Love And Pain, Me And Her - Bab 40 Bekerja Keras

Isyana tersenyum ringan. Dia menatapku dan berkata dengan sedikit senyum, "Apanya suka, sekarang kami berteman. Saat itu, kita masih muda dan penuh kerinduan akan cinta yang tertulis di buku. Hasilnya, tidak sama ketika aku mencobanya."

Begitu Isyana selesai berbicara, dia tersenyum. Aku bertanya lagi, "Bagaimana dengan di universitas? Apakah kamu tidak jatuh cinta lagi?"

Isyana menggelengkan kepalanya. "Sebenarnya, aku adalah orang yang kuno. Meskipun aku tidak pernah membuat pengecualian terhadap orang Barat, tetapi aku tidak pernah berpikir untuk menikah dengan orang Barat. Aku belajar desain di Universitas. Aku harus pergi ke sekolah setiap hari. Juga berpartisipasi dalam berbagai kompetisi dan pertunjukan. Walaupun ada orang disampingku yang mengejarku, aku tidak punya waktu untuk jatuh cinta. "

Aku tersenyum dan memandangnya sambil berkata, "Aku tidak tahu siapa orang yang akan beruntung menikahi perempuan yang begitu cantik."

Isyana memegang gelas, tersenyum sambil menggelengkan kepalanya dan berkata, "Apa gunanya menjadi cantik? Memasakpun aku tidak bisa, sama sekali tidak bisa menjadi istri yang baik."

Berbicara itu, kami menyentuhkan gelas kami dan minum bersama.

Aku bertanya lagi pada Isyana, " Isyana, sebenarnya, aku penasaran tentang keluargamu dan beberapa hal tentang Nogo. Tetapi aku tidak pernah mendengarnya darimu.”

Begitu aku selesai bicara, Isyana menggelengkan kepalanya, dan senyum di wajahnya menghilang. Dia memandangku dengan serius dan berkata, "Ugie, mari kita minum hari ini dan tidak membicarakan keluarga kita, oke? Aku akan memberitahumu di kesempatan lain."

Isyana tampaknya diam tentang keluarganya. Aku mengerti karena setiap orang memiliki area terlarang di hati mereka yang tidak ingin disentuh. Aku juga memilikinya, yaitu Raisa !

Kami minum dan mengobrol. Setelah menghabiskan sebotol anggur merah, wajah putih Isyana berubah mejadi kemerahan. Membuatnya terlihat makin mempesona.

Agar tidak mengganggu istirahatnya, aku menolak tawarannya untuk membuka botol lagi. Setelah selesai makan, aku mengucapkan selamat tinggal padanya sambil tersenyum.

Ini pastinya menjadi malam yang paling menyenangkan yang aku miliki sejak putus dengan Raisa. Ditemani oleh angin musim panas, aku menyenandungkan sebuah lagu, perlahan keluar dari area komplek ini.

Fasilitas di area komplek ini tidak begitu bagus. sebenarnya lampu dari jalan terdekat sangat redup.

Aku keluar dari area komplek, di seberang jalan, bersiap untuk naik taksi.

Setelah menunggu lama, sebuah taksi berhenti di pintu gerbang area komplek.

Aku melihat seorang wanita berusia lima puluhan, yang perlahan turun dari mobil.

Aku khawatir taksi tidak akan melihatku. Aku langsung buru-buru melambaikan tangan. Taksi berbalik. Tiba-tiba, di jalan setapak yang tidak jauh, sebuah sepeda motor datang mendekat.

Taksi itu terkejut, menginjak rem dengan segera, dan tak bergerak. Tetapi motor itu tidak melambat sama sekali, dan bergerak dengan sangat cepat.

Kemudian jeritan melengking datang dari seorang wanita.

Aku berdiri di seberang jalan. Aku bisa melihat kejadian itu dengan jelas. Ini adalah perampokan dengan sepeda motor. Mereka tidak mengincar taksi itu, tetapi mereka mengincar wanita itu.

Pria yang duduk di belakang sepeda motor menarik tas wanita itu. Alam bawah sadar wanita itu ingin merebutnya kembali. Akibatnya, dia terseret dengan sepeda motor. Ketika dia menyadari bahaya dia melepaskannya. Tetapi karena inersia, dia dilempar dengan kasar. Kepalanya membentur tiang lampu. Lalu dia kehilangan kesadaran dan pingsan.

Aku terkejut dengan kejadian yang tiba-tiba terjadi. Aku langsung lari dengan terburu-buru. Supir taksi itu juga baik. Dia keluar dari mobil dan pergi untuk melihat cedera wanita itu denganku.

Wanita itu koma. Karena cedera kepala, kami tidak berani menggerakannya. Aku segera memanggil polisi dan menelepon 120. 120 datang lebih dulu. Aku ikut naik mobil ambulans dan pergi ke rumah sakit bersama.

Tas wanita itu dirampok. Keluarganya tidak bisa dihubungi. Ketika kami sampai di rumah sakit, kami harus membayar semua biaya pemeriksaan. Tidak ada acara lain, aku membantu dengan semua uang yang kumiliki.

Tidak lama kemudian polisi menghubungiku. Mereka pergi ke rumah sakit dan bertanya tentang kejadian itu. Aku menjawab pertanyaan itu satu per satu.

Akhirnya, polisi meminta aku untuk pulang lebih dulu, dan berkata bahwa aku akan dipanggil kembali ketika wanita itu sadar. Aku meninggalkan nomor teleponku dan pulang sendirian.

Isyana memberi aku libur seminggu untuk berkonsentrasi pada proyek di rumah. Agar tidak diganggu oleh dunia luar, dan bisa membuat porposal terbaik. Aku mematikan ponselku dan mulai bekerja dengan konsentrasi.

Meskipun aku sudah punya gambaran umum. Tetapi aku perlu menguraikan detailnya. Termasuk penerapan strategi pemasaran dan cara melangkah. Setelah berulang kali berunding, aku telah memasukkan semua kemungkinan masalah yang tidak terduga di setiap tautan dan membentuk rencana.

Aku tinggal di rumah selama lima hari. Aku belum memasak selama lima hari ini. Jika lapar aku memasak mie instan. Sampai proposal selesai, aku melihat ke cermin. Dan takut sendiri karena melihat wajah yang tidak terawat dan mata yang gelap.

Harus tahu! Ini adalah rencana paling serius dan melelahkan yang pernah aku lakukan sejak mengambil bagian dalam pekerjaan. Tetapi yang paling aku banggakan adalah bahwa rencana ini jelas merupakan rencana yang matang. Setiap detail patut dipertimbangkan.

Setelah menyalakan ponsel sebentar, SMS dan wechat berdering terus menerus. Pesan itu datang dari Isyana, dia bertanya padaku tentang proses perencanaan proposal. Wechat dikirim oleh bang Sutikno. Dia bertanya mengapa aku tidak bekerja akhir-akhir ini? Dia tidak melihat aku ketika dia pergi ke Nogo untuk pengiriman. Dan dari Robi. Dia bertanya apakah aku kelaparan. Mengapa ponselku mati, dan tidak menjawab Wechat.

Yang tidak terpikirkan olehku adalah ada wechat lain yang dikirim oleh Raisa. Setelah kami putus, kami tidak saling menghapus wechat. Namun, tidak seperti sebelumnya, Raisa jarang mengirim pesan di grup lagi. Jadi, sulit bagiku untuk mengetahui kehidupannya baru-baru ini melalui WeChat.

Dia hanya bertanya kepadaku apakah akhir-akhir ini aku sibuk. Aku melihat waktu pesan itu. Itu dikirim dua hari lalu. Aku tidak tahu apakah dia peduli padaku atau hanya kesepian sesaat. Tetapi yang aku tahu adalah bahwa ketika melihat pesan ini, aku masih merasakan sedikit sakit di hati.

Aku juga tidak membalasnya. Aku mandi dan mencukur. Kemudian naik taksi langsung pergi ke kantor. Di dalam mobil, aku melihat rencananya. Aku sedikit bersemangat. Aku tidak pernah bekerja begitu keras. Perasaan ini sangat baik. Tidak heran Sutan bekerja sangat keras.

Ketika aku tiba di kantor, aku tidak lapor melalui Lulu. Langsung mengetuk pintu dan memasuki ruangan Isyana. Ketika dia melihat aku, Isyana mengerutkan kening dan berkata dengan nada prihatin,

"Ugie, mengapa kantung matamu begitu gelap? Kamu tidak seharus seperti ini hanya karena proposal itu, kan?"

Aku melihat Isyana dan mengatakan hal yang sama, " Presdir Mirani, kamu juga tampaknya tidak beristirahat selama dua hari ini, bukan?"

Mata Isyana yang cerah berbeda dari yang sebelumnya. Matanya merah. Pastinya dia tidak istirahat dengan baik.

Aku berkata sambil meletakkan rencana itu di meja Presdir Mirani. Berkata dengan sedikit bangga, " Presdir Mirani, lihatlah proposal ini. Aku pribadi merasa bahwa ini adalah proposal paling serius yang pernah aku buat sejak aku bekerja."

Aku tidak sedang menonjolkan diriku pada Isyana, hanya saja aku bicara yang sebenarnya.

Isyana tersenyum lembut ke arahku. Mengambil porposalnya dan mulai membacanya dengan cermat. Isyana tidak meletakkan proposal itu sampai selesai membaca. Dia berdiri, memandangku, mengacungkan jempolnya, tersenyum dan berkata, "Ugie! Aku bisa mengatakan dengan pasti bahwa ini adalah rencana paling sempurna yang pernah aku lihat. Setidaknya aku tidak dapat menemukan kesalahan apa pun sekarang."

Aku merasa lebih nyaman. Pujian dari Isyana lebih memuaskan daripada pujian orang lain. Hanya ada kita berdua di ruangan. Aku mengatakan dengan sedikit bangga, "Kamu tidak dapat menemukan apa yang salah sekarang, dan kamu juga tidak akan menemukannya di masa depan."

Setelah itu, aku dan Isyana tertawa bersama. Ketika kami berbicara, Lulu tiba-tiba mengetuk pintu dan masuk. Dia tidak punya pilihan selain mengatakan kepada Isyana, " Presdir Mirani ! Ada seorang pria yang mengaku sebagai iklan di SHOPI. Dia bilang dia ingin bertemu denganmu. Aku bilang kamu tidak punya waktu sekarang. Tetapi dia… "

Sebelum Lulu selesai berbicara, suara lelaki datang dari arah pintu, " Isyana ! Sudah lebih dari setengah tahun sejak kamu kembali, tetapi kamu tidak pernah menghubungiku."

Novel Terkait

The True Identity of My Hubby

The True Identity of My Hubby

Sweety Girl
Misteri
4 tahun yang lalu
Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Cinta Di Balik Awan

Cinta Di Balik Awan

Kelly
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
4 tahun yang lalu
The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
4 tahun yang lalu