Love And Pain, Me And Her - Bab 338 Akhirnya Mendapatkan Kesempatan

Meskipun Pak Hartono terlihat tenang saja, setelah aku selesai berbicara. Dia menyalakan mikrofon di depannya, tersenyum dan berkata, "Aku tidak tahu apa yang dikatakan bapak Ugie ini."

Kata-kata Pak Hartono mengejutkan aku. Penyangkalannya terhadap hal ini di depan umum sama seperti menamparku dengan keras.

Ketika aku merasa malu, Pak Hartono berkata lagi, "Tetapi hal seperti ini terjadi pada KIMFAR, aku tidak terkejut sama sekali. Menurut statistik akhir tahun departemen keuangan kami, pusat perusahaan KIMFAR termasuk anak perusahaan. Tahun ini kami telah menyumbangan untuk kesejahteraan sosial melebihi 30 miliar rupiah. Seperti yang dikatakan bapak Ugie barusan, KIMFAR sebagai perusahaan yang bertanggung jawab dan matang. Pada masa perkembangannya, tentu saja tidak akan melupakan rasa tanggung jawab terhadap masyarakat. Aku di sini dapat menyampaikan kepada semua bahwa pengeluaran kami untuk kesejahteraan sosial dan amal tahun depan pasti akan melebihi tahun ini. Rencana awalnya, nilai minimum kami adalah 40 miliar rupaih."

Pak Hartono mengatakan demikian, ruangan tersebut langsung dimeriahkan dengan tepuk tangan di bawah pimpinan karyawan KIMFAR. Dan Pak Hartono membuat gerakan berhenti, dia berkata sambil tersenyum, "Aku belum selesai mengatakan, tolong jangan tepuk tangan dulu. Aku mengatakan nominal minimum adalah 40 miliar rupiah, tetapi tidak menutup kemungkinan akan lebih tinggi!".

Kata-kata Pak Hartono nyaring dan kuat. Setelah dia selesai berbicara, tepuk tangan meriah terdengar lagi di ruangan konferensi.

Aku menghela nafas sambil bertepuk tangan. Bagaimanapun, ucapanku tidak berdampak negatif pada KIMFAR. Sebaliknya, Pak Hartono justru mengambil keuntungan dari kesempatan ini untuk mengumumkan kontribusi KIMFAR kepada kesejahteraan masyarakat kepada media secara terbuka.

Konferensi pers berakhir dalam suasana damai. Aku telah merencanakan untuk maju dan mengatakan sesuatu kepada Pak Hartono. Tapi begitu pembawa acara mengumumkan akhir konferensi, Pak Hartono dan selebritis tersebut langsung meninggalkan ruangan dari belakang panggung dikelilingi oleh semua orang.

Aku berdiri di tempat dengan kecewa, termenung dan menatap podium yang kosong. Ketika aku sedang menung, tiba-tiba seorang staf KIMFAR yang tadi sama-sama membersihkan ruangan berjalan kemari. Dia menepuk pundakku dan berkata sambil tersenyum, "Kamu sangat berani, bagaimana kamu masuk ke sini. Apakah kamu tidak takut akan diperlakukan sebagai penipu. Kemudian dibawa ke kantor polisi".

Aku tersenyum pahit. Kemudian bertanya kepadanya dengan tidak putus asa, "Oh ya, dimana Pak Hartono sekarang? Di mana aku bisa bertemu dengannya?".

Orang ini menyipitkan mata menatapku, dan mencibir, "Bagaimana Pak Hartono akan memberitahu kepadaku dimana beliau pergi? Tapi aku dapat memberitahumu, kamu dapat memutuskan niatmu untuk bertemu beliau. Jika suasana hati Pak Hartono sedang baik, mungkin saja dia akan menyuruh Asisten Bona bertemu denganmu. Jika suasana hatinya biasa saja, kamu bahkan tidak dapat bertemu Asisten Bona . "

Dia mengatakan dan menepuk pundakku lagi, menggelengkan kepala dan berkata, "Kembalilah, jangan berpikir lagi".

Setelah sibuk setengah hari, pada akhirnya sia-sia saja. Aku hanya bisa kembali ke hotel dengan kecewa. Pada malam hari, setelah makan di kedai sekitar, aku langsung kembali ke kamar. Duduk di sofa sambil merokok, aku memikirkan bagaimana cara menemui Pak Hartono lagi.

Setelah memikirkannya, sepertinya aku tidak punya cara lain selain menunggu. Setelah melihat waktu, sudah hampir jam dua belas. Berbaring di tempat tidur, menatap telepon sebentar, dan bersiap untuk tidur. Tiba-tiba, telepon berdering. Setelah mengambilnya, ternyata merupakan panggilan dari Bong Casa.

Aku segera duduk, mengangkat telepon, dan berkata langsung, "Halo, Pak Casa!"

Aku langsung mendengar suara Bong Casa yang sedang menyindir, "Kamu masih begitu energik pada tengah malam begini?".

Aku tertawa canggung dan menjawab, "Aku sedang dalam depresi sehingga tidak bisa tidur!"

Aku sengaja mengatakan hal ini kepada Bong Casa. Meskipun Bong Casa sedang marah padaku, tetapi aku bisa merasakan bahwa dia masih peduli padaku.

Kemudian Bong Casa langsung mengatakan, "Aku mendengar bahwa kamu ini sangat hebat dapat bergabung ke dalam lokasi konferensi pers. Dan omong kosong di tempat kejadian ya?".

Aku tidak terpikir bahwa Bong Casa telah mengetahui semua ini. Aku segera menjawab, "Pak Casa, aku tidak berbicara omong kosong. Kamu mewakili KIMFAR benar-benar telah menyumbangkan uang untuk program tersebut. Bagaimana ini dapat disebut omong kosong?".

Begitu selesai berbicara, Bong Casa segera bertanya kepadaku, "Anak-anak mana yang menyuruhmu mengundang Pak Hartono untuk bergabung dalam acara syukuran?".

Aku mengakui bahwa hal ini aku benar-benar sedang berbohong. Tapi aku tidak khawatir, aku segera menjawab, "Pak Casa, apakah kamu percaya? Besok pagi kamu akan menerima surat undangan dari anak-anak".

Hal ini tidak sulit sama sekali. Bagaimanapun, anak-anak itu telah menerima sumbangan. Selama mereka memberitahu kepada pihak sekolah, menyuruh anak-anak mengadakan pesta kecil dan mengucapkan terima kasih, sangatlah mudah.

Bong Casa mendengus dingin, "Lupakan saja! Di depanku, singkirkan saja trik-trikmu!".

Aku tertawa dengan canggung. Bong Casa berkata lagi, "Hal ini dapat dikatakan kamu cukup beruntung, Pak Hartono telah menyetujui untuk bertemu dengamu! Besok pagi jam sepuluh pergi mencari Asisten Bona , dia akan membawamu untuk menemui Pak Hartono. Tapi aku bisa memberitahumu, jika kali ini kamu berani mengikar janji tidak hadir, maka kamu terjun saja ke Sungai Huangpu , dan tidak perlu kembali lagi. "

"Tenang saja, Pak Casa, kamu tidak perlu mengatakannya"

Sebelum selesai mengatakan, terdengar bunyi bip bip bip dari telepon. Bong Casa langsung menutup telepon.

Namun, aku tidak mempedulikan hal ini lagi. Suasana hati menjadi senang, selama Pak Hartono menyetujui untuk bertemuku. Langkah pertama dan terpentingku sudah berhasil. Selanjutnya yang perlu aku lakukan adalah menggunakan rencana pemasaranku untuk mengesankan Pak Hartono.

Memanfaatkan waktu yang belum ngantuk, aku bangkit lagi dan melihat rencana pemasaran dengan hati-hati. Aku tidak akan membiarkan diriku melakukan kesalahan lain lagi.

Untuk mencegah resiko, pukul sembilan keesokan paginya. Aku langsung pergi ke perusahaan KIMFAR. Aku duduk di tempat minum kopi di seberang meja resepsionis, menunggu pukul sepuluh. Gadis di resepsionis mendengar aku mengatakan bahwa Pak Hartono telah setuju untuk bertemu denganku, dia juga ikut merasa senang.

Pukul sepuluh, Asisten Bona turun untuk menjemputku secara langsung. Aku mengira asisten ini merupakan seorang wanita muda, cantik, dan berbakat. Tanpa diduga, orang tersebut adalah seorang wanita paruh baya yang berusia hampir empat puluh tahun. Dengan memakai kacamata dan rambut pendek, memberikan kesan kepada orang, dia pintar dan tegas.

Ketika dia melihatku, dia bertanya dengan cuek, "Apakah kamu Ugie?"

Aku segera mengangguk.

"Naiklah ke atas bersamaku!"

Aku segera mengikuti di belakangnya. Naik lift internal kecil langsung ke lantai 11.

Kami berdua berhenti di depan pintu berwarna perak abu-abu. Ketika aku melihat papan di pintu tersebut bertuliskan "Kantor CEO", tiba-tiba aku merasa panik. Meskipun Pak Hartono sudah setuju untuk menemuiku, aku masih khawatir apakah beliau akan puas dengan rencana pemasaranku.

Novel Terkait

Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
4 tahun yang lalu
Wanita Pengganti Idaman William

Wanita Pengganti Idaman William

Jeanne
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu
Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Rahasia Seorang Menantu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Cinta Yang Terlarang

Cinta Yang Terlarang

Minnie
Cerpen
4 tahun yang lalu
My Japanese Girlfriend

My Japanese Girlfriend

Keira
Percintaan
3 tahun yang lalu
My Greget Husband

My Greget Husband

Dio Zheng
Karir
3 tahun yang lalu