Love And Pain, Me And Her - Bab 121 Pertemuan Tak Terduga

Meskipun iklan tersebut tidak terlalu menonjol, akan tetapi lumayan bagus. Menunjukkan karakteristik produk, dan juga sudah menampilkan konsumen yang akan menggunakan produk tersebut juga. Aku juga tidak melihat adanya kekurangan.

Melihat aku merasa puas dengan konten tersebut, Riski mencari lembar pengesahan pihak A di dalam kontrak, dan menyuruhku menandatangani di bagian persetujuan terakhir. ini adalah peraturan dari Stasiun TV, tujuannya agar pihak Stasiun TV bisa menghindari resiko. Karena konten-konten tersebut disediakan oleh perusahaan periklanan, apabila terjadi perselisihan. Pihak Stasiun TV dapat dibebaskan dari tanggung jawab tersebut.

Aku menggenggam pena, meragu seketika. Akan tetapi aku tetap menandatangani atas namaku.

Alasan mengapa aku merasa ragu, karena sebenarnya ini adalah pekerjaan Amori . Aku terburu-buru menandatangani kontrak, apabila dia merasa tidak puas dengan isi konten tersebut,

sudah tidak ada kesempatan untuk mengubah lagi. Tetapi Amori berada di Kota 北京, dan pihak Stasiun TV terus mendesak. Terpaksa aku mewakili dia menandatangani kontrak tersebut.

Setelah menandatangani kontrak, aku pamit dengan Riski . Kemudian aku sendirian pergi meninggalkan Gedung Stasiun TV. Begitu sampai di depan pintu, mendengar ada seseorang yang memanggil namaku dari belakang. Dan dia adalah seorang wanita.

“Ugie?”

Suaranya terdengar sedikit ragu, sepertinya dia sendiri juga belum yakin bahwa orang yang dia lihat adalah aku.

Aku membalikkan badan. Tidak jauh dari sini, melihat seorang wanita yang tinggi dan langsing, mengenakan seragam kerja menatapku dengan wajah kebingungan. Aku tertegun, kemudian aku langsung mengenalinya. Wanita ini adalah ‘Jane’ reporter yang mengikuti konferensi pers kemarin saat perusahaan KIMFAR terjadi masalah.

Robi yang memberitahu aku namanya. Kata Robi, kami adalah satu alumni, satu angkatan. Hanya beda jurusan saja.

Alasan mengapa aku tidak langsung mengenalinya, karena cara berpakaiannya sangat berbeda dengan kemarin, kemarin dia mengenakan celana jeans, dan tshirt lengan pendek. terkesan seperti seseorang yang berbakat dan berpengalaman.

Sedangkan hari ini, dia mengenakan gaun yang berwarna ungu muda, hak tinggi yang berwarna putih, memakai bros di bagian depan dada, dengan tampilan make-up ringan. Cara berpakaiannya sangat berbeda dengan kemarin.

Aku menatap dia, sambil tersenyum paksa. Konferensi pers kemarin, Jane memberi kesan sangat mendalam bagi ku. Sifat dia yang begitu agresif, apabila bukan karena reaksi ku yang lumayan cepat, sepertinya sudah dipaksa untuk menjawab sampai tidak bisa melarikan diri dari suasana canggung.

Jane belum jalan ke samping ku, aroma tubuhnya yang wangi dan elegan, sudah tercium. Sampai di sampingku, Jane menatapku dengan senyuman di wajahnya, dia mengulurkan tangan, “Hi! Ugie, tadi aku tidak mengenalimu, tidak menyangka ini beneran adalah kamu! Ada urusan apa kamu datang ke Stasiun TV?”

Jane sangat ramah dan lapang dada, ini sedikit di luar harapanku. Aku juga berjabat tangan dengannya. Dalam waktu yang sama aku menjelaskan “Perusahaan ada sebuah iklan yang akan dinaiki, tadi pergi ke departemen periklanan media kalian. Baru selesai.”

Jane tersenyum dan sambil menganggukkan kepala. Dia melihat waktu, kemudian berkata kepadaku, “Ugie, sebenarnya beberapa hari ini aku ingin menghubungimu. Tetapi tidak menyangka bisa ketemu kamu disini, bolehkah saya meminta waktu anda sebentar, untuk mengobrol bersamamu?”

Aku menatap Jane dengan canggung. Aku adalah manusia yang memiliki kesadaran, tentu saja aku mengetahui bahwa, Jane mencariku, pasti bukan karena dia ingin mengobrol dengan ku. Dia pasti ada sesuatu.

Akan tetapi aku tidak ingin pergi! Sifat dia yang begitu agresif kemarin, memberikan kesan sangat mendalam bagi ku. Apabila aku pergi, aku takut dia akan sama seperti kemarin lagi.

Jane melihat aku merasa ragu, dia tersenyum. Harus mengakui bahwa, Jane sangat cantik. Setidaknya senyuman Jane, memberikan perasaan yang dapat menembus hati seseorang.

“Ugie, apakah kamu adalah seorang pria yang tidak gentle? Seorang wanita yang mengundangmu seperti ini, apakah dengan kejam kamu akan menolak dia?” aku tersenyum! Kata-kata Jane sangat persuasi. Aku menganggukkan kepala. Jane membawa aku ke sebuah cafe yang di ada sebelah Stasiun TV. Suasana disini sangat bagus dan elegan. Karena sudah sore, jadi pelanggan yang disana tidak banyak. Hanya ada beberapa pelanggan yang tersebar di beberapa meja.

Aku dan Jane mencari sebuah tempat yang dekat dengan jendela. Memesan dua cangkir kopi. Jane tersenyum kepadaku dan berkata, “Ugie, kita berdua adalah satu alumni, apakah kamu tahu?”

Aku menatap Jane, mengangguk kepala dan berkata, “Iya, aku pernah mendengarkannya!”

Pelayan tersebut menghidangkan kopi, Jane mengaduk secara perlahan-lahan. Gerakannya yang lambat dan terlihat elegan. Beberapa saat kemudian, dia mendongak dan berkata, “Sebenarnya di konferensi pers kemarin, aku sudah mengenalimu. Tetapi sayang sekali, sepertinya kamu tidak mengenalku.”

Aku tersenyum simpul, meminum seteguk kopi. kemudian lanjut berkata, “Padahal kamu jelas mengetahui bahwa kita adalah satu alumni, tetapi masih memperlakukanku dengan begitu kejam.”

Jane terhibur oleh kata-kataku. Mendongak dan menatapku, mencibirkan bibir, berkata dengan nada ketidakpuasan, “Kata-katamu sungguh pedas untuk didengar! Apa itu melahap? Kamu menganggap aku sebagai seekor anjing?”

Selesai berkata, dia menertawakan diri sendiri. Dan aku juga ikut tertawa. Sifat Jane sangat ceria, meskipun aku tidak terlalu dekat dengan dia. Tetapi bisa merasa bebas bersenda gurau dengannya.

Kemudian, Jane menjelaskan lagi, “Alasan mengapa aku memaksa kamu untuk menjawab, karena itu adalah sebuah kebiasaan profesional. Satu hal lagi, pada saat itu kamu sangat populer di sekolah, surat cinta yang di kontes pidato membuat banyak orang tersentuh. Awalnya aku ingin mencari kesempatan untuk belajar denganmu, tidak menyangka di sekolah tidak memiliki kesempatan, malahan ketemu setelah bekerja.”

‘Belajar’ yang Jane maksud adalah, sebenarnya dia merasa tidak puas. Robi memberitahukan aku bahwa, dulu Jane pernah mengikuti lomba berdebat di sekolah, pernah meraih juara pendebat terbaik. Memiliki kefasihan yang luar biasa, Jane pasti berharap bisa ketemu pesaing yang hebat. Akan tetapi aku tidak menyangka, pada saat itu aku melamar Raisa, dan ternyata, sampai siswa-siswi jurusan lain juga mengetahui.

Aku menggeleng-gelengkan kepala sambil tersenyum. Melihat aku tidak menjawab, Jane bertanya lagi, “Oh iya, seharusnya kamu sudah menikah dengan teman sekelasmu? Dan aku dengar kalian berdua tinggal di kota ini.”

Membicarakan Raisa. Di dalam pikiranku langsung teringat adegan semalam Rehan menjemput dia pergi. Secara spontan aku meraba-raba saku, akan tetapi tempat seperti ini tidak diperbolehkan untuk merokok. Terpaksa aku harus menahan, meminum seteguk kopi. Menatap Jane dan berkata “Jane, kamu mengundangku kesini. Apakah kamu hanya ingin bertanya masalah pribadiku saja?”

Nada berbicaraku terdengar tidak ramah. Karena aku tidak suka orang lain bertanya tentang masalah pribadiku. Terutama tentang masa lalu yang tidak ingin aku mengingat kembali. Sambil berkata, aku melihat waktu. Aku sedang menyiratkan Jane, Apabila ingin membahas tentang topik-topik ini, maka aku harus pergi sekarang.

Jane sangat cerdas. Dia langsung menyadari perasaan aku menolak akan hal tersebut,

. dia tersenyum, langsung berkata, “Tentu saja bukan! Sebenarnya tujuan aku mencari kamu, karena aku ingin mengetahui masalah konferensi pers kemarin..”

Aku menatap Jane dengan bingung. Hal tersebut sudah berlalu, KIMFAR dan beberapa pasien rawat inap sudah berdamai. Pasien rawat inap sudah mengindikasikan bahwa mereka salah paham, sehingga KIMFAR tidak menyelidiki lagi. Jane ingin menanyakan apa?

Jane sepertinya merasakan kebingunganku. Dia langsung berkata, “Aku juga mengetahui hasil akhirnya. Beberapa pasien rawat inap meninggalkan rumah sakit. Akan tetapi aku merasa aneh, seharusnya masalah ini tidak selesai begitu saja. Mengapa pada akhirnya masalah ini berakhir dalam keheningan?

Novel Terkait

I'm Rich Man

I'm Rich Man

Hartanto
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Wanita Pengganti Idaman William

Wanita Pengganti Idaman William

Jeanne
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
4 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Mr Lu, Let's Get Married!

Mr Lu, Let's Get Married!

Elsa
CEO
4 tahun yang lalu
Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
3 tahun yang lalu