Love And Pain, Me And Her - Bab 531 Ketemu Lagi Adalah Orang Asing

Aku menatap Sutan dan berkata sambil mencibir “Sutan, itu kamu, suka menunduh semua hal kepada orang lain. Apakah kamu benar berpikir bahwa hari ini kamu terbaring disini, itu karena aku atau Robi? Aku memberitahumu, tidak. Kamu pasti pernah mendengar kata ini. KARMA. Kamu menipu Veni dan kami dengan satu kebohongan demi kebohongan. Apakah kamu tidak pernah berpikir, kebohonganmu akan terbongkar suatu hari dan pada saat itu bagaimana kamu menghadapi kami? “

Kata-kataku membuat Sutan sedikit agresif. Dia bergerak atas bawah, Namun, ketika dia bergerak, dia menyentuh lukanya. Dia berteriak dengan kesakitan. Namun dia tetap menatapku dengan dingin “Ugie, aku akui aku salah tentang hal Veni. Namun aku ingin bertanya kalian, selain hal ini, apakah aku ada melakukan kesalahan terhadap kalian? Aku memang mempunyai arti lain, ketika aku bersama Wulandari. Tapi, apa salahnya? Veni tidak mengeluhku, tetapi kalian semua menganggapku seperti iblis yang melakukan kesalahan yang tidak bisa dimaafkan. Apakah kalian tidak keterlaluan? Kalian mengacaukan pernikahanku, membuat ibuku pingsan karena marah dan aku masuk rumah sakit. Apakah kamu puas dengan semua ini? “

Melihat Sutan, ilusi terakhir dihatiku hilang. Ketika aku datang, aku berpikir jika Sutan benar-benar menyesali apa yang dilakukannya. Mungkin saja, aku akan memaafkannya. Namun sekarang dia, tidak hanya tidak menyesal, tetapi malah menyalahkan kami.

Sutan melihat bahwa aku tidak berbicara, dia terus berkata “Ugie, aku beritahumu, kamu tidak lebih mulia dariku. Di dunia materialistis ini, kita semua adalah orang yang telah menjual jiwa kita kepada iblis. Hanya saja cara kita tidak sama, namun tidak ada perbedaan antara tinggi dan rendah. “

Setelah mengatakan, Sutan menghela nafas, dia sepertinya menyesali sesuatu. Kemudian, dia berkata “Ugie, Aku memanggilmu kemari hari ini. Awalnya aku masih berharap, kita bisa mengesampingkan segalanya di masa lalu dan berbicara dengan terus terang. Aku berharap meskipun kita bisa kembali seperti dulu, tidak perlu juga kita menjadi musuh. Tapi sekarang kelihatannya tidak perlu. Jadi seperti yang kemarin katakan, mulai sekarang, kamu adalah kamu, aku adalah aku. Kita memutuskan hubungan mulai sekarang, menarik garis yang jelas, jangan berhubungan lagi. “

Suara Sutan tidak kuat, karena luka di tubunya, dia tidak berani berkata dengan keras, namun matanya sangat tegas. Pada saat ini, aku merasa seperti tidak nyata. Sepertinya semuanya hanya drama dan kami, memainkan peran yang berbeda.

Ada suara langkah di koridor, suara ini menarikku kembali ke dunia nyata. Melihat Sutan yang di ranjang, aku menggelengkan kepala pelan-pelan. Tidak berkata apa pun, berbalik dan meninggalkan kamar.

Aku tahu, tidak ada gunanya apa yang aku katakan. Mulai sekarang, aku dan Sutan akan menjadi dua orang yang tidak ada hubungan.

Begitu aku tiba di pintu, terdengar suara Sutan dari belakang “Ugie, apakah kamu tahu? Yang paling aku nantikan sekarang adalah, suatu hari jika kita akan bertarung di platform yang sama. Jika ada hari seperti itu, aku tidak akan mengalah terhadapmu. “

Aku berdiri di tempat, banyak kata yang ingin aku bantah. Namun, aku tidak berkata. Hanya keluar dengan diam.

Matahari bersinar cerah di luar, tapi aku tidak merasakan kehangatan sedikitpun. Ketika masih muda, yang paling kita pedulikan adalah cinta dan persahabatan, namun terhadap kenyataan, semuanya menjadi rentan. Mungkin yang dikatakan Sutan benar, kita semua adalah orang yang menjual jiwa kita kepada iblis, hanya caranya berbeda saja.

Kembali ke studio, Isyana sudah menyiapkan makanan, melihat makanan di meja, aku bertanya Isyana dengan terkejut “Isyana, apakah kamu yang memasak semua ini? “

Keterkejutanku membuat Isyana merasa terhina. Dia menggigit bibirnya, menatapku dengan tidak puas “Kenapa, kamu tidak percaya? “

Aku tersenyum. Duduk di kursi, mengambil makanan dan memasukkan ke mulut, sambil makan, sambil mengangguk “Percaya, tentu saja percaya. “

Isyana duduk disampingku. Dia mengambil makanan untukku dan berkata “Aneh jika kamu percaya. Ini semua aku pesan dari restoran sebelah, awalnya aku ingin masak untukmu. Tapi, aku takut akan menghancurkan dapurmu. Jadi, aku pesan saja. “

Aku tersenyum. Sebenarnya aku sudah tahu ini semua dipesan. Namun, Aku puas dengan perasaan Isyana.

Aku dan Isyana sambil makan sambil ngobrol. Isyana bertanya padaku mengapa Sutan memanggilku, aku mengatakan kepadanya dengan singkat. Setelah mendengarkan, Isyana tidak berkomentar. Sebaliknya dia bertanya padaku “Ugie, aku berencana untuk memberitahu ibuku tentang masalah kita berdua setelah pulang malam ini. “

Aku menggigit hidangan, sambil makan, sambil mengangguk dan berkata “Oke, aku percaya Bibi Salim pasti akan senang. “

Aku hanya berkata dengan santai, siapa tahu Isyana tiba-tiba menepuk meja dengan tidak senang, melototku dan berkata dengan tidak senang “Apa maksudmu, Ugie? “

Melihat Isyana yang tidak senang, aku bingung. Aku tidak merasa perkataanku salah. Aku bertanya balik “Ada apa, Isyana? “

“Ada apa katamu? “

Isyana masih melotoku, dengan tidak senang.

Aku bingung dan bertanya lagi padanya “Kamu menyuruhku untuk mengatakannya? “

Isyana melototoku dan berkata dengan tidak senang “Apakah kamu lupa apa yang dikatakan ibuku pada hari itu? “

Kata-kata Isyana, membuatku tertawa. Aku baru mengerti apa yang maksudnya. Hari itu kata Bibi Salim, jika kami sudah memastikan hubungan, biarkan kedua belah pihak orang tua bertemu. Dan menentukan tanggal pernikahan.

Alasan mengapa aku tidak menebaknya karena aku tidak menyangka Isyana benar-benar ingin menikah. Kuncinya adalah Isyana berubah terlalu banyak, aku belum melakukan propose, dia sudah menyebut untuk mengadakan pertemuan orang tua.

Namun kata-kata Isyana, membuaku bahagia. Setidaknya bisa membuktikan bahwa, dia sekarang tidak hanya menganggapku sebagai pacar, tetapi sebagai pendamping seumur hidupnya.

Melihatku tertawa, Isyana melototku lagi dan terus berkata “Kamu beritahu paman dan bibi terlebih dahulu, ketika mereka punya waktu datang ke ibu kota provinsi, biarkan mereka bertemu dengan ibuku. Jika aku tidak berkata, ibuku juga akan mendesak kita. Lebih baik kita melakukannya terlebih dahulu. Oh, ya. Aku berencana memberitahu ayahku beberapa hari ini. Tapi menurutku dia tidak akan pergi. “

Aku tersenyum mendengar pengaturan Isyana. Semakin aku melihatnya, semakin aku merasa dia sangat manis.

Novel Terkait

Lelah Terhadap Cinta Ini

Lelah Terhadap Cinta Ini

Bella Cindy
Pernikahan
5 tahun yang lalu
Cutie Mom

Cutie Mom

Alexia
CEO
5 tahun yang lalu
Because You, My CEO

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
5 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
5 tahun yang lalu
Yama's Wife

Yama's Wife

Clark
Percintaan
4 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
5 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu