Love And Pain, Me And Her - Bab 80 Berkunjung Ke Bukit

Setengah bulan berlalu begitu saja, suasana hatiku menjadi semakin frustrasi, beberapa proposal yang telah disusun cukup bagus, dan juga cukup memuaskan, tapi aku tahu bahwa begitu produk baru diluncurkan, maka pasti tidak akan mencapai efek yang diinginkan KIMFAR.

Sore ini, kami melakukan diskusi lagi, ketika semua orang sedang berdiskusi dengan meriah, pintu terbuka, ketika aku berbalik, aku melihat Isyana dan Bong Casa masuk, dan Rehan mengikuti di sisi Bong Casa.

Ini adalah adegan yang sangat canggung bagiku, di satu sisi adalah Isyana, sejak mabuk terakhir kali itu, kami hanya mengirim pesan teks sekali dan hanya mengobrol sebentar saja, dan di sisi lainnya adalah Rehan, pria yang merebut wanita yang paling aku cintai, sekarang merupakan klienku.

Segera setelah beberapa orang masuk, Bong Casa terlebih dahulu berjabat tangan dengan kami, dia menggunakan sikap seolah-olah dia adalah kepala inspektur yang sedang mengawasi pekerjaan bawahannya, sambil berkata sambil berjabat tangan, "Kalian telah bekerja keras, hari ini aku dan Presdir Isyana datang untuk melihat kalian, dan kami juga membawakan kalian sedikit makanan, mari kita makan malam bersama, tapi kita berjanji ya, hari ini kita tidak akan berbicara tentang pekerjaan, kita hanya mengobrol dengan santai. "

Bong Casa masih saja terus terang seperti sebelumnya, sambil berkata, aku melihat supir dan asistennya membawa dua kotak pendingin dan berjalan menuju dapur. Bong Casa menunjuk ke kotak pendingin dan berkata, "Ini adalah kepiting berbulu dari Laut Jawa yang otentik, malam ini kita makan kepiting sambil minum anggur."

Isyana juga berjabat tangan dengan semua orang, ketika tiba giliranku, tangannya hanya menyentuh tanganku sebentar dan dia segera menarik kembali, pada momen itu, suasana hatiku langsung menjadi sedih.

Semua orang sedang mengobrol, karena Bong Casa pertama kali datang, jadi Isyana membawanya untuk melihat-lihat, sementara Rehan berada di ruang tamu, dia dan Raisa membisikkan sesuatu, melihat mereka berbicara dan tertawa, aku merasa hatiku sakit seperti ditusuk oleh jarum.

Aku pernah mengobrol dengan Robi sebelumnya, aku berkata bahwa suatu hari aku pasti akan sepenuhnya melupakan Raisa, tetapi Robi menggelengkan kepalanya, dia bilang aku tidak akan pernah melupakannya, yang tidak bisa aku lupakan bukanlah cinta terhadap Raisa, tetapi perasaan frustrasi, aku kalah dengan seorang pria separuh baya yang memiliki keluarga, oleh karena itu, aku enggan untuk mengalah, jadi aku tidak akan bisa melupakannya.

Robi seperti seorang peramal, dia telah melihat semua ini, meskipun aku biasanya bisa menghadapi Raisa dengan tenang, tetapi ketika aku melihatnya dengan Rehan, aku masih saja merasa frustrasi, dan juga sakit hati.

Aku tiba-tiba merasa bahwa keberadaanku itu berlebihan, sepertinya aku tidak benar untuk muncul di manapun, Amori yang berdiri di dekat jendela berjalan ke sisiku, lalu menyentuhku dengan ringan dan berbisik, "Ayo kita keluar untuk merokok."

Amori biasanya diam, namun dia memiliki pengamatan yang tajam, dia sangat jelas merasakan kecanggunganku, sehingga dia mengajakku untuk keluar.

Di lereng gunung, angin musim gugur bertiup, daun-daun di pohon jatuh satu demi satu, pembunuhan di musim gugur sangat jelas terlihat di pegunungan.

Amori dan aku merokok dan memandangi pemandangan di kaki gunung, beberapa saat kemudian, Amori baru berkata, "Ugie, menurutmu, mengapa Presdir Isyana mereka tiba-tiba datang melihat kita?"

Perkataan Amori sedikit mengejutkanku, karena aku merasa dia telah mengajukan pertanyaan yang konyol, aku menatapnya dan bertanya dengan bingung, "Tentu saja untuk melihat perkembangan proposal kita, apakah ada hal lain lagi?"

Amori tersenyum, dia merokok sebentar, kemudian dia mendongak dan menatapku, lalu bertanya, "Kalau begitu, kenapa Tuan Rehan dari KIMFAR juga datang?"

"Apa maksudmu? Dia adalah wakil presdir KIMFAR, kenapa dia tidak boleh datang?"

Aku bahkan lebih bingung lagi, bukankah normal bagi Rehan untuk datang ke sini? Amori tidak berbicara, dia hanya tersenyum, lalu melihat ke kejauhan.

Aku sepertinya mengerti apa maksud Amori , Rehan sekarang tidak bertanggung jawab atas pesanan PT Nogo, dan Amori juga tahu masalah antara Rehan dan Raisa, terakhir kali ketika mantan istri Rehan ribut di ruang rapat, Amori juga ada di sana.

Aku tersenyum pahit, " Amori , kamu berbicara begitu banyak, hanya ingin memberitahuku bahwa Rehan datang untuk melihat Raisa, benar?"

Amori menggelengkan kepalanya lagi, dia sedikit menghela nafas, lalu menatapku, "Ugie, mereka semua bilang kamu adalah orang pintar, tetapi kenapa tiba giliran urusanmu sendiri, kamu menjadi bingung, Rehan adalah wakil presdir KIMFAR, bagaimana mungkin dia berkata pada Bong Casa bahwa dia ingin naik gunung bersamanya untuk melihat perkembangan proposal sekaligus melihat Raisa? Menurutmu apakah itu mungkin terjadi? "

Aku benar-benar bingung dan aku bertanya lagi, "Jadi apa maksudmu?"

"Presdir Isyana yang mengundangnya datang!"

Perkataan Amori membuatku semakin bingung, aku bertanya balik, "Bagaimana kamu bisa tahu?"

"Ini adalah perasaanku!"

Aku merasa jawaban Amori tidak bisa diandalkan, aku menggelengkan kepalaku dan berkata, "Meskipun Presdir Isyana yang mengundangnya datang, bukankah itu juga normal?"

"Haihs!"

Amori menghela nafas, kemudian dia menggelengkan kepalanya lagi,

"Mengapa Presdir Isyana mau mengundang seseorang yang tidak ada hubungannya dengan proposal kita?"

Aku menatap Amori , dan aku sepertinya mengerti maksudnya, tetapi aku tidak percaya dengan jawabanku. Melihat aku diam, Amori berkata lagi, "Presdir Isyana mengundang Rehan datang karena dia berharap Rehan dapat melihat Raisa, dengan kata lain, Presdir Isyana tidak ingin kamu dan Raisa kembali bersama!"

Jawaban Amori sama dengan apa yang aku pikirkan, jantungku berdetak dengan cepat, tetapi aku langsung menyangkalnya, " Amori , kapan kamu menjadi begitu suka gosip, kamu terlalu membesar-besarkanku, dan juga terlalu memandang rendah Presdir Isyana."

Amori mematikan puntung rokoknya dan menggelengkan kepalanya lagi, "Meskipun Presdir Isyana adalah seorang presdir perusahaan, tetapi bagaimanapun juga, dia juga merupakan seorang wanita, wanita selalu memiliki pikirannya sendiri, kamu tidak mengerti wanita sama sekali."

Aku tersenyum dan pura-pura bercanda dengan santai, "Apakah kamu mengerti wanita?"

Amori mendorong kacamatanya, "Setidaknya lebih mengerti darimu!"

Sambil berkata, Amori menepuk bahuku, dia berkata dengan serius, "Jika kamu suka Presdir Isyana, maka beranikanlah diri untuk mengejarnya! Tidak peduli apakah kamu akan berhasil atau gagal, setidaknya kamu telah mencobanya, dan kamu tidak akan menyesalinya di masa depan."

Sambil berkata, Amori berbalik dan berjalan menuju vila, dia sambil berjalan sambil berkata, "Aku rasa, Presdir Isyana akan tinggal di villa malam ini."

Aku melihat punggung Amori dan tersenyum pahit. Bocah ini, kenapa dia sekarang terlihat seperti seorang peramal jalanan? Tetapi hatiku menjadi sangat hangat, di antara orang-orang yang aku kenal, hanya Amori yang menyemangatiku untuk mengejar Presdir Isyana, tetapi apakah aku berani?

Setelah itu, aku juga kembali ke villa, ketika aku tiba di pintu, aku melihat Lulu kebetulan mau keluar, begitu dia melihatku, dia segera melambaikan tangan dan berkata, "Ayo, bantu aku ambil sesuatu."

"Ambil apa?"

"Banyak sekali omong kosongmu! Kamu akan tahu setelah kamu pergi."

Sejak percakapan formal dengan Lulu terakhir kali itu, aku dan gadis kecil ini semakin dekat, akibatnya, dia semakin tidak sopan ketika berbicara denganku, dan sepenuhnya menganggapku sebagai kakaknya, sehingga dia berani mengatakan apapun.

Kami berdua tiba di tempat parkir di halaman, Lulu membuka bagasi mobil Isyana, kemudian mengeluarkan sebuah koper kecil, aku bertanya dengan aneh, "Apa ini?"

Lulu menyerahkan koper tersebut kepadaku, dia melirikku dan berbisik, "Presdir Isyana berkata bahwa dia tidak akan kembali malam ini, dia ingin tinggal di gunung semalam, dia bilang dia sudah lama tidak datang ke sini, dan ingin menenangkan diri di sini."

Aku tercengang! Aku berdiri di tempat dengan linglung, Amori benar-benar pintar, bagaimana dia bisa menebaknya?

Lulu melihatku berdiri tercengang, dia mengulurkan tangan dan berayun di depan mataku, "Halo, kamu terkejut ya? Ayo kita pergi"

Aku mengikuti di belakang Lulu dan membawa koper tersebut dengan linglung, Lulu sambil berjalan sambil bergumam, "Haihs! Presdir Isyana bilang di sini sepi, tapi kita sini ada beberapa orang, bagaimana mungkin bisa sepi, lebih mending dia tinggal di rumahnya sendiri."

Aku diam-diam mengikutinya, otakku penuh dengan perkataan Amori. Amori juga bisa melihat bahwa aku suka Isyana, dia menyemangatiku untuk mengejar Isyana, tetapi apakah itu mungkin? Beberapa hari yang lalu, Isyana baru berkata padaku bahwa kita hanyalah rekan kerja biasa, mungkin Amori juga sok-sok pintar! Dia menganggap penghargaan Isyana terhadapku sebagai semacam peraasaan antara pria dan wanita! Seharusnya begitu!

Novel Terkait

Pria Misteriusku

Pria Misteriusku

Lyly
Romantis
3 tahun yang lalu
Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milea Anastasia
Percintaan
4 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
3 tahun yang lalu
Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
3 tahun yang lalu
Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Lelaki Greget

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
4 tahun yang lalu