Love And Pain, Me And Her - Bab 317 Indoma Food

Sinar mengatakannya dengan sangat percaya diri dan tulus. Tapi tidak tahu kenapa, hatiku terasa hampa, tidak menaruh harapan apa pun kepada Sinar.

Isyana mengambil tas dan berdiri. Menatap Sinar dan berkata dengan lembut: “Paman, masalah ini akan menyusahkanmu. Aku akan pulang berkemas, besok pagi aku langsung pergi ke Beijing.”

Aku dan Isyana berdiri. Sinar menghela nafas, menenangkan Isyana dan berkata, “Isyana, hati-hati di luar, perhatikan keselamatan. Kalau ada kabar, aku akan segera menghubungimu.”

Isyana mengangguk.

Sesampai di depan pintu, aku dan Isyana berjalan menuju tempat parkir. Dan Sinar berdiri di depan pintu menatap kami pergi. Baru berjalan dua langkah, tiba-tiba terdengar suara Sinar, namun dia tidak memanggil kita berdua. Melainkan menyapa orang lain, “Kakak ipar, sudah pulang kerja.”

Dua kata kakak ipar, membuat Isyana yang mendengarnya bergidik. Meskipun aku tidak melihat ekspresi Isyana, tapi aku bisa merasakan keterkejutan dan kecemasannya. Aku sedikit penasaran, begitu baru mau menoleh. Isyana berbisik, “Jangan balik, kita pergi.”

Meskipun kata-kata Isyana tidak terdengar keras, tapi nadanya sangat kuat. Aku tidak menoleh, dan terus berjalan bersama Isyana.Tapi ada suara yang datang dari pintu, kami berdua mendengarnya dengan jelas. Seorang wanita berkata, “Sinar,untuk apa nona muda itu datang? Jangan-jangan karena tidak ada uang dan datang meminta sedekah kepadamu, kan?”

Suara wanita itu sangat muda dan sangat enak didengar. Meskipun aku tidak melihat wajahnya, tapi bisa merasakan seharusnya dia seorang wanita cantik. Identitas dia bisa dipastikan istri Djarum. Wanita yang paling tidak ingin ditemui Isyana.

Sinar tersenyum dan menjelaskan, “Kakak ipar, apa yang kamu katakan? Bagaimana mungkin Isyana datang meminta uang kepadaku, dia datang untuk berkonsultasi masalah bisnis.”

“Hmph!”

Mendengar wanita ini mengendus dinign. Sayangnya aku dan Isyana sudah berjalan jauh tidak mendengar apa yang dia katakan.

Dalam perjalanan pulang, ekspresi Isyana tampak dingin, dan tidak mengatakan sepatah kata pun. Awalnya aku ingin menenangkannya, tapi dalam sekejap tidak tahu harus mengatakan apa.

Isyana mengantarku pulang terlebih dahulu. Ketika hampir sampai di rumahku, aku menoleh memandang Isyana dan berkata, “Isyana, ketika masih kuliah aku sangat suka bermain basket dan sepak bola. Saat itu, aku dan teman-teman sering bergadang menonton pertandingan bola. Terutama ketika piala dunia, Apakah kamu tahu tim mana yang paling aku sukai?”

Meskipun Isyana tidak tahu mengapa aku tiba-tiba mengatakan ini. Tapi dia tetap menjawabku, “Tim Brzail?”

Aku menganggukkan kepala dan bertanya, “Apakah kamu tahu mengapa?”

Isyana menjawab dengan tegas, “Karena tim Brazil kuat, sepakbola samba juga sangat mengagumkan. Dan bukankah pria sangat menyukai yang kuat?”

Aku tertawa, menggelengkan kepala, menatap Isyana dan berkata, “Bukan, bukan karena ini. Aku ingat kala itu aku pernah membaca sebuah berita. Di piala dunia tahun 1954, semua orang mengira Brazil yang terkuat dan pasti bisa memenangkan piala dunia. Tapi siapa sangka, di babak semi final Brazil kalah dari tim Pranis. Kala itu semua pemain percaya mereka akan diejek dengan kejam dan dihina oleh para penggemar ketika pulang ke Brazil. Setelah pesawat mendarat, para pemain melihat adegan lain. Presiden Brasil menyambut mereka dengan 20.000 penggemar tim. Para penggemar memasang spanduk bertuliskan, ‘Semuanya akan berlalu’. Seluruh pemain meneteskan air mata dan meninggalkan bandara dengan semangat.”

Isyana tersenyum masam menatapku, ketika dia hendak berbicara. Aku terus menjelaskan, “Empat tahun berlalu, di piala dunia tahun 1958. Tim Brazil akhirnya memenangkan piala dunia. Ketika mereka dikawal oleh 16 jet kembali ke Brasil. Puluhan ribu orang di bandara Brazil sedang menunggu mereka. Sama seperti empat tahun yang lalu, para penggemar juga memasang spanduk besar yang bertuliskan, ‘Ini juga akan berlalu’”

Setelah cerita berakhir, Lexus hitam juga sampai di lantai bawah rumahku. Isyana menoleh dan menatapku, tersenyum dan berkata dengan pelan, “Ugie, terima kasih atas ceritamu! Aku mengerti.”

Aku juga tersenyum. Meskipun aku tahu, cerita ini tidak mengubah apa pun. Tapi setidaknya aku ingin Isyana mengerti tidak peduli fitnah, kehormatan atau kelancaran, semua ini akan berlalu. Pada akhirnya, memerangi dan menderita adalah cara yang diperlukan untuk pertumbuhan kita.

Suasana hati Isyana tampak lebih baik. Aku tersenyum padanya dan bertanya, “Isyana, besok pagi naik pesawat jam berapa, aku pergi mengantarmu.”

Isyana tersenyum santai, menggelengkan kepala, “Lupakanlah! Aku akan meminta supir mengantarku! Studio-mu baru saja dibuka, masih banyak hal yang harus diurus. Tenang saja, aku bisa menghadapinya. Seperti cerita yang kamu ceritakan, semuanya akan berlalu.”

Aku tersenyum lega.

Setelah menyaksikan Isyana pergi, dan menyadari mobil Lexus telah menghilang, aku baru berbalik naik ke atas.

Hari ini selain meminum beberapa gelas alkohol, tidak memakan makanan apa pun. Begitu masuk rumah, ada perasaan lapar dan ingin pingsan. Aku pergi ke dapur memasak semangkuk mie. Sambil memasak sambil berpikir, malam ini stasiun TV kota dan program investigasi berita, akan menyiarkan Rencana Makan Teman Lama. Mengingat ini, aku segera menuangkan mie yang belum matang ke dalam mangkuk.

Aku buru-buru membawa mangkuk mie pergi ke ruang tamu. Menyalakan TV, mencari saluran stasiun TV kota. Karena sudah pukul 7 lebih, berita yang disiarkan di stasiun TV kota sudah berakhir, aku mulai menunggu program investigasi berita.

Setelah beberapa saat, acara dimulai. Pembawa acara yang cantik langsung menyebutkan Rencana Makan Teman Lama. Dan dia memuji BOSS studio, kemudian layar berubah, menyiarkan rekaman Jane mewawancariku.

Ini pertama kalinya aku menonton diriku di TV, dan rasanya sedikit aneh. Tiba-tiba aku menyadari ada sesuatu yang aneh. Karena ada satu kalimat aku mengatakan, “Acara ini diprakarsai oleh BOSS Studio, perusahaan yang berpartisipasi ada Perusahaan KIMFAR dan Indoma Food.”

Aku ingat hal pertama yang aku sebutkan adalah iklan Indoma Food, ketika disiarkan tidak ada Indoma Food, kalimatku ini dihapus.

Aku pikir mungkin aku salah dengar. Dan aku terus mendengarnya, Ketika Jane menarik kesimpulan, juga sama hanya menyebutkan ketiga perusahaan. Dan tidak menyebutkan Indoma Food. Tapi nominal uang yang dikatakan tetap 300juta termasuk dari Indoma Food.

Novel Terkait

Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
3 tahun yang lalu
Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Japanese Girlfriend

My Japanese Girlfriend

Keira
Percintaan
3 tahun yang lalu
Cinta Yang Dalam

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
3 tahun yang lalu
My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
3 tahun yang lalu
Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
4 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
4 tahun yang lalu