Love And Pain, Me And Her - Bab 57 Pilihan Ketiga

Setibanya di lantai bawah, Isyana Mirani menghentkan langkahnya tiba-tiba. Dia menarik tangannya dengan keras, menatapku dan bertanya, "Ugie, bisakah kamu mengatakannya sekarang, apa yang sebenarnya ingin kamu lakukan?"

Wajah Isyana Mirani memerah dan dia melihat tatapan mataku yang tidak wajar. Mungkin karena tindakanku barusan yang membuatnya jadi malu. Aku pun juga menatapnya dan bertanya dengan tulus, “Isyana Mirani, apa kamu percaya padaku?”

Isyana Mirani tidak ragu sedikitpun lalu menganggukkan kepala sekuat tenaga. Dan bertanya balik kepadaku, “Ugie, Kamu membawaku ke bawah hanya untuk menanyakan ini?”

Aku tersenyum, Sikap Isyana Mirani ini membuat suasana hatiku jadi nyaman. Aku juga semakin yakin dengan keputusanku.

Aku menarik lagi pergelangan tangannya, menoleh lalu berjalan, “Ayo kendarai mobil dan bawa aku ke KIMIA FARTA!”

Tanpa berbasa-basi, kami berdua langsung pergi ke parkiran. Di mobil, Isyana Mirani masih saja tidak bertanya apapun kepadaku. Aku malah sebaliknya tidak bisa menahan emosi lalu bertanya kepadanya,

“Isyana Mirani, apa kamu tidak penasaran, kenapa kemarin Bong Casa mencariku?”

Isyana Mirani menatap ke depan dan kedua tangan gioknya menggerakkan stir mobil. Posenya menggendarai mobil sangat anggun dan keren.

Ucapanku ini membuatnya tersenyum, lalu dia berkata perlahan, “Ugie, apapun pilihan yang kamu ambil, aku akan tetap mendukungmu! Bagaimana pun, PT Nogo Internasional sekarang sudah sampai di tahap seperti ini. Aku juga tidak punya alasan untuk menahanmu lagi untuk tetap bekerja di Nogo Internasional. Sebenarnya KIMIA FARTA juga adalah kesempatan yang tidak buruk untukmu.”

Ucapan Isyana Mirani ini bagaikan aliran hangat yang membuat hatiku memanas. Tapi di waktu bersamaan aku juga semakin memandang rendah diriku. Padahal jelas kalau Isyana Mirani sudah bisa menebak kalau Bong Casa mengundangku untuk bergabung masuk di KIMIA FARTA. Tapi dia tidak hanya tidak menyalahkanku, dia malah masih berpikir dari sudut pandangku dan memikirkanku.

Setibanya di lantai bawah KIMIA FARTA, aku melepas sabuk pengamanku berbalik lalu tersenyum ke Isyana Mirani. Lalu berkata dengan lembut, “Isyana Mirani, kamu tunggu aku sebentar di sini, aku ke atas dulu.”

Isyana Mirani mengangguk dan sama seperti sebelumnya, dia masih saja tidak bertanya apa yang akan aku lakukan.

Setelah turun dari mobil, aku merapikan bajuku lalu berjalan dengan langkah besar dan mantap masuk ke gedung KIMIA FARTA.

Begitu masuk, gadis di resepsionis langsung bertanya kepadaku, “Halo Tuan, Maaf...”

Belum selesai gadis itu bicara, ekspresi wajahnya langsung berubah. Nada bicaranya pun terdengar lebih keras, “Kenapa kamu lagi? Presdir Rehan Bastar tidak ada.”Aku tersenyum, dulu hanya demi bertemu Rehan Bastar, aku sudah banyak kali mengganggu resepsionis. Sehingga membuat gadis resepsionis ini ketika melihatku seperti melihat hantu saja.

Aku menggelengkan kepalaku, lalu menatap dan tersenyum kepadanya sambil berkata, “Kali ini aku tidak ingin bertemu Presdir Rehan Bastar, aku mencari Presdir Bong Casa.”

Gadis itu menatapku dengan hati-hati, “Presdir Bong Casa sedang sibuk sekarang, apa kamu sudah ada janji sebelumnya?”

Aku tersenyum lalu berkata dengan penuh percaya diri, “Tidak perlu janjian dulu, kamu sekarang telepon saja ke kantor Presdir Bong Casa dan bilang kalau Ugie dari PT Nogo Internasional ingin bertemu dengannya. Dia pasti sudah tahu perihal apa.

Gadis itu tidak mempercayai ucapanku sama sekali. Dia memandangku dengan curiga. Aku berjalan maju satu langkah lalu kedua tanganku aku tekankan ke meja resepsionis lalu melototinya dan berkata, “Aku mencari Presdir Bong Casa karena ada urusan yang sangat penting. Jika kamu menundanya lagi, aku bisa jamin, Presdir Bong Casa pasti menghukummu.”

Sambil bicara, aku membelalakkan mataku lebih besar lagi. Sebenarnya aku hanya ingin menggodanya dengan sengaja saja.

Gadis itu masih saja tergertak oleh ucapanku. Dia mengangkat telepon dan menelepon ke asisten Bong Casa. Tidak lama kemudian, ekspresi wajah gadis itu pun berubah. Dia tersenyum, tentu saja senyumnya ini sangat profesional.

“Tuan Ugie, Presdir Bong Casa memintamu kesana. Aku akan mengantarkanmu.”

Aku mengangguk dengan puasnya dan mengikuti gadis itu naik ke atas.

Mengetuk pintu lalu masuk. Bong Casa berjalan menghampiriku dari belakang meja lebar kantornya lalu membuka lebar lengannya dan menghadiahiku pelukan yang erat. Kesopanannya ini membuat gadis resepsionis itu terkejut dan segera buru-buru keluar.

“Ugie, secepat ini kamu sudah ada jawaban untukku? Bagus sekali! Aku suka orang yang langsung seperti ini. Sini sini duduk dan mengobrol.”

Aku pun duduk di sofa. Lalu memandangi kantor Bong Casa perlahan. Kantornya seolah sangat berbeda dengan gaya dari perusahaan ini. Karena kantor mereka yang di luar termasuk dalam gaya eropa yang sederhana. Tapi kantor Bong Casa bergaya mewah ala China.

Di dinding tergantung lukisan gunung sungai. Di sampingnya ada lukisan kaligrafi China. Di depan sofa mahoni ada meja teh berukiran akar. Dupa di sampingnya dmasukkan dan masih melekat aroma cendana yang semerbak.

Bong Casa melihatku memandangi kantornya, dia pun terkekeh dan menuangkan teh kepadaku sambil berkata, “Ugie, Cukup kamu bergabung di KIMIA FARTA saja, aku jamin. Lima tahun lagi, kantor ini akan menjadi milikmu.”

Aku tersenyum lalu menagmbil secangkir teh itu dan meneguknya. Tehnya lumayan enak segar dan wangi!

Bong Casa juga meneguk tehnya. Lalu dia mendongak dan menatapku sambil bertanya, “Ugie, biar aku tebak. Aku tebak kamu akan memilih pilihan pertama yang aku berikan yaitu bergabung bekerja di KIMIA FARTA, benarkan apa yang aku katakan?”

Aku menatap Bong Casa. Tatapan matanya penuh dengan kepercayadirian yang tinggi. Aku tersenyum lalu menggelengkan kepala perlahan. Lalu berkata dengan tulusnya kepada Bong Casa, “Presdir Bong Casa, pertama aku mau berterima kasih dulu karena kamu telah memandangku sangat penting. Tapi sayangnya, dua pilihan yang kamu berikan kepadaku, aku tidak ingin memilih keduanya.”

Bong Casa tertegun. Dia mengerutkan keningnya perlahan lalu memandangku dengan tidak mengerti. Memegang tehnya dan berhenti sejenak di udara lalu tidak lama, barulah dia bicara, “Kalau begitu apa tujuanmu datang kemari?”

Aku langsung berkata, “Aku ingin memilih pilihan ketiga.”

Bong Casa menatapku bingung dan berkata perlahan, “Tapi sepertinya aku hanya memberimu dua pilihan. Katakanlah, pilihan ketigamu itu apa?”

“Kerja sama! KMIA FARTA bekerja sama dengan PT Nogo Internasional!”

Bong Casa memiringkan kepalanya dan menatapku, dia seolah sedikit mengerti apa maksudku. Tapi masih saja bertanya, “Kerja sama yang bagaimana?”

Aku menatap Bong Casa dan berkata perlahan, “Aku akan bejanji sesuai persyaratanmu yaitu memberikanmu rencana lengkap mengenai bagaimana cara mengembangkan, memposisikan dan memasarkan produk baru perusahaanmu. Tapi yang aku ingin kamu lakukan adalah berikan seluruh projek iklan yang ada di tanganmu untuk dikerjakan oleh PT Nogo Internasional.

Bong Casa tidak mengatakan apapun. Dia berpikir sejenak, lalu barulah dia menatapku lagi dan bertanya dengan tidak mengerti, “Ugie, apa kamu tahu jika kamu melakukan ini, itu berarti apa? Aku beritahu kamu ya, kamu akan melewatkan kesempatan terlangka dan juga terbagus dalam seluruh sejarah hidupmu.”

Aku pun menghela nafas di benakku. Apa yang dikatakan oleh Bong Casa juga benar. Tapi demi Isyana Mirani, aku hanya punya satu pilihan untuk dipilih.

Bong Casa melihatku tidak bicara, dia pun bertanya lagi, “Kamu beritahu aku, apa tujuamu melakukan ini?’

Aku menatap Bong Casa lalu tersenyum pahit. Lalu menjawab Bong Casa dengan ucapan Amori pagi ini, “Aku akan masuk dan keluar bersama-sama dengan PT Nogo Internasional!”

Bong Casa tertegun dulu setelah itu dia tertawa terbahak-bahak, “Masuk dan keluar bersama? Ugie, Ugie. Kamu pikir aku tidak paham apa? Aku bisa melihat kalau kamu jatuh cinta kepada Presdir Mirani kalian yang cantik itu kan?”

Aku pun tersenyum canggung dan mengelus hidungku sendiri dan tidak menjelaskan apa-apa kepada Bong Casa.

Bong Casa meletakkan cangkir tehnya lalu mengangguk dan berkata, “Tapi saranmu ini bisa aku setujui. Aku akan menyuruh bagian pemasaran sekarang juga untuk memberikanmu projek seharga dua juta yuan sekarang.”

Bong Casa yang puas mengira aku akan segera menyetujuinya, tapi aku malah menggelengkan kepalaku.

Bong Casa memandangku dengan tidak mengerti lalu bertanya lagi kepadaku, “Kenapa, tidak suka menurutmu projek ini terlalu kecil?”

Aku mengangguk lalu tersenyum dan berkata kepada Bong Casa, “Presdir Bong Casa, setahuku sebelumnya ada puluhan macam produk kosmetik di perusahaanmu. Dan untuk produk kecantikan ini saja, setiap tahunnya biaya iklan di daerah Timur saja sudah lebih dari 20 miliar. Sekarang kamu hanya memberiku projek 4 miliar, ini apa tidak terlalu pelit?”

Bong Casa menatapku dengan penuh semangat, dia bertanya lagi kepadaku, “Kalau begitu berapa yang kamu inginkan?”

“Terkecil, setengahnya!”

Novel Terkait

Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
5 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
4 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
5 tahun yang lalu
Istri ke-7

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
5 tahun yang lalu
Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu