Love And Pain, Me And Her - Bab 4 Orang Hebat Melakukan Pekerjaan Mudah

Aku duduk diatas bebatuan pinggir jalan, menunduk sambil melihat telepon yang sudah terputuskan. Otakku masih tanpa bisa kukendalikan mengingat kembali segala yang sudah kulewati bersama Raisa. Pada saat itu kami percaya cinta, juga dengan keras kepala mengira, kami ditakdirkan akan bersama selamanya. Tapi sekarang ini, cinta sudah hancur berkeping-keping di hadapan kenyataan!

Cinta yang hina!

Pada saat aku menunduk berpikiran entah kemana-mana. Sepasang kaki cantik yang panjang dengan memakai sepatu hak tinggi lewat di hadapanku. Meskipun perasaanku sudah terjatuh sekali, tapi masih tidak bisa menahan melihat ke arah kaki yang cantik itu.

Karena aku bekerja di bidang periklanan, aku sedikit mengerti tentang barang mewah. Ini adalah sepasang sepatu wanita bermerek Gucci. Harga sepatu ini, kira-kira lebih rendah sedikit dari gajiku selama setengah tahun.

Sepatu berhak tinggi itu berhenti di depan kios semangka. Aku mengangkat kepalaku, melihat wanita cantik berhak tinggi berdiri didepan kios semangka, di sebelahnya ada seorang gadis seperti asisten.

Aku sedikit penasaran, seorang presdir perusahaan iklan, kenapa bisa membawa asisten datang ke stand semangka. Wanita cantik berhak tinggi sepertinya tidak memperhatikanku yang ada di samping. Mendengarnya berkata kepada pemilik stand, "Nanti pilih beberapa semangka yang lebih besar, antarkan ke sebelah Nogo Internasional saja......"

Begitu selesai berkata, asisten langsung maju membayar uang 400 ribu, dan memberitahu pemilik stand tidak perlu mengembalikan sisa uang. Wanita cantik berhak tinggi mengambil sebuah payung yang menutupi cahaya matahari dari tangan asisten, memberikannya kepada pemilik stand wanita ini, dan berkata, "Gunakan payung ini untuk melindungi anakmu. Kalau tidak, bisa membuat anakmu sakit......"

Aku baru mengerti. Wanita cantik berhak tinggi ini bukan benar-benar membeli semangka, harusnya dia hanya lewat, sedikit kasihan melihat pemiliknya, makanya ada perbuatan tadi.

Beberapa semangka juga hanya berapa puluhan ribu saja. Pemilik kios lumayan baik, bukan orang yang serakah. Dia menolak asisten, tidak mau menerima uang sebanyak itu.

Sedangkan aku malah berdiri, di belakang wanita cantik berhak tinggi berkata. "Presdir Mirani tidak hanya cantik, hatinya juga baik, ini sedang belajar dari Bunda Maria, sedang berbuat baik......"

Siapapun bisa mendengar ejekan perkataanku.

Wanita cantik berhak tinggi itu membalikkan kepalanya, melihatku, dia langsung mengerutkan dahinya, tatapannya berubah dingin. Tampaknya dia sangat membenciku. Sedangkan asisten disebelahnya juga menggunakan tatapan menghakimi melihatku.

Dia melihatku, tapi tidak berbicara. Aku tertawa sendiri, lalu lanjut berkata, "Presdir Mirani begitu baik, tidak tau besok apakah akan terus datang membeli semangka atau tidak? Kalau tidak lebih baik kamu membeli semua semangkanya saja, lagipula kamu juga tidak kekurangan uang untuk membeli semangka ini......."

Wanita cantik berhak tinggi ini jelas-jelas sudah berbuat baik, tapi aku juga tidak tau kenapa, hanya ingin mengejeknya. Mungkin karena interview hari ini, tiba-tiba terputuskan karenanya. Juga mungkin karena dimatanya, aku hanya seseorang yang tidak berkualifikasi, harga diriku sedang bekerja.

Dia tetap tidak berbicara, tapi asisten disebelahnya dengan tidak senang bertanya balik padaku, "Kamu sedang apa? Kami melakukan apa, apa ada hubungannya denganmu?"

Aku tertawa dingin, juga tidak memperdulikan asisten, wanita cantik berhak tinggi bertanya balik, "Apa maksudmu?"

Aku juga tidak tau apa maksudku! Tapi aku masih ngotot membuatnya menjadi benar, "Peribahasa daripada membantu orang menyelesaikan masalah, lebih baik memberinya cara menyelesaikan masalah, harusnya presdir Mirani jauh lebih mengerti dari siapapun bukan? Kamu kira membeli beberapa semangka, benar-benar bisa membantu mereka?”

Setelah selesai berkata, aku tertawa dingin lagi. Selanjutnya, membalikkan badan berencana mau pergi. Baru saja bergerak, langsung mendengar si wanita cantik berhak tinggi tiba-tiba berkata padaku, "Kalau aku tidak salah ingat, kamu bekerja di bidang perencanaan. Karena kamu mengatakan memberi orang ikan, kalau kamu memang ada kemampuan, kamu berikan rencana yang berhasil untuk stand semangka ini. Agar semangka mereka laris......."

Si wanita cantik berhak tinggi melihatku dengan menantang.

Aku tidak menyangka rupanya dia bereaksi, menantangku. Tapi aku masih membalikkan kepala melihat ke arah kios semangka, lalu melihat sebuah kios koran di sebelahnya, dengan tenang berkata, "Pilihan tempat kios ini sudah salah......"

Yang kukatakan benar. Karena disini adalah daerah perdagangan, di sekitar sini kebanyakan adalah kantor dan restoran, tidak ada perumahan, sangat sedikit orang akan membeli semangka di sini dan membawanya pulang. Sedangkan alasan pemilik kios memilih berjualan disini, karena sangat sedikit pengurus kota akan datang memeriksa kesini.

Begitu kata-kataku selesai, Wanita cantik bersepatu hak tinggi tertawa dingin, dia dengan nada mengejek berkata, "Tempat memang salah! Tempat paling tepat harusnya di supermarket. Masih bisa ditiup angin AC, tidak perlu ditiup udara dan disinari matahari. Tapi yang paling penting bukankah dia tidak ada cara masuk ke supermarket?"

Aku tidak memperdulikan ejekannya, malah melihat sekeliling. Lalu bertanya padanya.

"Kita taruhan. Besok aku membuat sebuah rencana, dan akan kujalankan sendiri. Kujamin semangkanya laris."

Wanita cantik berhak tinggi masih berwajah dingin, dia bertanya balik.

"Bertaruh apa?"

"Kamu katakan!"

Dia berpikir sebentar, lalu dengan lambat berkata.

"Kalau kamu menang. Aku setuju kamu langsung masuk ke Nogo bekerja, tidak ada masa percobaan......"

Aku tersenyum sebentar.

"Bagaimana kalau aku kalah?"

Dia berkata dengan dingin.

"Kedepannya jangan muncul di hadapanku. Meskipun tidak sengaja bertemu, juga langsung menghilang dari pandanganku......"

Tidak kusangka rupanya dia sebegitu membenciku.

"Baik, janji!"

Melihatku setuju, wanita cantik berhak tinggi tidak berbasa basi lagi, membawa asistennya langsung pergi. Aku sengaja berteriak ke arah punggungnya.

"Presdir Mirani, semangka yang tadi dibeli masih mau tidak?"

Dia tidak membalikkan kepala dan berkata.

"Antarkan ke perusahaan!"

Kedua orang itu pergi, aku mengobrol sebentar dengan abang pemilik stand. Rupanya dia bukan petani semangka di kampung, awalnya dia bekerja di sebuah pabrik, tapi pabriknya bangkrut. Demi mata pencaharian, dia dengan istrinya menjual semangka yang ada di petani semangka. Sudah menjual beberapa hari, hasilnya tidak sesuai keinginan.

Abang penjual ini lumayan baik, dia menegurku jangan menganggap asli taruhan tadi. Aku malah mengerti, dia berkata seperti itu untuk kebaikanku. Tapi karena sudah memutuskan taruhan ini, mana mungkin gagal di setengah jalan?

Sepanjang siang ini aku terus berkeliling di sekitar sini, sampai di otakku ada sebuah rencana yang lebih matang, aku kembali ke kios semangka tadi.

Bertemu dengan abang penjual semangka lagi, aku langsung bertanya.

"Abang, kamu percaya padaku tidak?"

Meskipun tidak kenal, abang ini malah dengan lurus mengangguk. Untuk menghilangkan keraguannya, aku lanjut berkata.

"Abang, kamu tidak perlu mengeluarkan sepeser uang, asalkan lakukan sesuai yang kukatakan. Kalau sudah menghasilkan uang, kamu baru kembalikan uang yang kumasukkan. Kalau rugi anggap uangku......."

Kata-kataku membuatnya sedikit bingung. Dia menggeleng, bertanya padaku.

"Bang, aku tau kamu mau membantuku. Tapi kamu harus memberitahuku apa yang kamu pikirkan......"

Aku tersenyum.

"Mulai besok, kita tidak menjual sebutir semangka utuh......."

Kata-kataku belum selesai, abang langsung memotong perkataanku bertanya.

"Maksudmu jual setengah setengah? Aku sekarang juga jual seperti ini......."

Aku menggeleng, menjelaskan.

"Tidak! Cara jualan kamu ini tidak akan berhasil. Kamu harus tau, sekitar sini kebanyakan adalah karyawan perusahaan. Tidak akan banyak dari mereka membeli semangka pulang kerumah untuk dimakan. Yang pertama, mereka masih sendiri, ataupun yang baru berkeluarga ada banyak. Semangka begitu besar, dua orang tidak akan makan habis dalam sekali makan. Ditambah sibuk bekerja, disimpan di kulkas dalam dua hari kemungkinan akan dibuang. Yang kedua, kebanyakan wanita akan mengatakan mau diet, meskipun orang yang suka makan, juga akan mengendalikan diri......"

Abang itu masih melihatku dengan tidak mengerti. Aku lanjut mengatakan.

"Jadi, kita harus langsung memotong semangka bentuk persegi kecil. Seperti piring buah di toko malam......."

Abang itu sedikit tidak sabaran, langsung bertanya.

"Tapi bagaimana cara menyimpannya? Lagipula, kita tidak bisa menjualnya dengan per potongan bukan?"

Aku tersenyum, mulai menjelaskan dua pertanyaannya.

"Pertama kita pergi ke supermarket beli kotak makanan plastik, harus yang transparan. Harga kotakan makanan sangat murah, hanya beberapa ratus rupiah saja. Kita harus menyiapkan dua macam, satu yang sedikit besar, satu yang kecil. Memenuhi orang yang nafsu makannya berbeda. Lalu memasukkan semangka yang sudah dipotong kedalam, lalu ditambah dengan tusuk gigi. Dengan begini, tidak peduli di kantor, atau pulang kerumah.

Pelanggan bisa makan kapan saja dan dimana saja. Selain efektif juga higenis, juga tidak begitu repot......"

Yang aku katakan kepada penjual, sebenarnya adalah pengalaman pelanggan yang paling suka dikatakan pengusaha. Pengalaman pelanggan yang dikatakan, adalah mempermudah kesulitan, kerepotan yang dirasakan pelanggan, hanya perbuatan mudah.

Mengatakan sampai sini, aku menunjuk kios koran yang disebelah. Kios koran ini juga meletakkan mesin pendingin, menjual minuman dingin.

"Mengenai masalah penyimpanan yang kamu katakan, kita bisa meminjam tenaga kios koran. Tentu saja, kita tidak butuh mesin pendingin, tapi kita butuh membeli sebuah rak penyegar yang bisa mempertahankan suhu dingin. Menggunakan listrik mereka, nanti aku pergi bicarakan dengan bos mereka, kita menggunakan listrik mereka. Dan biaya listrik mereka kita yang bayar, dengan begini masalah listrik terselesaikan. Tentu saja, aku yang membeli rak penyegar, kamu tidak perlu urus......."

Perkataanku ini, malah menghilangkan keraguan pemilik kios. Sebenarnya dia tidak perlu melakukan apa-apa, yang perlu dia lakukan adalah, hanya memotong semangka saja.

Setelah menyelesaikan ini semua. Aku di internet mencari sebuah toko yang menjual mesin penyegar bekas ditoko ini. Sangat lancar, beberapa ratus ribu sudah membeli mesin penyegar.

Selanjutnya, aku mencari toko inkjet. Membuat plakat iklan disekeliling mesin penyegar. Gambarnya sangat sederhana, hanya gambar semangka yang segar dan merah. Kata-kata iklan juga sangat sederhana, hanya 5 kata, "Semangka dingin, pas banget buat musim panas".

Aku membeli 3 buah sarung panjang putih dan masker transparan yang dipakai restoran. Aku juga sengaja menggunakan sarung panjang putih menjadi kata-kata iklan. Kalau memang kita menjual makanan, harus memberikan perasaan higenis kepada orang.

Setelah menyelesaikan ini semua, aku menelepon abang penjual semangka. Si abang bermarga Sutikno, aku memanggilnya abang Sutikno. Menunggu dia setelah membawa pergi rak penyegar, sudah jam 9 lebih malam. Aku sembarangan di tepi jalan makan sedikit makanan, lalu sendirian pulang kerumah.

Novel Terkait

Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
3 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
3 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Kembali Dari Kematian

Kembali Dari Kematian

Yeon Kyeong
Terlahir Kembali
3 tahun yang lalu
Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu
Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Tere Liye
18+
4 tahun yang lalu
My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu