Love And Pain, Me And Her - Bab 518 Pernikahan

Aku tahu suasana hati Robi. Setelah mendengar Veni akan pulang hari ini, dia pun bergegas ke sini pagi-pagi sekali.

Melihat sekeliling halaman, banyak tamu telah datang. Bisa dilihat, lingkaran sosial Sutan sudah semakin luas. Di antara tamu yang datang, ada beberapa orang adalah toko penting dalam komunitasi bisnis provinsi dan ibu kota kami.

Kami bertiga mencari sudut yang tidak ada yang memperhatikan untuk mengobrol sebentar. Hari ini Robi terus melamun, meskipun dia sedang berbicara denganku, matanya malah mengarah ke mana-mana. Aku tahu dia sedang mencari Veni.

Waktu berbicara sama Robi, Isyana tiba-tiba melihat ke arah di belakang aku dan berkata: "Raisa sudah datang"

Aku menoleh ke belakang dan melihat Raisa berjalan dari pintu masuk secara perlahan. Hari ini Raisa ada sengaja berdandan. Dia memakai gaun panjang berwarna ungu dan tangannya memegang tas merah.

Melihat kedatangan Raisa, Isyana segera melambaikan tangannya dan berkata: "Raisa, sini!"

Raisa melambaikan tangannya kepada kami sambil tersenyum. Dia langsung berjalan kemari ke sisi kami. Setelah menyapa kami, Isyana pun melihat ke Raisa dan bertanya kepadanya dengan senyuman: "Raisa, apakah kamu terlalu lelah baru-baru ini? Kenapa kamu terlihat kurusan lagi?"

Kata-kata Isyana jelas bukan pujian antara wanita, karena Raisa memang kurusan, kurusan lumayan banyak. Dulu dia juga tidak gendut, tapi setelah tambah kurusan lagi, dia terlihat lemah.

Semakin Raisa seperti itu, semakin tidak nyaman hatiku. Karena aku tidak tahu dia kehidupan seperti apa yang dia jalani setelah meninggalkan aku sampai dia mengalami perubahan seperti ini?

Raisa hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya: "Diet, baru-baru ini aku lagi diet"

Isyana segera menyarankan Raisa: "Raisa, kamu tidak boleh diet lagi. Kamu sudah terlalu kurus sekarang, kalau diet lagi, pasti akan mempengaruhi kesehatan kamu"

Raisa hanya tersenyum dan tidak menganggap serius. Wanita memang begitu, kecantikan, diet, sepertinya dua hal itu adalah topik mereka selamanya.

Aku juga tidak bisa berkata apa-apa. Hanya bisa menyalakan rokok dan mendengar dengan diam dari samping. Setelah Raisa dan Isyana mengobrol sebentar, Raisa tiba-tiba menoleh ke aku dan Robi: "Oh iya, ponsel Veni masih tidak aktif. Jangan-jangan hari ini dia tidak datang?"

Setelah Raisa berkata, Robi langsung menundukkan kepalanya dan melihat ponselnya. Sejak aku datang sampai sekarang, Robi sudah menelepon lebih dari 10x. Sayangnya ponsel Veni masih tetap tidak aktif.

Waktu kami berempat sedang mengobrol, dari jarak tidak jauh tiba-tiba terdengar suara wanita yang centil: "Isyana, kenapa kamu di sini juga?"

Setelah mendengar suara ini, alis Isyana langsung mengerut. Bisa melihat seberapa tidak sukanya dia terhadap suara ini. Sementara aku menoleh ke belakang dan melihat sebuah bayangan tubuh yang familier. Orang yang sedang berjalan menghampiri adalah Tyas.

Kemunculan Tyas jelas menjadi pusat perhatian semua orang. Pertama, dia memiliki jaringan kontak yang luas. Sejak dia berjalan masuk dari pintu, sudah banyak orang datang menyambutnya.

Lalu yang kedua adalah, seluruh tubuhnya dipenuhi barang mewah, di tambah rantai permata di seluruh tubuhnya, dia terlihat seperti seorang bangsawan yang berkelas sangat tinggi. Meskipun aku tidak suka menggunakan uang untuk membuat kesan berkelas tinggi, tidak bisa berbohong hal ini menarik perhatian banyak orang.

Kedatangan Tyas membuatku merasa agak kaget. Meskipun aku tahu Wulandari mengenal Tyas melewati Gao Le demi mengembalikan Indoma Food ke rak pasar. Tetapi aku selalu menganggap hubungan mereka sangat biasa saja, tidak menyangka Tyas akan muncul di acara pernikahan Sutan.

Sambil menyapa orang-orang dengan bangga, Tyas berjalan menghampiri kami. Sebelum dia tiba di sisi kami, bau yang kuat sudah melayang ke sini terlebih dahulu.

Setelah tiba di sisi kami, Tyas hanya terus menatap ke Isyana tanpa melihat ke siapa pun. Kemudian dia pun berkata: "Isyana, aku benar-benar tidak menyangka bisa bertemu dengan kamu di tempat ini"

Isyana hanya tertawa dengan dingin. Kemudian dia melirik kepada Tyas dengan tatapan tajam dan berkata: "Aku juga tidak menyangka bisa bertemu dengan kamu!"

Setelah mendengar kata-kata Isyana, sudut bibir Tyas pun terangkat. Hanya saja senyuman dia termasuk senyuman penghinaan. Selanjutnnya Tyas melihatku sebelum berkata lagi kepada Isyana: "Isyana, aku ingat kamu berjanji akan memanggil aku bibi. Kenapa kamu melupakannya begitu cepat? Sampai bertemu dengan aku pun sudah tidak mau menyapa?"

Kata-kata Tyas membuatku sangat tidak nyaman sehingga aku pun melihat ke Isyana dengan alis mengerut. Kami berdua tahu, yang Tyas maksud adalah kejadian kemarin waktu Grandos bergabung dengan Cantique, Tyas meminta Isyana memanggil dia bibi. Demi aku, Isyana memang pernah memanggil dia bibi untuk sekali.

Kata-kata Tyas membuat Isyana mengerutkan alisnya yang elegan. Dia melihat ke Tyas dengan tatapan yang dingin dan tidak puas: "Maaf, aku hanya berjanji akan memanggil untuk sekali dan aku sudah memanggilnya. Jadi perjanjian kita sudah berakhir"

Perlawanan Isyana tidak membuat Tyas merasa malu. Sebaliknya, dia malah tersenyum dengan dingin dan berkata kepada Isyana dengan tidak puas: "Isyana, aku tidak berharap kamu memanggilku bibi atau apa. Aku juga tidak ingin orang lain memanggilku seperti itu. Aku hanya ingin memberi tahu kamu, Djarum mementingkan sopan santun dan ketertiban, mengormati yang tua. Tidak apa-apa kalau sampai sekarang kamu masih belum mengerti hal ini, kamu akan mengertinya suatu hari"

Setelah berkata, Tyas mendengus dengan dingin lagi sebelum berputar balik badan dan berjalan dari kami. Sementara Isyana hanya berdiri di tempat dengan wajah memerah yang marah tanpa berkata apa pun.

Kami bertiga mendengar percakapan mereka dengan jelas. Melihat Isyana yang sedang marah, aku merasa semakin khawtir. Mungkin seperti apa yang dikatakan Viali, pertempuran gelap Djarum benar-benar terlalu parah. Aku benar-benar khawatir Isyana yang berdiri di pusaran air ini akan ditelan dan tenggelam di dalam pada suatu hari.

Melihat bayangan belakang Tyas, Robi bertanya kepadaku dengan suara kecil: "Ugie, wanita itu siapa? Kenapa begitu tinggi hati?"

Sebelum aku sempat menjawab pertanyaan Robi, kami sudah mendengar keributan dari arah pintu. Menoleh ke belakang, kami melihat Wulandari berjalan masuk dengan Sutan sambil berpegangan tangan.

Karena belum waktunya acara dimulai, Wulandari belum mengenakan gaun pengantin. Dia mengenakan cheongsam dan Sutan mengenakan jas beserta sepatu kulit. Mereka berdua sedang berjalan dan menyapa para tamu.

Robi juga melupakan pertanyaan yang dia tanya kepadaku tadi. Tatapan dia tertuju kepada Wulandari dan Sutan, setelah beberapa saat dia baru tertawa dengan dingin dan mengomel sendiri: "Aku tiba-tiba teringat dengan sebuah idiom"

Aku tahu Robi pasi tidak memiliki kata-kata bagus untuk dikatakan, tetapi aku tetap menoleh kepadanya dan bertanya "Apa?"

Robi tertawa dengan dingin dan berkata "Pencuri laki-laki dan pelacur perempuan!"

Novel Terkait

Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
3 tahun yang lalu
Awesome Husband

Awesome Husband

Edison
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
3 tahun yang lalu
Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
4 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
4 tahun yang lalu
Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
3 tahun yang lalu
Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu