Love And Pain, Me And Her - Bab 52 Tepi Sungai

Alasan kenapa Kalin bisa menjadi seorang wakil direktur, ini juga berkaitan dengan bakatnya, misalnya komunikasinya dengan orang lain sangat bagus, perkataannya sangat menarik, tingkat analisisnya juga sangat tinggi. Tentu saja, hal yang paling penting adalah dia rela berinvestasi. Investasinya ini bukanlah hal yang mengacu pada uang.

Menurut berita yang tersebar, beberapa tahun ini, Kalin bekerja sebagai seorang pemasar. Dia pernah meniduri pihak yang memiliki perusahaan besar. Dan ada yang mengatakan, jika Kalin ingin tidur, tidak ada kata Kalin gagal meniduri orang. Tentu saja, beberapa orang ini juga menjadi orang terpenting dalam masa depan Kalin.

Tapi Kalin tidak peduli dengan omongan orang luar. Kalau tidak, dia tidak akan begitu jelas bersikap pada Bong Casa di depan begitu banyak orang.

Tujuan Kalin sangat kuat, yaitu untuk mendapatkan pesanan, meningkatkan performa, dan mendapatkan komisi. Tapi aku pikir dia mungkin gagal kali ini. Jangan melihat lelucon Bong Casa yang tidak masuk akal dengannya, sepertinya sangat akrab dengannya. Tapi aku rasa Bong Casa tidak menyukainya sama sekali.

Semua orang makan sambil mengobrol. Topik pembicaraan mereka juga merupakan gosipan tempat kerja dan tentang bisnis. Setelah minum wine ke beberapa gelas di atas meja, Bong Casa mengambil gelas, kemudian berkata pada Isyana, “Presdir Mirani, terima kasih atas pesta yang begitu mewah. Tapi aku harus meminta maaf terlebih dahulu. Aku tahu target kalian adalah produk baru perusahaanku, tapi sangat disayangkan, proyek produk baru perusahaan akan ditunda. Jadi, masalah yang berhubungan dengan pemasaran produk baru, kami akan hentikan untuk sementara waktu. Harus tunggu sampai produk baru dirilis secara resmi, baru bisa mulai mendiskusikan pemasarannya.”

Isyana baru saja ingin berbicara, tapi Armin tiba-tiba berkata, “ Presdir Bong, jika perusahaan KIMFAR tidak ingin melakukan pemasaran produk baru. Kita juga bisa melakukan pemasaran produk lama perusahaan KIMFAR, PT Nogo Internasional...”

Armin baru saja mengatakan beberapa kalimat, dia sudah ditatap tajam oleh Kalin. Dia segera diam, tersenyum dengan segan. Armin merupakan orang pintar, tapi kepintarannya hanya di dalam hal sepele, dia cepat mengeluarkan perkataan tanpa berpikir terlebih dahulu. Situasi seperti ini, jika tidak ada orang yang bertanya kepada kita, kita yang merupakan pemasar level rendah, lebih baik kita diam. Tapi Armin malah berinisiatif untuk berkata.

Seperti dugaan, Bong Casa dan Isyana sama sekali tidak melihat Armin. Isyana bersulang dengan Presdir Bong, dia berkata dengan nada elegan, “ Presdir Bong, hari ini hanya ingin mentraktir kalian makan. Masalah untuk bekerja sama, aku rasa, kedepannya masih ada kesempatan.”

Dalam waktu yang bersamaan, mereka berdua langsung mencicipi wine itu. Setelah meletakkan gelas wine di atas meja, Bong Casa berkata sambil menghela napas, “Sekarang di dunia luar pada mengatakan, pasar untuk smartphone dosmestik adalah persaingan pasar yang kuat. Tapi menurutku, pasar barang kosmetik lebih kuat daripada pasar untuk smartphone dosmestik, sepenuhnya merupakan persaingan yang kuat dan besar. Merek luar negeri menatap situasi ini seperti tatapan tajam seekor harimau, menginvasi dengan ganas. Merek dosmetik perang harga, bertarung secara langsung. Saluran pemasaran juga macamnya ratusan, masing-masing menunjukkan kemampuan mereka. Sebagai contoh media sosial, dari sepuluh orang yang ada minimal empat punya wechat. Di antara empat orang, minimal ada dua orang yang menjual barang seperti kosmetik dan masker wajah. Tidak peduli barang asli atau palsu, yang penting bisa terjual, membuat pasar semakin kacau.”

Keluhan Bong Casa, membuat semua orang terus mengangguk. Setelah berkata, tatapannya malah melihat ke arahku, dia tiba-tiba bertanya padaku, “Ugie, kemarin apa yang kamu bicarakan denganku di Hainan, aku tidak melupakannya. Setelah sekian lama, apakah kamu ada ide baru lagi? Ceritakan kepada kami.”

Setelah Bong Casa selesai berkata, tatapan semua orang melihat ke arahku. Terutama Kalin, dia selalu tersenyum, penampilan yang begitu sabar.

Jika makan siang ini diadakan di minggu lalu, aku mungkin akan fokus pada topik Bong Casa, menceritakan ideku. Tapi sekarang, aku sudah jauh lebih berhati-hati. Kalinat dari profesor Li “Berpikirlah sebelum bertindak”, Kalimat ini selalu muncul di telingaku.

Aku ingat dengan jelas, di dalam ruang rapat PT Nogo Internasional, aku menanggapi laporan perencanaan Amori, aku menjelaskan dengan detail. Bahkan jika perkataanku itu benar, tapi pada akhirnya, aku malah menuai hinaan, dan banyak komplain.

Aku sedikit tersenyum, melihat Bong Casa dan berkata, “ Presdir Bong, sebelumnya juga hanya pembicaraanku tanpa berpikir terlebih dahulu. Kamu anggap saja sebagai basa-basi, sekarang aku sendiri pun sudah lupa apa yang aku katakan sebelumnya.”

Sikapku membuat Bong Casa sedikit kaget, dia melihatku sambil tersenyum, wajahnya penuh dengan ekspresi yang tidak bisa diungkapkan.

Isyana juga sedikit kaget, dia mungkin merasa aku masih akan seperti sebelumnya menceritakan masalah tanpa berpikir terlebih dahulu, tapi dia tidak menyangka, aku akan memilih semacam cara yang mirip dengan diam.

Armin yang di sebelah malah telihat semangat ingin mencoba, melihat aku yang tidak ingin membicarakan topik ini, dia tiba-tiba mencondongkan tubuhnya ke depan, melihat Bong Casa dan berkata, “ Presdir Bong, menurutku terhadap perkataanmu barusan, aku ada ide baru.”

Namun, yang membuat orang merasa segan adalah Bong Casa sama sekali tidak melihat Armin. Armin semakin merasa malu, dia melihat Kalin dengan tatapan tidak tenang, dan Kalin malah memelototinya.

Bong Casa perlahan-lahan berdiri, dia berkata pada Isyana sambil tersenyum, “Presdir Mirani, terima kasih atas makan siang yang begitu mewah. Jika ada waktu lagi, aku akan menjadi tuan rumah, aku akan mentraktir kalian semua. Aku masih ada rapat sore ini, hari ini sampai di sini saja.”

Melihat Presdir Bong mengusulkan untuk mengakhiri acara makan ini, semua orang pun berdiri, dan Armin berdiri di sana dengan wajah malu, dia menatapku dengan tatapan kejam, dan juga memelototiku.

Orang-orang yang memiliki sifat seperti Armin, aku juga pernah bertemu di perusahaan sebelumnya. Mereka bukan tidak mempunyai bakat, tapi kepintaran mereka terlalu rendah, dan rasa iri mereka sangat kuat. Kamu hanya mendapatkan sedikit penghargaan dan berhasil, dia sudah tidak sabar dan ingin menghancurkanmu.

Semua orang tiba di tempat parkir, setelah Isyana pamit dengan orang-orang KIMFAR, kita baru saja ingin naik ke mobil, tiba-tiba Bong Casa berkata pada Isyana, “Presdir Mirani, tunggu sebentar.”

Kami menoleh dan melihat ke arah Bong Casa, melihat Bong Casa menunjuk ke arahku, berkata pada Isyana sambil tersenyum, “Presdir Mirani, aku ingin meminjam Ugie selama satu jam, apakah Presdir Mirani setuju?”

Alasan kenapa Bong Casa mengatakan seperti itu, karena sudah waktunya untuk bekerja di sore hari. Jadi, dia baru menggunakan satu kata pinjam.

Isyana menoleh dan melihatku, dia sedikit tersenyum, kemudian berkata pada Bong Casa, “Karyawan PT Nogo Internasional bisa melayani Presdir Bong, ini adalah kehormatan kami. Ugie, pergilah.”

Aku mengangguk, hatiku sudah bisa menebak, Bong Casa mencariku pasti berhubungan dengan masalah produk baru.

Setelah naik ke Mercedes-Benz milik Bong Casa, Bong Casa hanya memanggil supir untuk menyetir mobil, dia sama sekali tidak memanggil orang lain, hanya kami bertiga yang ada di dalam mobil, Bong Casa juga tidak berbicara, mengeluarkan ponsel dan mulai menelepon perusahaan untuk mengatur pekerjaan sore ini,

Dia tidak berbicara, aku juga tidak bertanya.

Mercedes-Benz melaju di sepanjang jalan, akhirnya berhenti di jalan tepi sungai, supir membuka pintu mobil, Bong Casa membuat gerakan silahkan, dia berkata sambil berkata, “Turun dari mobil, menghirup udara, membangunkan diri dari mabuk.”

Tidak banyak orang yang ada di tepi sungai, aku dan Bong Casa berjalan dengan lambat, setelah berjalan beberapa saat, dia melihat sekeliling, kemudian menoleh dan melihatku, berkata dengan nada serius, “Ugie! Sekarang hanya kita berdua di sini, perkataan yang kita katakan juga hanya Tuhan tahu, aku tahu dan kamu tahu. Ada dua jalan di depanmu, kamu bisa memilihnya sendiri.”

Setelah Bong Casa selesai berkata, dia menyerahkan sebatang rokok kepadaku, setelah kita berdua menyalakan rokok, aku berkata pada Bong Casa dengan wajah serius, “ Presdir Bong, katakan saja.”

Bong Casa tetap berpenampilan serius, dia mengulurkan jari tangannya, kemudian perlahan-lahan berkata, “Jalan yang pertama, kamu harus datang ke KIMFAR, bergabung dengan tim perusahaanku, jabatanmu akan mulai dari wakil direktur, gaji sebanyak 600 juta pertahun, akhir tahun mendapatkan bonus, komisi, mobil, rumah, perusahaan akan menyelesaikannya untukmu.”

Bong Casa terus terang, memberikan rasa tegas kepada orang, membuat orang susah untuk menolak.

Sebenarnya Bong Casa pernah mengatakan ingin menyuruhku pergi ke perusahaan mereka, tapi aku selalu merasa, perkataannya kebanyakan lelucon daripada ketulusan, aku juga tidak menganggapnya serius. Tapi sekarang, saat dia mengatakan perkataan ini dengan tegas, aku bisa melihat, dia benar-benar serius.

Novel Terkait

 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Anak Sultan Super

Anak Sultan Super

Tristan Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Wanita Yang Terbaik

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
Suami Misterius

Suami Misterius

Laura
Paman
3 tahun yang lalu
My Greget Husband

My Greget Husband

Dio Zheng
Karir
3 tahun yang lalu