Love And Pain, Me And Her - Bab 61 Selembar Foto

Setelah menutup telepon, suasana hatiku menjadi lega. Setelah Elisna selesai menyanyikan dua lagu, dia turun dan berjalan ke meja kami. Begitu mendekat, dia langsung tersenyum menatap Lulu yang duduk di sebelahku dan berkata, “Ugie, adik siapa ini, cantik sekali?”

Aku tersenyum, segera memperkenalkan Lulu padanya, keduanya berjabat tangan, Lulu memandang Elisna dan berkata dengan tulus, “Elisna, kamu terlihat sangat cantik”

Lulu bukan sembarang berkata, penampilan Elisna benar-benar sangat indah. Elisna duduk di sebelah Robi, dia tersenyum berkata, "Kamu juga sangat cantik"

Begitu kata-katanya diucapkan, Robi segera menatap mereka dan berkata, “Sangat dilarang untuk saling memuji! Kalian berdua terlalu bodoh untuk memuji satu sama lain, bolak-balik hanya mengatakan kata itu, cantik! Mengapa tidak ada yang memuji aku tampan?”

Lulu menggerakkan bibirnya dan melirik Robi, “Sebenarnya, kamu benar-benar tampan! Tapi mulutmu terlalu busuk.”

Setelah mendengar, Robi segera meletakkan tangan di mulutnya lalu menepuk, dan melihat pada Lulu kemudian berkata sambil tersenyum licik, “Yo, kamu bahkan mengetahui rahasia sebesar ini? Apakah kamu pernah mencium atau pernah mencicipinya? Atau ingin coba sekarang.”

Robi berkata, dan mengulurkan kepala ke arah Lulu, meskipun ada meja di antara mereka, namun Lulu langsung bersembunyi ke belakang. Dia tidak berhenti memutarkan bola matanya, dia tidak bisa berdebat dengan Robi, jadi dia memelototiku, dan berkata dengan tidak puas, “Ugie, temanmu beginian?”

Aku mengangkat bahu dan merasa tak berdaya, mereka berdua bertengkar, aku pula yang ditembak pistol, rasanya benar-benar luar biasa.

Setelah mengobrol sebentar, Elisna tiba-tiba bertanya padaku, “Oh ya, Ugie. Sepertinya bulan depan ada pertemuan persaudaraan dalam industri periklanan, apakah kamu pergi?”

Aku menggelengkan kepala dan mengatakan padanya, “Pertemuan seperti ini biasanya dihadiri oleh eksekutif, aku hanyalah seorang salesman kecil, bagaimana mungkin aku bisa pergi?”

Yang dikatakan Elisna adalah asosiasi bisnis periklanan yang didirikan secara spontan oleh industri periklanan. Setiap tahun akan mengadakan perkumpulan, tujuannya agar dapat, membentuk sumber daya pelengkap melalui persahabatan dan kerja sama, serta perkembangan bersama. Dan juga akan mengundang para pengusaha dari industri lain.

Lulu mendengarnya, juga berkata, “Aku tahu tentang ini, undangan Presdir Mirani dikirim sore ini. Oh ya, Lisna, bagaimana kamu tahu tentang ini?”

Kedua wanita ini sepertinya memang ditakdirkan menjadi akrab, baru saja kenal langsung saling memanggil nama panggilan.

Elisna meminum seteguk bir dan menjawab sambil tersenyum, “Selain bisa meminum bir, juga ada pertunjukan kecil. Seorang teman menghubunginya untukku dan memintaku untuk pergi bernyanyi.”

Sebenarnya, sebagai orang dalam industri periklanan. Aku benar-benar sangat penasaran dengan asosiasi seperti ini, tetapi sayangnya, orang-orang di tingkatku tidak memenuhi syarat untuk berpartisipasi.

Karena ada konferensi pers pada hari berikutnya, aku takut terjadi kesalahan, setelah minum dua botol bir, aku tidak melanjutkannya lagi. Robi dan Lulu berperang mulut sambil bertarung dan meminum. Mereka berdua lumayan menikmatinya.

Aku tidak terduga Lulu lumayan kuat minum, Robi sudah agak bingung, Lulu masih terlihat baik-baik saja. Dia melihatku bosan, melambaikan tangan, dan berkata padaku, “Ugie, kalau kamu bosan, kamu boleh kembali dulu, tidak peduli bagaimanapun, hari ini aku pasti harus memabukkan pria bermulut busuk ini.”

Bagaimana mungkin Robi akan menyerah, wajahnya memerah, dia menggerakkan jarinya pada pelayan, dan memanggil selusin bir lagi. Aku melihat keduanya tidak berniat untuk berhenti, setelah memberitahu Robi harus mengantar Lulu kembali dengan selamat, aku juga pergi. Robi menjawab ya dan tidak melayaniku lagi.

Sepertinya aku benar-benar berlebihan. Setelah pamit pada Elisna, aku langsung kembali ke rumah.

Setelah mandi di rumah. Aku mengeluarkan instruksi kosmetik dan melihat dengan teliti. Aku harus melakukan persiapan dulu, baru bisa membuat sebuah perencanaan yang dapat memuaskan Bong Casa.

Setelah melihat sebentar, ponselku tiba-tiba berdering, Veni yang menelepon. Setelah terhubung, aku mendengar Veni berkata dengan panik, “Ugie, aku tidak berada di kota saat ini. Aku baru saja menelepon Raisa, dia sakit, sepertinya sangat serius. Aku tidak bisa kembali sekarang, bisakah kamu pergi melihatnya?”

Kata-kata Veni membuatku kaget, kekebalan tubuh Raisa tidak baik. Setiap kali ketika berganti musim, dia sering terkena flu. Tapi aku tidak tahu di mana Raisa tinggal, jadi aku bertanya pada Veni. Setelah Veni memberitahuku, aku menutup telepon dan bergegas ke bawah.

Aku menaiki taksi, dan baru saja berjalan tidak lama, aku tiba-tiba sadar, apakah aku terlalu ceroboh? Raisa sekarang memiliki Rehan, aku pergi seperti ini, apa yang akan terjadi?

Setiap kali memikirkan Raisa dan Rehan, hatiku sakit bagaikan tertusuk jarum. Setelah berpikir, aku menelepon Veni lagi, Veni marah mendengarku berkata seperti ini, dia bertanya padaku, “Ugie, meskipun kamu dan Raisa bukan suami-istri, tapi setidaknya kita masih sebagai teman, bukan? Lagi pula, mereka berdua tidak tinggal bersama. Mengapa kamu tidak bisa pergi?”

Veni adalah orang yang paling sabar diantara kami beberapa orang. Begitu dia marah malah membuatku merasa bersalah. Mungkin aku benar-benar terlalu banyak berpikir.

Menurut alamat yang diberikan Veni, aku menemukan komplek tempat tinggal Raisa. Kompleknya tidak terlalu besar dan tidak terlalu standar, aku naik ke atas dan mengetuk pintu beberapa kali. Tidak ada respon dari dalam, hatiku semakin khawatir, aku segera mengetuk lagi dengan keras. Pada saat yang sama, aku mengeluarkan ponsel dan bersiap-siap menelepon Raisa.

Baru saja menemukan nomornya, pintu tiba-tiba terbuka. Aku melihat rambut Raisa berantakan, wajahnya sangat pucat, dan berdiri lemah di pintu. Begitu melihatku, dia terkejut. Kemudian dia merapikan rambutnya dan bertanya padaku, “Ugie, mengapa kamu ada di sini?”

Melihat penampilan Raisa yang lemah, hatiku terasa sakit. Dulu ketika kami masih bersama, jangankan pilek, meskipun hanya bersin, aku juga akan memaksanya meminum air jahe.

Aku tidak peduli begitu banyak. Melangkah maju, dan menempelkan tangan di dahinya, Raisa sepertinya ingin bersembunyi, tetapi akhirnya dia tidak bergerak.

Dahinya sangat panas!

Aku mengerutkan kening, dan segera berkata, “Ganti baju, aku akan membawamu ke rumah sakit”

Raisa merasa ragu, dia menatapku, bibirnya bergetar, sepertinya ingin menahan air mata, tetapi air matanya mengalir keluar tanpa terkendali.

Melihat Raisa, aku juga merasa sedih. Wanita yang selalu kusayangi sebelumnya, ketika sakit, tidak ada seorangpun yang merawatnya. Hatiku penuh rasa rumit, dan juga mengasihaninya.

Setelah masuk ke rumah Raisa, dia pergi mengganti pakaian, aku duduk di sofa dan melihat di sekeliling, ruangannya tidak besar, tetapi sangat rapi dan indah. Ini adalah gaya dekorasi yang stylish dan sederhana, aku tahu ini adalah gaya favorit Raisa, dia pernah memberitahuku, suatu hari nanti kalau kami memiliki rumah sendiri, dia ingin menghiasnya dengan gaya Eropa Barat.

Setelah melihat ke sekeliling, mataku akhirnya jatuh pada bingkai foto di atas meja, ketika aku melihat foto yang di dalam, hatiku sekali lagi merasa tertusuk! Itu adalah fotoku bersama Raisa di pintu masuk kampus, diambil ketika di saat aku lulus kuliah. Kami tersenyum ceria di dalam foto itu.

Aku masih ingat hari itu setelah mengambil foto, Raisa berkata, suatu hari nanti ketika kami menikah, dia ingin mengenakan gaun pengantin dan mengambil foto lagi di pintu masuk sekolah. Pada saat itu, kami suka berjanji satu sama lain, dan bersikeras mempercayai bahwa janji ini akan terwujud. Tapi pada akhirnya, semua janji akan lenyap seiring berjalannya waktu, mungkin kita akan melupakan janji terindah yang pernah kita janjikan di masa muda.

Aku melamun melihat foto itu, selain sakit hati, juga merasa bingung. Kami sudah putus, mengapa dia masih menyimpan foto ini dan meletakkannya di posisi yang menonjol.

Novel Terkait

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu
Menantu Hebat

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu
Pernikahan Tak Sempurna

Pernikahan Tak Sempurna

Azalea_
Percintaan
3 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
3 tahun yang lalu
My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu
The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
4 tahun yang lalu
Wanita Yang Terbaik

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu