Love And Pain, Me And Her - Bab 263 Aku Bukan Temanmu

Beberapa kata telah diungkapkan,sebenarnya bahkan aku sendiri juga tidak percaya. Tetapi aku hanya menghela nafas dan menepuk punggung Raisa, dan menenangkannya dengan pelan,

"Raisa, tidak apa-apa. Semuanya akan baik-baik saja".

Robi selalu berdiri di samping aku dan Raisa, dan mendengarkan pembicaraan aku dengan Raisa. Dia tiba-tiba berbalik dan menatap langit yang kabut. Aku melihat dengan jelas, mata Robi telah basah.

Seolah-olah waktu tidak bergerak. Faktanya sudah merupakan musim dingin yang membeku, tetapi aku sama sekali tidak merasa kedinginan.

Kami berdiri dengan konyol, tidak mengetahui Veni dan Sutan membicarakan apa di dalam mobil, Si kecil Beibei terus mengusik Sutan.

Tidak tahu berapa lama, Sutan akhirnya turun dari mobil. Dia diam-diam datang ke sisi ku dan berkata dengan pelan, "Ugie, cari tempat untuk duduk sebentar".

Aku baru saja ingin berbicara. Robi kemudian bertanya duluan, "Sutan, masalah Veni, apa rencanamu?".

Sutan mengeluarkan sebatang rokok, menyalakan kemudian menghisapnya. Namun, dia tidak menjawab pertanyaan Robi.

Robi menggertakkan gigi terus bertanya dengan ekspresi yang marah,

"Aku bertanya padamu, apa yang ingin kamu lakukan!".

Sutan tiba-tiba melemparkan rokok yang baru saja dinyalakannya ke bawah tanah. Dia menatap Robi dan berkata dengan tidak senang, "Robi, ini adalah masalah aku dan Veni. Mengapa kamu selalu ingin ikut campur?".

Aku tidak terpikir bahwa Sutan yang emosi duluan. Wajah Robi semakin masam. Dia memelototi Sutan dan berkata dengan dingin, "Karena Veni adalah teman sepanjang hidup aku! Betapa baiknya gadis ini, setelah mengikutimu sekarang berubah menjadi seperti ini, kamu masih berani bertanya kepadaku?".

Sutan kemudian mencibir, "Bagaimana denganku? Aku bukan temanmu ya!"

Sikap Robi tetap masih marah, "Dulu iya, tetapi sekarang aku ingin menyelidiki ulang!".

Robi masih mempertimbangkan. Dia tidak langsung mengatakan putus hubungan.

Sutan terus mencibir, "Hehe! Kalau begitu aku katakan kepadamu, aku akan menjaga Veni dengan baik. Apakah kamu puas?".

Robi menunjuk ke arah Veni yang berada di dalam mobil dan menatap Sutan kemudian bertanya, "Ini adalah bentuk perlindunganmu terhadap Veni? Sutan, kita sudah saling mengenal hampir sepuluh tahun. Tiba-tiba aku menyadari bahwa aku tidak tahu harus percaya perkataanmu yang mana! Ugie dipecat karena masalah perusahaanmu. Veni berulang kali melakukan aborsi karena hasrat binatangmu. Bagaimana dengan kamu? Mengendarai mobil Mercedes-Benz, membawa tuan muda, serta menjadi direktur pemasaran. Seberapa baik kehidupan yang kamu lalui? Tetapi apakah kamu pernah memikirkan pacarmu dan teman baikmu? ".

Kata-kata Robi membuat ekspresi Sutan menjadi sedikit canggung. Dia menoleh untuk menatapku, dia tampak seperti ingin menjelaskan apa tetapi dia kemudian diam. Aku tahu bahwa dia ingin mengatakan tentang masalah Store Nirami.

Aku tersenyum pahit dan menatap mereka berdua kemudian berkata, "Ayo pergi ke Bar BOSS! kita perlu mengobrol dengan baik".

Robi naik ke mobil Raisa. Dan aku naik ke mobil Sutan, duduk di kursi belakang bersama Beibei. Sutan ingin mengembalikan mobil dan anak kepada Wulandari.

Di dalam mobil, kami berdua tidak berbicara. Aku menoleh untuk melihat ke luar jendela, tetapi hatiku sangat kacau.

Tiba-tiba, Sutan melirik ke kaca spion. Dia bertanya padaku dengan pelan, "Ugie, masalah kamu dan Isyana, aku juga baru tahu. Atau aku pergi mencari dia dan memberitahunya masalah apa yang terjadi."

Nada bicara Sutan sedikit bergetar. Aku bisa mendengarkan apakah itu tulus atau tidak. Aku mengetahui bahwa dia takut jika pergi mencari Isyana akan mempengaruhi masuknya perusahaan mereka ke Store Nirami di masa yang akan datang.

Aku menggelengkan kepala dan berkata dengan senyuman masam, "Lupakan saja, masalah ini telah berlalu. Aku dan Isyana juga telah berlalu."

Aku berkata dengan santai. Tetapi hatiku masih terasa sakit.

Sutan juga tidak melanjutkan topik ini, dia bertanya lagi, "Ugie, apa rencanamu selanjutnya?".

Aku menggelengkan kepalaku, mengangkat bahu, dan berkata dengan santai, "Aku belum memikirkannya. Nanti baru lihat saja."

Ketika Sutan mendengarnya, dia langsung berkata, "Kalau begitu bagaimana jika kamu datang ke perusahaan kami? Perusahaan kami sedang merekrut karyawan, dengan kemampuan yang kamu miliki jelas tidak masalah, dan jika kamu datang, aku juga mempunyai teman."

Aku tahu bahwa Sutan merasa bersalah tentang masalah ini. Dia mencoba untuk memperbaikinya. Sayangnya, aku tidak membutuhkannya. Di dalam hatiku, aku selalu menganggapnya teman baikku. Aku telah melakukan semampuku.

Sutan melihat bahwa aku sepertinya tidak ingin berbicara, sehingga dia memilih untuk diam dan tidak mengatakan apa-apa lagi.

Ketika tiba di perusahaan, dia memarkir mobil di depan pintu. Kami bertiga sampai di pintu perusahaan. Sutan memeluk Beibei, menoleh melihat padaku dan berkata, "Ugie, tunggu aku sebentar, aku membawa Beibei ke atas kemudian langsung turun".

Aku mengangguk.

Sebelum Sutan memasuki aula, dia tiba-tiba melihat Wulandari mendorong pintu dan keluar. Ketika dia melihat kami bertiga, dia tertegun kemudian mengerutkan kening dengan tidak puas, dan bertanya kepada Sutan, "Sutan, bukankah aku menyuruh kamu membawa Beibei pergi les piano? Mengapa kamu membawanya kembali?".

Sikap Wulandari sangat buruk. Wajahnya yang cantik tetapi terlihat sangat dingin. Bahkan aku berada di sini, dia juga tidak mempertimbangkan sama sekali. Memarahi Sutan dengan tidak segan.

Sutan tersenyum dengan canggung, dia tidak sempat menjelaskan. Si kecil Beibei tiba-tiba turun dari pelukan Sutan. Dia berlari ke samping Wulandari dan memeluk pahanya, menatap Wulandari berkata dengan polos, "Ibu, Ibu, tadi paman bertengkar dengan orang, mengeluarkan banyak darah".

Wulandari tertegun. Dia menatap Sutan dan bertanya dengan ragu, "Apa yang terjadi? Mengapa sampai berkelahi?".

Sutan menggerutu dengan canggung, "Tidak apa-apa, terdapat sedikit kesalahpahaman".

Wulandari melihat Sutan menolak untuk mengatakan kejadian sebenarnya. Dia berbalik menatapku dan bertanya, "Asisten Zhuo, apa yang terjadi? Sifat Sutan yang begitu baik, bagaimana dia bisa bertengkar dengan orang lain?".

Wulandari bertanya dengan nada mencurigakan. Seolah-olah aku merupakan orang yang berkelahi dengan Sutan. Sikapnya membuatku merasa sangat tidak nyaman. Masalah perusahaan mereka menyebabkan begitu banyak kesalahpahaman bagi aku dan Isyana. Aku telah membantu mereka, tetapi ternyata hasilnya begini.

Aku mencibir, "Tadi Sutan telah mengatakan, Itu hanya kesalahpahaman saja!".

Wajah halus Wulandari masih curiga. Dia menatap Sutan lagi. Kemudian Sutan segera berkata, "Presdir Wu, aku ingin meminta izin padamu. Aku mempunyai masalah yang harus diselesaikan."

Wulandari menatap Sutan. Itu merupakan pandangan yang tidak dapat dideskripsikan. Sejenak kemudian, dia mengangguk dan berkata, "Baiklah, kamu pergilah! Besok ingat membawa Beibei pergi les piano!".

Sutan segera mengangguk menyetujui. Kami berdua langsung naik taksi ke bar BOSS.

Novel Terkait

Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
I'm Rich Man

I'm Rich Man

Hartanto
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
5 tahun yang lalu
Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu
Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
4 tahun yang lalu
Hello! My 100 Days Wife

Hello! My 100 Days Wife

Gwen
Pernikahan
3 tahun yang lalu