membuat wajah Armin menjadi pucat. Dapat terlihat bahwa dia benar-benar sudah ketakutan.

Sebenarnya, meskipun aku telah mengetahui hal ini berkaitan dengan Armin. Tetapi aku tidak punya bukti sama sekali. Semua informasi yang aku miliki hanyalah petunjuk saja. Itu masih merupakan petunjuk dari analisis kami sendiri. Tetapi aku hanya dapat menggunakan ini untuk menakuti Armin demi mengetahui alasan sebenarnya."

Suhu di kafe tidak terlalu tinggi. Tetapi dahi Armin sudah berkeringat. Tangannya sedikit gemetaran, kepalanya juga menunduk, dia bahkan tidak berani menatapku.

Aku tahu bahwa aku telah menyentuh poin yang fatal. Dia tidak berbicara, dan aku juga tidak bertanya lagi.

Aku memegang telepon dan membalik layar sesuka hati. Setelah beberapa saat, aku tiba-tiba mengklik nomor telepon Isyana, mengarahkan layar ke Armin, dan berkata dengan dingin, "Armin, aku ada urusan nanti. Karena kamu tidak ingin mengatakannya, maka aku hanya bisa menyuruh Isyana menyelesaikan masalah ini."

Setelah mengatakannya, aku bersiap untuk menghubungi. Armin langsung cemas, dia menatapku dengan panik dan berkata, "Ugie, kamu tunggu dulu, dengarkan aku mengatakan kepadamu".

Aku mendongak dan menatap Armin. Meletakkan telepon di atas meja lagi.

Armin mengambil napas dalam-dalam. Dia menatapku, dan memohon padaku berkata, "Ugie, aku bisa memberitahumu apa pun yang ingin kamu ketahui. Aku juga minta maaf padamu. Hal ini memang berkaitan denganku, aku minta maaf. Tetapi Ugie, bisakah kamu memberikan satu kesempatan kepadaku. Setelah aku selesai membicarakan semua kejadian ini, masalah ini dapat berhenti di sini. Memberikan satu jalan hidup kepadaku! Aku benar-benar tidak ingin masuk penjara, jika demikian, kehidupanku akan berakhir di sini".

Armin sangat ketakutan. Sebenarnya, aku juga tidak bermaksud ingin memanggil polisi. Aku hanya ingin mengetahui kebenaran masalah ini, karena orang yang akan aku hadapi pada akhirnya bukanlah Armin, tetapi orang yang memerintahnya di belakang.

Aku mengangguk pelan, menatap Armin dan berkata, "Aku tidak akan bertanya lagi, kamu tolong ceritakan semuanya".

Armin menyesap kopi yang sudah dingin. Dia menenangkan emosinya dan berkata perlahan, "Hal ini memang merupakan wakil presdir KIMFAR yang memerintahku untuk melakukannya".

Begitu dia mengatakan ini, aku langsung menyela dan bertanya, "Bagaimana kamu bisa mengenal Rehan Bastar?".

Armin menjelaskan, "Pada waktu itu, aku mengikuti Direktur Kalin pergi ke KIMFAR dan pernah bertemu wakil presdir Bastar beberapa kali. Aku juga mengetahui bahwa pacarnya saat ini adalah mantan pacarmu. Jadi, aku juga tidak mengatakan kebaikan kamu di depannya."

Armin cukup jujur. Aku tertawa sinis, dan terus bertanya padanya, "Armin, aku tidak mengerti. Kita berdua tidak ada perselisihan, mengapa kamu ingin menargetkanku di mana-mana?".

Armin menggigit bibir bawahnya, dia sedikit ragu, tetapi dia akhirnya mengatakan, "Karena cemburu. Sebelum kamu datang ke departemen penjualan, aku merupakan orang terdekat Direktur Kalin. Tapi setelah kamu datang, pada awal-awal tidak ada perubahan sama sekali. Perlahan kemudian aku menyadari bahwa Direktur Kalin tidak sebatas menjagamu saja. Jika terdapat sesuatu yang baik, hal pertama yang dia pikirkan adalah kamu. Dia memberi semua daftar kualitas baik kepadamu yang sebelumnya itu seharusnya milikku! Dan Presdir Mirani, dia juga sangat menyayangimu. Hal yang membuat aku tidak mengerti adalah aku sudah lama bekerja di PT.Nogo. Aku telah membantu perusahaan mendapatkan begitu banyak proyek, tetapi tidak sebaik kamu yang baru saja memasuki perusahaan selama beberapa bulan. Pada saat itulah pola pemikiranku telah berubah".

Pengakuan Armin tidak membuatku merasa bahagia. Sebaliknya, aku menghelakan nafas. Awalnya merupakan kolega kerja yang biasa, tetapi karena cemburu, membuatnya melakukan tindakan yang gila ini.

Novel Terkait

My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
3 tahun yang lalu
Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
3 tahun yang lalu
Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
4 tahun yang lalu
Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
4 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
4 tahun yang lalu