Love And Pain, Me And Her - Bab 595 Rencana Menjual Saham

Keraguan Djoko sama sekali tidak aneh. Aku menatap Djoko dan berkata dengan perlahan-lahan "Bukan akuisisi dengan dana, kamu boleh mengambil tiga belas persen sahammu di Djarum Grup untuk menukar denganku !”

Djoko langsung kaku terbengong dan terus menatapku, dalam seketika ini dia tidak dapat mengatakan apapun. Dia sudah tahu kalau aku bukan hanya sekedar bercanda saja, aku pasti memiliki tujuanku sendiri. Awalnya Djoko telah berhenti merokok, namun setelah mendengar kata-kataku, dia tetap saja mengambil rokok yang berada di atas meja dan menyalakannya. Setelah mengisap dengan kuat, Djoko mengerut alis dan berkata dengan perlahan-lahan "Ugie, mutasi saham perusahaan ada aturan hukum yang mengikat, penjualan saham akan lebih mengutamakan pemegang saham lainnya di perusahaan. Ketika pemegang saham lainnya tidak ingin membeli sahammu, kamu baru boleh menjual ke orang lain. Kamu bukan pemegang saham di Djarum Grup, aku tidak mungkin melakukan transaksi denganmu.”

Aku mengangguk, aku tentu saja mengerti dengan pertimbangan Djoko. Aku memadamkan rokok dan berkata lagi “Paman Santoso, kalau yang ini aku sudah memikirkannya. Kamu bisa menjual saham di Djarum Grup kepada Isyana, sedangkan kita berdua adalah pemegang saham di Cantique, aku menjual saham Cantique ke kamu, semuanya akan sesuai dengan aturan yang berlaku.”

Djoko sepertinya telah bisa menebak isi pemikiranku. Dia menggeleng kepala dengan perlahan-lahan, namun tidak menandakan kalau dia menolak penawaranku, malahan sangat kaget dengan keputusanku.

Djoko mengeluh nafas dan menatapku, kemudian berkata "Ugie, aku tahu kalau kamu ingin membantu Isyana dalam pengelolaan Djarum Grup. Tetapi kamu harus tahu, meskipun aku menyetujui penawaranmu, tetapi Isyana tetap saja bukan pemegang saham mayoritas di Djarum Grup, dia tetap saja tidak dapat mengelak nasibnya yang dikeluarkan oleh Tyas. Menurut pendapatku, mendingan membiarkan Isyana menjadi seorang pemegang saham biasa dan tidak mengikut campur dalam pengelolaan perusahaan. Hanya tinggal menerima deviden dari perusahaan saja. Sedangkan kamu, juga tetap tinggal saja di Cantique. Bukannya ini adalah solusi yang terbaik ?”

Aku menggeleng kepala, kemudian menatap Djoko dan berkata "Paman Santoso, kamu juga tahu masalah di antara aku dan Isyana. Aku mesti melakukan sesuatu untuk Isyana, kalau tidak, selama hidup ini aku tidak akan bisa tenang. Jadi, aku memohon padamu, menurutilah permintaanku. Selain itu, Isyana tidak akan sudi memberikan perusahaan kepada orang lain dengan begitu saja. Aku mesti berusaha semampu mungkin untuk membantu Isyana, agar Isyana dapat mempertahankan Djarum Grup. Djarum Grup tidak boleh menjadi milik keluarga Mikra, dia mesti menjadi milik keluarga Mirani !”

Djoko tidak berbicara, Eddy yang berada di samping tiba-tiba berkata "Kak Ugie, kamu ini mengorbankan diri sendiri untuk menyukseskan kak Isyana. Aku sangat salut dengan perbuatanmu, tetapi apakah kamu benar-benar sanggup menghalangi keadaan yang terus berkembang ?”

Aku tersenyum sekilas dan menatap Eddy, kemudian berkata dengan nada ringan "Semuanya ada kemungkinan, tidak sampai detik terakhir, siapa juga yang bisa tahu hasilnya ?”

Djoko tidak memedulikan percakapan aku dan Eddy, dia bertanya lagi kepadaku "Ugie, meskipun aku setuju, apakah Viali dan Papang akan setuju ?”

Aku langsung menjawab "Aku yang akan membahas dengan mereka.”

Djoko terdiam di tempat, sepertinya juga sedang mempertimbangkan hal ini. Aku langsung menyambung lagi "Paman Santoso, sekarang Eddy juga sudah pulang. Demi masa depan Eddy, bagaimanapun kamu harus menyetujui penawaranku !”

Djoko tetap saja mengerut alis, kemudian berkata dengan perlahan-lahan "Aku mesti mempertimbangkan lagi.”

Benar juga, dalam menghadapi masalah yang sebesar ini, aku seharusnya memberikan waktu kepada Djoko untuk mempertimbangkan hal ini. Namun sayangnya, aku tidak memiliki waktu tambahan lagi. Aku menatap Djoko dan langsung berkata "Paman Santoso, sudah tidak ada waktu lagi. Jumat ini Djarum Grup akan mengadakan rapat pemegang saham. Sampai Jumat ini, Sutan akan ikut serta dalam rapat pemegang saham. Dia akan bekerja sama dengan Tyas, sampai saat itu Isyana pasti akan dikeluarkan dari perusahaan. Semuanya akan terlambat.”

Bagaikan seperti yang dikatakan oleh Djoko, semua perbuatan dan keputusanku hanya dikarenakan Isyana. Akan tetapi mereka tidak mengetahuinya, mungkin saja hanya dengan keputusan inilah yang dapat aku korbankan untuk Isyana.

Djoko tetap saja tidak menjawab pertanyaanku, dia mengerut alis dan menjawab dengan perlahan-lahan "Malam, malam ini aku memberitahumu jawabannya !”

Aku mengangguk kepada Djoko.

Setelah keluar dari keluarga Santoso, aku langsung kembali ke rumah sewaan. Cara kerja Deren sangat cepat, sehingga seluruh isi rumah telah selesai dibereskan. Sementara Raisa sudah mulai infus di dalam kamar tidur kami pada sebelumnya. Saat aku tiba di sana, dia sudah tertidur.

Deren masih sedang menungguku, setelah melihat kedatanganku dan juga dikarenakan takut membangunkan Raisa yang telah ketiduran, dia berkata padaku dengan suara ringan "Pak Ugie, semuanya sudah beres. Kamu lihat dulu apakah ada yang perlu aku lakukan lagi ?”

Aku menunjuk ke arah balkon dan berkata dengan nada rendah "Ayo, bahas di balkon.”

Setelah sampai di balkon, aku memberikan sebatang rokok kepada Deren. Kami berdua mengobrol sejenak, kemudian Deren baru bertanya padaku dengan nada ringan "Pak Ugie, setelah kamu pulang, kamu masih belum ke kantor lagi. Pak Papang masih belum tahu kan ?”

Inilah kelebihan dari Deren, dia tidak suka bergosip. Dia juga tidak tahu dengan masalah Raisa, namun meskipun dia sangat penasaran, dia tetap tidak bakal bertanya padaku.

Aku mengisap rokok dan melirik ke arah Deren, kemudian memesan padanya "Deren, sebentar lagi kalau kamu pulang ke kantor, kamu menginformasikan kepada Pak Papang kalau aku sudah pulang. Pada saat yang sama, kamu meminta dia menelepon bu Viali. Tidak peduli betapa sibuknya bu Viali, minta dia besok pagi ke kantor kita, bilang saja aku ada keperluan penting yang perlu disampaikan.”

Deren diam-diam mengangguk. Setelah itu kami tidak berbicara apapun dan diam-diam mengisap rokok. Setelah menghabiskan sebatang rokok, aku mengantar Deren ke depan pintu. Setelah itu Deren berkata dengan nada ringan "Oh ya, pak Ugie, aku melihat sepertinya kak Raisa sedikit kesusahan dalam berjalan, jadi aku menyuruh orang memesan kursi roda, hanya letak di kamar tidur kalian saja.”

Kata-kata Deren membuat hatiku sangat terharu. Aku terlalu sibuk, semua isi pemikiranku membuat aku kekacauan, sehingga bahkan melupakan hal ini. Setelah itu aku menepuk pundak Deren dengan tampang berterima kasih.

Deren tersenyum sekilas, kemudian berkata dengan nada ringan "Pak Ugie, tidak peduli bagaimana rencana anda, aku pasti akan selalu mendukungmu.”

Setelah itu dia berbalik badan dan keluar dari rumah.

Suasana di dalam kamar sangat sunyi, aku mendorong pintu kamar dengan gerakan ringan. Saat ini Raisa masih sedang tidur, aku menatap Raisa dan mengeluh nafas di dalam hati.

Tidak tahu apakah pengaruh ikatan batin, sehingga ketika aku baru saja ingin keluar dari kamar, Raisa tiba-tiba terbangun. Setelah melihat aku yang sedang berdiri di depan kasur, dia tersenyum padaku, kemudian ingin membangunkan tubuhnya.

Aku buru-buru menghampiri untuk menahan tubuhnya, kemudian meletakkan bantal pada belakang punggungnya, agar dia dapat menyandar dengan nyaman. Raisa menatapku dan berkata dengan suara yang lemah "Ugie, kenapa kamu begitu cepat pulangnya ? Jangan-jangan cuti lagi ya ? Aku tidak apa-apa, lagi pula ada perawat yang menjagaku, kamu tidak perlu khawatir.”

Aku tersenyum, Raisa masih mengira kalau aku telah ke kantor. Namun aku juga tidak menjelaskan kepadanya, malahan hanya berkata dengan nada santai "Kantor tidak ada urusan lagi, makanya aku pulang lebih cepat. Malam ini mau makan apa ? Aku yang masak.”

Raisa menggeleng kepala dengan perlahan-lahan, kemudian menatapku dan berkata dengan nada ringan "Ugie, bawa aku ke balkon.”

Novel Terkait

Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
3 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
4 tahun yang lalu
Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
3 tahun yang lalu
Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
4 tahun yang lalu