Love And Pain, Me And Her - Bab 496

Sekarang bukan waktunya untuk membuatnya berpikir kalau kita sedang membutuhkan banyak uang sekarang. Sambil memegang gelas, aku menyesapnya perlahan. Dan Djoko terus menatapku, dia menunggu jawabanku.

Sambil meletakkan gelas dan menatap Djoko, aku tersenyum dan berkata "Paman Santoso, aku hanya bisa membagi pertanyaanmu menjadi dua. Pertama, aplikasi telepon adalah tren dan banyak perusahaan aplikasi telepon yang mati setiap tahunnya dan jumlahnya pun tidak terhitung. Dengan kata lain, resiko yang dipertaruhkan cukup besar. Adapun bagaimana masa depan Cantique? Aku tidak dapat menjaminnya, yang dapat aku katakan adalah bahwa aku akan melakukan yang terbaik untuk menjalankannya bersama timku. Kedua, jika Paman berniat berinvestasi di dalamnya, dengan senang hati aku akan menerimanya, tetapi ada risiko yang harus Paman pertimbangkan. "

Aku sudah memberi tahu Djoko semua pro dan kontranya dan aku tidak bisa begitu saja bercerita yang baik - baik dengan menggebu - gebu. Dengan pengalaman Djoko disana, dia tidak akan mudah percaya. Jadi aku lebih suka mengatakan yang sebenarnya dan membiarkannya memutuskannya sendiri.

Setelah Djoko mendengarkan, dia menganggukkan kepalanya. Kemudian dia menghela nafas dan berkata "Hei! Apa menurutmu aku sudah terlalu tua untuk memikirkan hal-hal yang seharusnya dipikirkan oleh anak muda. Terus terang saja, sebenarnya ini semua untuk kebaikannya. Anak itu sangat ceroboh. Jika aku berinvestasi di perusahaanmu sebagai pemegang saham untuknya, itu justru lebih baik daripada dia menggunakan uangnya untuk berinvestasi dengan sembarangan. Selain itu, kamukan masih di perusahaan ini. Aku merasa lebih nyaman jika kamu ada disisinya."

Setelah Djoko berbicara dia menghela nafas lagi. Aku mengerti apa yang dimaksud Djoko dan aku juga mengerti bagaimana perasaannya. Tetapi aku sudah mengatakannya dan aku tidak akan berbicara lebih banyak lagi.

"Bagaimana kalau begini, beri aku waktu untuk memikirkannya dan melihat informasi tentang perusahaanmu. Paling tidak beri aku waktu satu minggu dan aku akan memberimu jawaban."

Djoko berkata lagi. Alasannya meminta waktu sekitar seminggu karena dia khawatir setelah kami menyelesaikan putaran pembiayaan awal. Valuasi perusahaan akan naik dan dia harus membayar lebih untuk berinvestasi.

Niat Djoko untuk berinvestasi adalah kejutan terbesar hari itu. Meski semuanya belum pasti, tetapi aku bisa merasakan bahwa dia masih tertarik pada Cantique.

Di apartemen, saat itu baru lewat pukul delapan. Aku hendak mandi lalu menelepon Isyana untuk berbicara dengannya tentang Jump Corp. Sebelum aku selesai melepas pakaianku, tiba-tiba teleponku berdering. Ketika aku melihatnya, itu adalah nomor yang tidak aku kenal.

Aku menjawabnya dengan santai dan aku mendengar suara seorang wanita di ujung sana "Halo, apakah ini Ugie, Direktur Ugie?"

Ingatanku cukup bagus. Hanya dengan satu kalimat, aku tahu bahwa ini adalah wanita yang tidak aku kenal. Tetapi harus aku akui bahwa suara wanita ini cukup indah, lembut dan sedikit menawan.

"Ini aku, bolehkah aku bertanya siapa kamu?"

Aku balas bertanya dengan santai.

"Namaku Tyas Mikra dan aku adalah pemilik Jump Corp."

Begitu wanita itu selesai berbicara, aku tidak bisa menahan untuk tidak tercengang. Tyas, istri Djarum saat ini, Wakil Presdir Djarum Grup dan orang yang paling dibenci Isyana. Sekarang tengah berbicara denganku.

Aku harus bersyukur bahwa dunia ini benar-benar tempat yang indah. Kami seharusnya menjadi dua orang yang tidak mungkin saling berhubungan, tetapi entah bagaimana kami terhubung karena Isyana dan Cantique.

Tetapi aku langsung bersikap sopan dan berkata "Halo, Direktur Tyas. Saya pergi mengunjungi anda di Jump Corp sore ini, tetapi sayangnya, saya tidak dapat bertemu dengan anda!"

Begitu aku mengatakannya, Tyas tertawa. Tawanya indah dan memberiku perasaan yang menggoda. Kemudian Tyas melanjutkan "Manajer Oei mengatakan kepada saya bahwa anda ingin kami bergabung dalam aplikasi anda. Tetapi saya sedang sangat sibuk dan saya tidak memiliki waktu untuk pergi ke klinik. Begini saja, besok pagi jam 9:30. Anda datang langsung menemuiku di Perusahaan Djarum dan saya akan menemuimu di kantor. "

Aku tidak ragu dan langsung menjawab "Baik, Direktur Tyas, sampai jumpa besok!"

Aku menjawabnya dengan bahas sopan dan santai. Tetapi Tyas tertawa dan aku mendengar dia sedikit genit berkata "Sebenarnya, aku sudah lama ingin bertemu denganmu!"

Setelah mengatakan itu, tanpa menungguku untuk menjawab. Tyas langsung menutup telepon.

Aku meletakkan telepon, duduk di sofa dan merenung sebentar. Intinya adalah aku tidak tahu bagaimana aku harus menghadapi Tyas. Aku ingin memperlakukannya seperti biasanya seperti halnya klien biasa. Tetapi mau bagaimanapun, dia adalah istri Djarum dan memiliki hubungan dengan Isyana.

Setelah dipikir-pikir, aku tidak juga mandi. Mengambil telepon dan aku langsung menelepon Isyana.

Panggilanku dengan cepat diangkatnya dan sebelum aku sempat berbicara, aku mendengar Isyana bercanda denganku "Direktur Ugie sangat sibuk, bagaimana dia bisa ingat untuk meneleponku?"

Aku tertawa, karena aku semakin dekat dengan Isyana sekarang dan dia biasanya berbicara kepadaku dengan sedikit marah. Usai ngobrol dengan Isyana, aku bertanya dengan hati-hati "Isyana, kamu tahu siapa pemilik Jump Corp?"

Aku bisa merasakan Isyana terkejut dani dia langsung bertanya balik "Ya aku tahu, memang kenapa?"

Isyana juga menjadi sangat sensitif saat menyebut sesuatu yang berhubungan dengan Tyas. Jadi aku tidak perlu bertele-tele dalam masalah ini dan langsung berkata "Kami akan bertemu di Perusahaan Djarum besok untuk membicarakan tentang masuknya Jump Corp di aplikasi Cantique."

Setelah mengatakan itu aku diam dan mendengarkan Isyana berkata "Karena semua sudah direncanakan, kenapa kamu memberi tahu aku ? Kamu cuma mau memberi tahuku atau kamu punya alasan lain?"

Ternyata sikap Isyana berubah. Aku sebetulnya ingin memberitahu Isyana lebih dulu, tetapi sayangnya Tyas malah meneleponku lebih dulu. Dan Jump Corp juga penting bagi Cantique, sehingga aku tidak bisa menolak Tyas.

Aku tersenyum kecil dan menjelaskanya pada Isyana "Isyana, bagaimanapun juga, ini adalah pekerjaanku. Aku mengerti perasaanmu, tapi kamu juga harus tahu bahwa aku tidak punya pilihan lain selain bertemu dengannya."

Isyana terdiam, kemudian dia menghela nafas dan berkata dengan enggan "Ugie, aku tahu aku harus memahami dirimu. Tapi ketika kamu bilang sudah janjian untuk bertemu dengannya, membuatku ingin marah. Dan aku tidak tahu kenapa bisa begitu "

Kata-kata Isyana membuatku tenang. Meskipun dia merasa tidak nyaman, tapi setidaknya dia mau mengerti.

Isyana berkata dan menambahkan "Kalau begitu kamu harus datang ke kantor besok! Kamu sudah lama tidak melihat ruang kantorku, jadi aku akan menunjukkannya padamu."

Sikap Isyana membuat hatiku yang menggantung di udara akhirnya jatuh ke tanah. Bagaimanapun, dia tidak marah padaku karena ini.

Keesokan paginya, aku menelepon Papang. Memberitahunya bahwa aku tidak akan pergi ke kantor pagi ini, karena akan bertemu dengan Tyas, pemilik dari Jump Corp.

Novel Terkait

The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
The Winner Of Your Heart

The Winner Of Your Heart

Shinta
Perkotaan
5 tahun yang lalu
Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
5 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
4 tahun yang lalu
Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
4 tahun yang lalu