Love And Pain, Me And Her - Bab 525 Pacar Baru

Aku bertanya demikian dikarenakan aku tidak yakin apakah Veni memang sedang berpacaran dengan lelaki tersebut atau tidak. Alasan selanjutnya adalah Robi, aku tidak ingin Robi terus terjerumus di dalam penantian yang tidak berujung ini.

Setelah selesai bertanya, Robi mengeluh nafas dan melirik ke luar jendela, lalu dia menyalakan sebatang rokok dan mengisap dengan kuat. Akhirnya baru menoleh ke arahku dan balik bertanya :”Ugie, menurutmu apa yang harus aku lakukan ?”

Aku tidak dapat memberikan jawaban apapun kepada Robi. Aku dapat merasakannya, sepertinya dalam hubungan perasaan antara dirinya dan Veni, Robi selalu dalam keadaan ragu dan tidak berdaya. Jika tidak demikian, dia juga tidak bakal balik bertanya kepadaku.

Setelah berpikir sekilas, aku menjawab dengan perlahan-lahan :”Robi, menyerah saja.”

Awalnya aku ingin memberitahukan kepada Robi bahwa Veni tidak mungkin mau bersama dia lagi. Namun setelah berpikir sejenak, aku tetap saja tidak melontarkan kata-kata tersebut, karena aku merasa khawatir kalau kata-kataku akan menyakiti perasaan Robi. Akhirnya Robi mengeluh nafas lagi dan berkata dengan perlahan-lahan :

“Tetapi aku tidak ingin menyerah begitu saja.”

Aku sedikit mengerut alis setelah mendengar jawabannya. Hingga detik ini juga, Robi tetap saja tidak mau menyerah. Namun apabila keadaan ini terus berlangsung, Robi pasti akan terluka.

Aku baru saja ingin menasihatinya, Isyana tiba-tiba memotong pembicaraan aku :”Tunggu saja dulu, dengar dulu bagaimana penjelasan Veni. Aku tetap saja merasa sangat ganjil, aku tidak percaya kalau Veni akan jatuh cinta dengan lelaki itu. Aku malahan merasa Veni hanya sengaja membawa seorang lelaki untuk memperlihatkan kepada Sutan.”

Aku diam-diam mengangguk. Kata-kata Isyana membuat pemikiranku muncul lagi adegan ketika Sutan sedang tergelatak di lantai dengan tubuh yang berlumuran darah. Sebenarnya aku sangat khawatir dengan keadaan Sutan. Namun aku juga mengetahui keadaan sendiri. Pada masa-masa seperti ini, aku sama sekali tidak mungkin bisa ke rumah sakit. Bagaimanapun masih ada Wulandari yang tidak ingin melihatku.

Setelah tiba di Kaki Domba, kami memesan beberapa lauk lainnya selain menu utama. Namun sepertinya semua orang juga tidak terlalu berselera. Akhirnya kami hanya duduk di atas kursi dan tidak ada yang berbicara.

Aku memesan dua lusin bir. Semua orang juga mulai menuang ke dalam gelas masing-masing. Aku melirik Veni dan langsung berkata :”Veni, barusan kejadiannya terlalu banyak, kamu masih belum mengenalkan temanmu kepada kami lagi.”

Setelah selesai berkata, Robi langsung mengerut alis. Aku menyadari bahwa perasaan Robi yang sangat khawatir. Dia khawatir karena apabila kenyataannya memang seperti yang dikatakan oleh Veni, maka lelaki ini benar-benar adalah pacarnya Veni.

Veni tersenyum sekilas dan menoleh ke lelaki di sampingnya. Setelah itu mulai memperkenalkan kepada kami :”Namanya Bagas, empat puluh tujuh tahun. Dia seorang guru yang mengajar bahasa di desa kecil, dan juga sebagai pacar baruku.”

Aku dapat merasa bahwa seluruh tubuh Robi menjadi kaku setelah mendengar kata-kata Veni. Tangannya yang sedang menjepit rokok juga sedang gemetar. Setelah itu Veni mulai memperkenalkan kami kepada Bagas.

Veni memperkenalkan dari namaku hingga nama Robi. Pada saat menyebut nama Robi, hatiku merasa sedikit khawatir. Aku khawatir kalau Robi akan bertindak emosional di dalam keadaan saat ini.

Setelah itu Bagas tertawa senang dan berkata kepada Robi :”Salam kenal, Robi, sejak aku berkenalan dengan Veni, aku sudah sering mendengar namamu dari mulut Veni.”

Aku sangat tidak nyaman dengan kata-kata Bagas. Meskipun kata-katanya juga tidak salah, namun aku tetap saja merasa tidak nyaman ketika mendengar Bagas menyebut nama Veni, mungkin saja Robi juga berperasaan serupa denganku. Setelah itu Robi melirik sekilas ke arah Bagas, lalu melirik lagi ke arah Veni, akhirnya tersenyum canggung dan berkata kepada Bagas :

"Veni bilang apa tentang aku ?”

Sepertinya Bagas memang tidak berada di dalam dunia yang sama dengan kami. Dia sama sekali tidak menyadari maksud lain dari pertanyaan Robi, sehingga malahan menjawab dengan senang :”Veni bilang kamu sangat pintar, kamu adalah orang yang paling pintar di antara sekumpulan teman-temannya. Katanya kamu sangat berwawasan, seolah-olah di dunia ini tidak ada hal yang tidak kamu ketahui. Katanya apabila dia mengalami kesusahan, orang pertama yang muncul di pemikirannya pasti kamu. Kamu jangan merasa umurku sudah tua, tetapi aku benar-benar sangat salut dengan hubungan persahabatan kalian.”

Bagas berkata dengan panjang lebar. Namun dia sama sekali tidak merasa bahwa reaksi wajah Robi sudah semakin seram.

Pada saat Bagas masih belum selesai berbicara, Robi tiba-tiba memotong pembicaraannya dan berkata :”Aku ingin tanya sesuatu padamu.”

Bagas terbengong sekilas, namun dia langsung tertawa dan berkata :”Kamu tanya saja, asalkan aku tahu, aku pasti akan memberitahumu.”

Sepertinya sifat Bagas sangat polos, dia bahkan tidak menyadari kejanggalan pada suasana saat ini. Sementara Veni yang duduk di samping sudah bereaksi canggung, namun dia tidak memotong percakapan mereka berdua, malahan menuang bir dan meneguk sekilas. Setelah itu diam-diam mendengar percakapan kedua orang tersebut.

Robi mengisap rokoknya, lalu mengangkat kepala dan menatap Bagas, setelah itu bertanya dengan nada tidak acuh :”Veni tidak kasih tahu kamu ya kalau aku sudah menanti dia hingga sembilan tahun ?”

Bagas langsung kaku terbengong. Dia melirik sekilas pada wajah Robi, lalu menoleh dan menatap Veni. Sementara Veni hanya memegang gelas dan meneguk bir, sama sekali tidak menatap kedua orang tersebut.

Bagas juga merasa canggung, dia tersenyum sekilas, lalu berkata dengan nada segan :”Kalau yang ini Veni benar-benar tidak memberitahuku, aku, aku tidak tahu.”

Robi juga tidak menghiraukan Bagas. Dia mengisap rokoknya dan mulai berbicara sendiri :”Aku sudah menanti dia hingga sembilan tahun ! Awalnya aku bermaksud untuk berhenti menantinya apabila dia sudah menikah. Namun aku tidak dapat menyangka kalau dia akan meninggalkan sisi lelaki yang pernah menjadi sahabatku. Aku mengira kalau diriku sudah mendapatkan kesempatan. Dalam waktu tersebut, aku bahkan tidak bisa tidur karena terlalu senang. Aku mulai merencanakan masa depan kami berdua. Namun dia malahan meninggalkan kami dengan diam-diam. Aku mengira kalau dia ingin mengganti suasana hati, baik, aku terus menanti, aku menanti saja hingga dia pulang. Akhirnya dia sudah pulang, dan juga muncul di hadapanku dengan membawa pacar barunya. Bagas, Veni pernah memberitahumu mengenai hal ini ?”

Reaksi wajah Bagas menjadi semakin canggung, dia tersenyum dengan reaksi tidak wajar kepada Robi. Akhirnya menggeleng kepala dan berbisik :”Tidak pernah.”

Robi lanjut berkata :”Aku tahu, cinta tidak dapat dipaksa, aku mengerti semua ini. Makanya, aku ingin memberikan waktu untuk dia, agar dia dapat menerima perasaanku. Tetapi aku tidak habis berpikir, Bagas, Veni tidak mungkin jatuh cinta padamu. Tetapi mengapa dia mau menjadi pacarmu ?”

Kata-kata Robi benar sekali. Kami tidak bodoh, semua orang juga mengetahuinya, meskipun Veni sudah melepaskan perasaannya terhadap Sutan, dia juga tidak mungkin langsung jatuh cinta pada Bagas. Oleh karena itu, kami semua merasa sangat tidak tega dan kasihan dengan Veni.

Bagas menggosok tangannya dengan canggung, dia tidak tahu bagaimana menjawab pertanyaan Robi. Sementara Veni yang duduk di samping akhirnya meletakkan gelas di tangannya. Dia menoleh dan menatap Robi, lalu tersenyum pahit dan berkata :”Robi, benar katamu. Aku sekarang masih belum jatuh cinta pada Bagas, tetapi hal ini tidak dapat menandakan apapun. Perasaan dapat dikembangkan dengan perlahan-lahan, aku rela mengembangkan cinta kami secara perlahan-lahan.”

Kami semua langsung mengerut alis setelah mendengar kata-kata Veni. Apalagi Raisa yang sedang duduk di sampingnya, Raisa bahkan langsung menatapnya dengan tatapan tidak mengerti.

Novel Terkait

Hello! My 100 Days Wife

Hello! My 100 Days Wife

Gwen
Pernikahan
4 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Now Until Eternity

Now Until Eternity

Kiki
Percintaan
5 tahun yang lalu
Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
4 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu