Love And Pain, Me And Her - Bab 22 Reuni Teman Lama

Aku melihat Isyana tidak sedingin seperti sebelumnya. Dengan ragu-ragu aku bertanya, "Presdir Mirani, sebelumnya kamu bilang Nogo mengalami masalah internal dan eksternal. Apakah itu menunjuk hasil kinerja yang turun?

Isyana tidak menyangka aku akan menanyakannya begitu. Dia berpikir sebentar, mengangguk dan berkata, "Ada hubungannya dengan itu tetapi tidak semuanya."

Aku menjawab "oh". Melihatnya tidak mau berbicara lagi aku pun tidak bertanya banyak.

Kami berdua diam dan tidak berbicara. Suasana di kantor menjadi sedikit aneh. Sebentar kemudian. Isyana menoleh melihatku dan berkata, "Sore ini kamu tidak perlu ke kantor lagi, aku telah menyuruh asisten Lulu untuk memesan tiket untukmu. Besok pagi, kamu berangkat ke Hainan."

Aku tertegun. Tidak mengerti kata-kata Isyana. Namun, dia tidak ingin menjelaskannya sehingga aku bertanya, "Presdir Mirani, buat apa aku ke Hainan ?"

Isyana menghela nafas, sedikit mengerutkan dahi dan berkata, " Rehan membohongimu, KIMFAR belum menandatangani kontrak dengan SHOPI. Kita tidak bisa menghadapi Rehan maka kita harus merubah sasaran. Bos besar daerah Timur, Bong Casa, presiden Bong, sekarang sedang berliburan tahunan di Hainan. Sekarang hanya dia saja yang tersisa."

Rehan adalah wakil presiden KIMFAR daerah Timur. Kalau kami berhasil mengambil proyek ini dari bos besarnya, Bong Casa, proyek ini akan didapatkan, tetapi Nogo juga akan menyinggung Rehan.

Namun, itu bukan hal yang seharusnya dipikirkan sekarang. Aku bertanya kepada Isyana lagi, " Presdir Mirani, aku tidak begitu mengenal presiden Bong yang di KIMFAR. Apakah ada datanya disini, biar aku bawa pulang untuk melihat."

Aku ingin mempersiapkan diri dulu. Tanpa duga, Isyana menggeleng kepala dan berkata, "Kamu tidak perlu pikirkan hal ini. Kamu hanya perlu berangkat denganku."

Aku menatapnya dengan terkejut. Aku berpikir dia menyuruhku pergi sendirian, tidak menyangka dia akan pergi. Wajar saja, ini proyek yang sangat besar. Dia tidak akan yakin jika aku pergi sendirian. Namun, aku tidak tahu apa-apa. Dia membawaku pergi untuk apa? Membantunya membawa tas?

Pulang dari perusahaan, baru tiba di rumah dan mengemas barang-barang untuk besok. Setelah semuanya, aku ingin membuat makanan. Telepon berbunyi. Dari Robi, dia meneriaki secara langsung, " Ugie, pasangan sialan Sutan dan Veni telah kembali. Baru tiba hari ini, mari cari tempat untuk berkumpul nanti."

Aku berjanji pergi dengan segera.

Sutan, Robi dan aku. Kami bertiga satu kos saat kuliah. Karena hubungan kami baik, kami bertiga selalu bersama dan kami sedikit terkenal di universitas. Teman - teman menyebut kami bertiga sebagai "Three Muskeeters".

Pacar Sutan, Veni juga teman kuliah kami. Dia dan Raisa adalah teman baik. Dulu aku menaksir Raisa, dia juga membantuku.

Sutan setahun ini di tugaskan perusahaannya ke kota lain. Veni resign dari pekerjaannya dan mengikutinya pergi ke Nanjing. Kembali pada saat ini, mungkin karena masa tugasnya sudah selesai dan dipanggil kembali ke perusahaan pusat.

Menunggu bis di lantai bawah membutuhkan waktu 40 menit dan akhirnya tiba di restoran di mana Robi katakan. Setiba di ruangan, mereka bertiga sudah disana membicarakan sesuatu dengan gembira. Melihatku, Veni melambai kepadaku dan berkata dengan lembut, "Sini, Ugie, hampir setahun tidak ketemu, tampaknya kamu menjadi hitam?"

Aku memang berjemur untuk menghitamkan kulit. Beberapa hari ini aku menunggu di KIMFAR, angin bertiup dan matahari bersinar ya tentu saja kulitku tidak bagus.

Veni orangnya cantik, suaranya enak di dengar. Dia merupakan wanita yang paling lembut yang pernah aku jumpai. Dia begitu lembut sehingga semua orang yang mengenalnya mengatakan bahwa dia adalah orang yang tanpa temperamen.

Dulu di universitas banyak orang yang menaksirnya. Tetapi akhirnya dia bersama Sutan. Ketika mereka berdua bersama, Veni masih lembut seperti dulu, kemanapun dia pergi, Veni akan mengikutinya. Seperti kali ini Sutan ditugaskan ke luar kota. Veni tanpa pikir panjang resign dari pekerjaannya dan mengikutinya ke Nanjing.

Belum sempat aku menjawab pertanyaan Veni. Sutan menumbuk lenganku, berkata sambil tersenyum, " Dengar dari Robi kamu sudah resign? Mengapa? Masih belum bisa stabil?"

Robi menjawab, "Biar aku beritahu kamu, Sutan. Jangan meremehkan Ugie, dia sekarang sedang memulai bisnis, menjual semangka dengan cara modern. Sekarang sudah mendapatkan investasi, tidak lama kemudian dia akan membawa semangkanya pergi NASDAQ membuka saham. Sampai saat itu, kekayaan bersihnya harus menggunakan dollar Amerika untuk menghitung."

***(NASDAQ = bursa saham Amerika)***

Omong kosong Robi membuat kami semua tertawa. Sutan tidak menghiraukannya, dan berkata kepadaku, "Ugie, kali ini aku kembali dan tidak akan pergi lagi. Kamu juga jangan lagi berkeliaran di luar. Datanglah ke perusahaan kami dan tunjukkan keahlianmu, kita bersama-sama bertarung memulai bisnis."

Sutan berkata dengan tulus. Ketika aku ingin berbicara, Robi mendahuluiku, menunjuk Sutan dan berkata kepadaku, "Biar aku beritahu kamu, Ugie. Sekarang Sutan sangat hebat. Keluar keliling kota sekali. sekarang pulang telah menjadi Presdir pemasaran di perusahaan mereka."

Perusahaan di mana Sutan berada adalah anak perusahaan dari Rehan grup. Sebelumnya dia bekerja dengan bagus di bagian pemasaran dan secara pribadi dia bertanggung jawab atas sebuah kelompok. Tidak menyangka sekarang kembali sudah menjadi Presdir pemasaran.

Diantara teman-teman kuliah kami, Saat ini, dia merupakan yang terbaik. Sebagai temannya, aku merasa senang. Namun, terhadap ajukannya aku hanya bisa meminta maaf dan berkata, " Sutan, jangan dengarkan Robi. Aku sekarang sudah mendapatkan kerjaan. Di bagian periklanan Nogo, lumayan bagus."

Sutan mengangguk dan bertanya, "Apakah masih membuat perencanaan?"

Aku menggelengkan kepala, " Tidak, membuat pemasaran dan menjalankan proyek."

Setelah berbicara, Robi dan Sutan memandangku dengan aneh. Mereka tidak paham, aku mengerjakan perencanaan dengan baik. Mengapa pergi menjalankan proyek.

Veni malah tersenyum dengan lembut dan berkata, "Pemasaran lumayan bagus, melatih diri, Sutan, jika perusahaanmu membutuhkan bisnis periklanan. Kamu bisa menghemat waktu, serahkan saja kepada Ugie"

Sutan setuju.

Makanan dan minuman telah datang, kami sambil makan sambil berbicara tentang masa kuliah. Sebentar kemudian, Veni berbisik, " Ugie, ada apa denganmu dan Raisa ? Mengapa kalian bisa putus?"

Saat datang aku sudah mengetahuinya, topik hari ini tidak akan bisa pisah dari Raisa. Aku minum sedikit bir, rasa dingin membuatku nyaman.

Aku tersenyum pahit dan berkata, "Karena tidak saling mencintai, makanya putus"

Setelah aku selesai berbicara, Robi bersuara "chie" dan berkata, "Apa tidak saling mencintai, sampai Raisa berselingkuh. Dia tidur dengan presidennya dan mengandung anaknya. Tetapi anaknya digugurkan."

Aku tahu Robi membantuku. Tetapi aku merasa tidak enak ketika dia mengkritik Raisa.

Veni menggeleng kepalanya, dan masih berkata dengan nada lembutnya, "Tidak mungkin, Sasa bukan orang seperti itu."

Novel Terkait

See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
Now Until Eternity

Now Until Eternity

Kiki
Percintaan
5 tahun yang lalu
Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
4 tahun yang lalu
Lelah Terhadap Cinta Ini

Lelah Terhadap Cinta Ini

Bella Cindy
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
4 tahun yang lalu
Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu
Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
3 tahun yang lalu