Love And Pain, Me And Her - Bab 529 Perasaan Tidak Aman Isyana

Tidak lama kemudian, Robi selesai memasak kopi. Kami berdua duduk di depan jendela, melihat ke kampus seberang yang dimana orang-orang datang dan pergi. Setelah meminum kopi yang harum, aku bertanya kepada Robi :

“Dimana foto itu, Robi? “

Robi bahkan tidak memikirkannya, dia menjawab "Sudah buang. “

Aku tidak tahu apa yang dikatakannya benar atau tidak, tapi aku tidak bertanya lagi. Sebaliknya, aku bertanya padanya "Apa yang akan kamu lakukan selanjutnya? “

Mendengar pertanyaan ini, Robi kelihatan sangat lesu. Dia menggelengkan kepalanya dengan pelan-pelan dan berkata "Apa lagi yang bisa aku lakukan? Tetap hiduplah. “

Sambil mengatakan, dia menatapku dan berkata "Oh ya, Ugie. Kontrak toko bunga akan segera berakhir, sebelum tutup, uang 200 juta yang kamu pinjam kepadaku, aku masih belum bisa membayarnya. Tunggu aku kembali ke Beijing, aku akan membayarmu setelah mendapatkan pekerjaan. “

Aku tersenyum pahit dan menggelengkan kepalanya. Dibandingkan dengan uang 200 juta, aku lebih peduli dengan masa depan Robi.

Setelah meminum kopi, aku menatap muka Robi yang sedih dan bertanya dengan lembut "Kapan kamu akan pergi? “

Robi menggelengkan kepalanya. Muncul perasaan sedih di wajah tampannya.

“Belum menentukannya, mungkin akhir-akhir ini! “

Aku menghela nafas panjang, baik juga jika Robi pergi. Dia bukan milik kota ini, Beijing baru tempatnya. Hanya saja aku memikirkan perpisahan yang sering terjadi baru-baru ini. Hatiku merasa sedikit sedih.

“Apakah kamu benar-benar tidak mau mempertimbangkan Lulu? “

Melihat Robi, aku bertanya padanya lagi.

Robi tersenyum pahit dan mendesah "Aiya! Lulu adalah gadis yang baik, tapi sayangnya, aku tidak bisa melupakan Veni. Aku tidak bisa menyakiti gadis sebaik itu. “

Robi baru saja selesai berbicara. Terdengar suara sepatu hak tinhgi yang datang dari tanga antik itu. Aku dan Robi menoleh dengan aneh, ke arah tangga. Kemudian muncul sosok yang akrab, Lulu.

Ketika Lulu melihat kami berdua, dia tersenyum. Memiringkan kepalanya dan berkata "Kalian berdua sangat tidak menarik, dulu mengajakku untuk segalanya. Sekarang meminum kopi di cuaca secerah ini, bahkan tidak mengajakku. “

Meskipun Lulu tersenyum, tetapi aku dapat merasakan dengan jelas, bahwa senyumannya tidak wajar. Kedatangannya pasti bukan secara kebetulan. Jika aku tidak salah menebak, dia datang kesini setelah menghubungi Isyana dan mengetahui bahwa Robi kembali kesini.

Lulu menuangkan secangkir kopi untuk dirinya. Setelah duduk, dia memandang kami berdua dan bertanya "Mengapa kalian tidak berbicara? apa yang kalian bicarakan? Biarkan aku mengikuti. “

Melihat Lulu yang sedang tersenyum, aku terkekeh, menggerakkan bibir dan berpura-pura berkata dengan santai "Dia bilang dia akan kembali ke Beijing, kami sedang membicarakan hal ini. “

Lulu tersenyum lagi, dia menoleh melihat Robi dan bertanya "Benarkah? Kapan kamu akan berangkat, biarkan aku mengantarmu. “

Sikap Lulu di luar dugaanku. Menurut apa yang aku ketahui tentang Lulu, dia seharusnya menunjukkan keengganan dan nostalgia, bahkan membujuk Robi untuk tidak pergi. Tanpa diduga, dia sepertinya tidak begitu peduli.

Robi tersenyum canggung, menyalakan sebatang rokok, melihat Lulu dan berkata dengan nada meminta maaf "Setelah aku menangani beberapa hal, aku akan berangkat, mungkin beberapa hari lagi. “

Lulu masih tetap tersenyum dan mengangguk, dia berkata dengan santai "Oke, tapi ingat memberitahuku sebelum berangkat. Aku dan Ugie akan mengantarmu. “

Robi melihatku dengan canggung, tapi dia tetap mengangguk dengan serius.

Tiba-tiba, kami bertiga berkenti berbicara. Adegan ini agak menyedihkan. Adegan ini, sepertinya jarang terjadi diantara kami bertiga. Aku tahu, bahwa semua ini berasal dari kepergian Veni dan juga kepergian Robi yang akan datang. Aku juga menyadari, bahwa saat ini, aku seharusnya tidak berada disini.

Melihat Jam, aku langsung berdiri dan berkata kepada mereka berdua "Oke, masih ada pekerjaan yang harus aku selesaikan. Jadi aku tidak menemani kalian berdua. Kalian ngobrolah. “

Tak satu pun dari mereka menolak dan tidak ada yang mengantarku. Jadi aku turun sendirian.

Hari ini adalah hari yang cerah, sinar matahari yang cerah, menyinari orang, membuat orang merasa malas. Cuaca yang bagus ini, tapi moodku merasa tertekan, Karena beberapa waktu ini, aku mengalami banyak perpisahan cinta dan benci. Tapi, untungnya adalah, Isyana akhirnya menjadi pacarku. ini juga membuat suasana hatiku yang tertekan menjadi baik. “

Kembali ke studio, aku menelepon Isyana. Dimana dia? Isyana memberitahuku dia sedang shopping. Mendengar bahwa aku telah kembali ke studio, dia berkata akan segera datang. Meletakkan telepon, aku juga tidak berminat untuk melakukan hal lain. Jadi aku membuat teh, sambil minum sambil merokok dan menunggu kedatangan Isyana.

Tidak lama kemudian, Isyana masuk dengan tas besar dan kecil. Melihat sekilas kemasan tas, ternyata banyak pakaian pria. Aku tahu, itu semuanya untukku.

Jika dulu, Isyana pasti menyuruhku mencoba hasil belanjaannya. Tapi kali ini berbeda, dia meletakkan tas, duduk disampingku, melihatku dan berkata dengan gugup "Ugie, Don Juan telah menyerahkan diri. “

Aku tertegun, Setelah Don Juan menabrak Sutan, dia langsung pergi. Setahuku, hotel dan Wulandari telah menghubungi polisi. Tidak menyangka, dia pergi menyerahkan diri.

Aku langsung bertanya pada Isyana "Bagaimana kamu mengetahuinya? “

Aku khawatir informasi Isyana tidak tepat, jadi aku bertanya padanya. Isyana menghela nafas dan berkata dengan tidak berdaya "Ai, Paman Romino menelepon ibuku. Dia mengatakan Don Juan telah menyerahkan diri. Ingin bertanya pada ibuku apakah ada kenalan pengacara yang lebih baik, ingin menggugat, ingin mendapatkan hukuman yang agak ringan. “

Kata-kata Isyana membuatku terpana lagi. Aku segera bertanya padanya "Isyana, apakah ayah Don Juan ada mengatakan bagaimana dengan Sutan sekarang ? “

Isyana menatapku dan menjelaskan padaku "Aku tidak tahu secara jelas, tapi Paman Romino mengatakan bahwa Sutan terluka dibeberapa tempat. Keparahan lukanya, juga secara langsung mempengaruhi lamanya hukuman Don Juan. Oleh karena itu, paman Romino sekarang juga sangat memperhatikan hal ini. “

Aku berkata “Oh”, mengerutkan dahi dan mengisap rokok. Dalam benakku, adalah adegan kacau pernikahan kemarin.

Melihat aku diam, Isyana mencondongkan tubuhnya ke arahku. Dia menyandarkan kepalanya di bahuku, memegang lenganku dan mendesah pelan "Ugie, telah terjadi banyak hal beberapa waktu ini. dan membuatku merasa tidak aman. Katakan padaku, bahwa kamu tidak akan seperti Sutan memperlakukan Veni, mencampakkanku suatu hari? “

Aku tersenyum pahit, Aku tidak merasa aneh bahwa Isyana memiliki pemikiran seperti ini saat ini.

Novel Terkait

Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
4 tahun yang lalu
Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
4 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Hanya Kamu Hidupku

Hanya Kamu Hidupku

Renata
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Perjalanan Cintaku

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
3 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
3 tahun yang lalu