Love And Pain, Me And Her - Bab 523 Ditabrak

“Keluar, keluar semuanya.”

Sutan terus meneriaki kami. Suaranya terdengar nyaring sampai membuat telingaku berdengung.

Segala sesuatu yang berada di depanku membuat hatiku berubah menjadi pilu. Aku menatap Sutan dan berkata kepadanya:“Sutan, kita berteman selama 10 tahun. Aku menganggapmu seperti keluargaku, seperti saudaraku sendiri.”

Setelah aku selesai berbicara, suasana hati Sutan mereda. Dia melirikku, lalu membuang muka. Karena merasa bersalah, dia tidak berani menatapku.

Aku lanjut mengatakan:“Sutan. Aku ingin memberitahumu, mulai hari ini, kita berdua putus hubungan. Mulai saat ini, aku tidak memiliki teman sepertimu!”

Setelah itu, aku berbalik bersiap-siap untuk pergi.

Tidak menungguku bergerak, tiba-tiba sebuah tangan kurus keriput meraih lenganku. Dengan suaranya yang tua menangis terisak-isak: “Nak, dengarkan aku. Aku mengerti masalah ini, ini semua salah Sutan. Salahkan aku dan ayahnya yang tidak mendidiknya dengan baik. Kamu jangan seperti ini dengan Sutan, Tante mewakili dia meminta maaf kepada kalian dan Veni.”

Setelah itu, ibu Sutan ingin berlutut. Tindakannya ini mengejutkanku. Aku segera memapahnya. Dan Sutan segera melangkah maju memapah lengan ibunya. Pada saat yang sama juga berseru tidak puas: “Bu, ini tidak ada hubungannya denganmu, kamu tidak perlu meminta maaf kepada mereka.”

Mungkin tindakan ibunya telah mengejutkannya. Sutan memapah ibunya sambil menatapku dengan marah: “Ugie, OK! Hebat kamu ya! Menghancurkan pernikahanku dan memaksa ibuku berlutut. Kamu ingat ya.”

Dia mengatakannya sambil menunjuk ke kerumunan, berteriak dengan keras: “Kalian semua ingat ya, kalian hari ini berbuat seperti ini padaku. Suatu hari nanti, aku akan membalasnya 10 kali lipat. Kalian tidak ingin aku bahagia, kalian juga jangan mimpi bisa hidup tenang.”

Sutan sudah gila! Ini isi pikiranku. Hingga saat ini, dia tidak bersedia mengakui kesalahannya sendiri, malah sebaliknya melemparkan kesalahan kepada kita.

“Jangan pikir aku tidak tahu, kalian semua dari awal hingga akhir memandang rendah diriku! Sekarang kehidupanku semakin lama semakin membaik, kalian mulai iri. Kalian tiada henti membuat gosip tentang kandasnya hubunganku dengan Veni. Demi balas dendam, kalian semua menghancurkan pernikahanku. Bahkan sampai memaksa ibuku berlutut. Inilah kalian semua yang selalu mengatakan bertindak untuk teman. Kalian mengkhawatir Veni, lalu siapa yang mengkhawatirkan aku.”

Teriakan Sutan semakin lama semakin keras. Hingga akhirnya dia menjerit.

Aku melihat Sutan seperti melihat orang asing. Sutan sudah berubah, berubah menjadi orang yang sama sekali tidak aku kenal.

Mengingat dulu pernah membaca di suatu buku, semakin seseorang merasa minder, semakin dia merasa dirinya yang menoreh prestasi akan membuat orang lain iri padanya. Namun aku benar-benar tidak tahu, pada poin mana Sutan patut aku cemburui.

Begitu kata-kata Sutan diucapkan, ibunya segera menghentakkan kakinya menangis tersedu-sedu:“Sutan, kenapa kamu begitu keras kepala. Teman-temanmu melakukan ini demi kebaikanmu, apakah kamu ingin membuatku mati kesal.”

Ibu Sutan marah sampai tidak bisa berkata apa-apa, hanya bisa memarahinya dengan keras.

Sutan memapah ibunya sambil membantah: “Bu, kamu tidak tahu kebenarannya. Kamu pikir orang-orang ini benar demi kebaikan diriku? Mereka semua berpura-pura.”

Setelah itu, dia menunjuk Raisa dan berkata: “Orang ini demi uang putus dengan Ugie. Menjadi simpanan Wakil Presdir mereka.”

Ucapan Sutan membuat raut wajah Raisa berubah. Sebelum resepsi, Raisa berkata kepadaku karena semuanya teman sekelas. Dia pasti akan datang merestui pernikahannya. Tapi Raisa tidak menyangka, Sutan akan mengatakannya di hadapan banyak orang.

Setelah itu, Sutan menunjukku: “Dan dia, dia bernama Ugie. Dia sangat picik! Meskipun dia dan Raisa sudah putus, tapi mereka masih berhubungan. Pada saat yang sama, dia juga memeras otak berusaha mengejar Isyana. Siapa yang tidak tahu Isyana satu-satunya putri Djarum Mirani, pemimpin Djarum Mirani di masa depan. Dia sama sekali tidak mencintai Isyana, semuanya hanya demi aset Perusahaan Djarum Mirani.”

Kemudian, dia menunjuk Roby yang berada di belakang, berkata dengan penuh benci: “Dan ini Roby. Dia tidak bersedia pulang ke Beijing karena Veni. Dia pernah beberapa kali diam-diam di belakangku mencari Veni. Coba katakan, hal mana yang mereka lakukan demi kebaikanku? Mereka semua hanya akting.”

Ucapan Sutan ini dikatakan untuk didengarkan oleh ibunya. Atau, dia ingin ibunya tahu, dialah yang benar dan kami semua jahat.

Yang tidak aku sangka adalah begitu dia mengucapkan kata-kata ini. Ibunya tiba-tiba melayangkan tamparan ke wajahnya. Tamparannya terdengar nyaring, Sutan yang ditampar dengan keras terkejut, menatap ibunya dengan bingung.

Ibu Sutan marah sampai seluruh tubuhnya gemetar, setelah menampar Sutan, dia kejang-kejang. Kemudian terjatuh lemas ke lantai.

Semua orang cemas. Kami menatap Sutan dengan tidak senang, tapi tidak ada seorang pun yang ingin melihat ibunya terjadi sesuatu. Sutan ketakutan setengah mati, dia membungkuk memeluk ibunya sambil berteriak memanggilnya. Lalu berlari ke depan, ketika berlari dia berteriak padaku: “Ugie, aku beritahu kamu, kalau terjadi sesuatu dengan ibuku. Aku pasti tidak akan mengampuni kalian dan jangan pernah berpikir bisa hidup tenang.”

Saat ini, aku tidak ingin berbicara omong kosong dengan Sutan. Semuanya berlari mengikuti Sutan dari belakang keluar dari aula.

Sesampai di depan pintu, Sutan berteriak kepada Wulandari: “Cepat bawa mobil kemari.”

Ibu Sutan sudah membuka matanya, tapi dia tampak sangat lemas, dia melihat Sutan sekilas lalu memejamkan matanya lagi.

Mobil Wulandari baru saja sampai di depan pintu. Sutan segera menaruh ibunya di kursi penumpang. Kemudian berlari ke sisi lain. Membuka pintu mobil, ingin masuk ke dalam.

Satu kakinya baru saja masuk ke dalam mobil. Tiba-tiba terdengar suara bunyi klakson. Sebuah sepeda motor melaju kencang dari belakang. Tanpa melambat sedikitpun langsung menabrak Sutan.

“Sutan, hati-hati!”

Saat kami tercengang, Veni yang berada di samping berteriak.