Love And Pain, Me And Her - Bab 177 Proposal

Sebenarnya aku bukan orang yang sangat mementingkan uang. Hanya saja aku benar-benar tidak mengerti, mengapa Robi masih mau melompat ke dalam ketika dia jelas tahu bahwa lubang ini adalah sebuah lubang kematian?

Sambil mengisap rokok, aku melihat ke Robi dan lanjut berkata, "Aku boleh meminjam uang ini kepada kamu. Tetapi kamu harus mendengar kata-kataku dan ulang menyesuaikan tujuan bisnismu. Tidak boleh membuka toko bunga dan cafe lagi. bisnis ini tidak akan berjalan dengan baik"

Aku berusaha membujuk Robi. Selama toko masih belum dibuka, mengubah arah investasi pada saat ini.

Sambil merokok, Robi melihat kepada aku dan tersenyum dengan dingin, "Kalau aku berkata harus membuka toko bunga?"

Robi menatap kepadaku dan aku menatap kepadanya juga, kami berdua terus saling menatap begitu saja.

Di seberang jalan adalah kampus yang dulu kami bersama. Waktu itu kami tidak memiliki konsep kepada barang yang namanya uang. Setiap akhir bulan, pada dasarnya kami akan menghabiskan semua uang jajanku dan semua orang akan mengumpulkan sisa uang yang ada dan setiap hari makan roti kukus asin, tetapi kami tetap makan dengan senang hati.

Aku merasa ragu.

Aku tidak tahu kenapa Robi bersikap keras kepala mau membuka toko bunga. Tetapi aku merasa menyesal setelah melihat tatapan kecewa Robi.

Robi adalah orang yang paling unik di antara kami bertiga. Dia mencintai kebeasan dan menginginkan kehidupan yang bebas. Sebenarnya aku juga lumayan iri kepadanya. Setidaknya Robi memiliki keberanian untuk menjalani kehidupan yang dia inginkan. Sementara aku? Mengejar Isyana saja aku butuh melewati beberapa perjuangan, jangan berkata mau mengejar kehidupan yang dia inginkan.

Dalam hal ini, aku sama sekali tidak bisa berbanding dengan Robi.

Aku sengaja tersenyum. Aku tidak ingin suasana yang canggung ini terus berlangsung. Aku menatap kepada Robi dan memarahinya dengan nada suara yang saya menggunakan biasanya, "Sudah, kamu adalah teman baikku, besok aku akan mentransfer uang kepada kamu. Apakah hal ini cukup?"

Kata-kata Robi benar. Aku tidak bisa membahas tentang logika dengannya. Pertemanan beberapa tahun ini, jangankan meminjam 20 juta, dia mau meminta 20 juta kepada aku pun aku akan setuju tanpa meragu. Kata-kata aku tadi hanya tidak ingin Robi rugi.

Setelah berjanji dengan Robi, berarti aku harus menjalani kehidupan yang susah lagi. Setelah menerima komisi 250 juta, aku sudah melunasi sebagian hutang. Baru-baru ini aku menghabiskan lumayan banyak uang. Setelah memberi 200 juta kepada Robi, uangku hanya sisa 20 juta lebih. Kalau menggunakannya dengan hemat, seharusnya masih bisa bertahan sebentar.

Pada malam itu, Robi minum lumayan banyak alkohol. Tetapi tidak ada orang yang membahas tentang masalah toko bunga lagi. Sebelum pulang, Robi berkata kepada aku bahwa toko akan segera dibuka dan meminta aku untuk menunggu informasinya.

Besok paginya, aku pun pergi ke bank untuk mentransfer uang kepada Robi. Selanjutnya aku pergi ke kantor.

Pada saat melewati ruangan Isyana, aku melihat ke arah dalam ruangan meskipun pintu tertutup. Lulu sedang membuat kopi, dia memberi sebuah senyuman kepada aku dan berbisik, "Presdir Mirani sedang sibuk, kamu nanti baru datang saja"

Aku mengangguk dan kembali ke ruanganu sendiri.

Karena tidak ada pekerjaan, aku hanya bisa duduk di atas sofa dan membuat teh sambil merokok dengan bosan. Meskipun aku telah dipromoskan sebagai asisten spesial, sampai sekarang masih belum ada orang yang memberikan aku pekerjaan. Aku bahkan tidak tahu dasar pekerjaan posisi aku itu apa.

Setelah teh selesai di masak, aku mendengar ada orang yang mengetuk pintu. Aku berkata 'masuk' dan Amori masuk ke dalam ruangan. Setelah masuk dia pun berkata sambil tertawa.

"Asisten Ugie, baru saja dipromosikan kamu tidak bersikap semangat, malahan minum teh dengan santai"

Aku tertawa dan menunjuk ke tempat seberangku untuk meminta dia duduk. Selanjutnya aku menuangkan segelas teh kepadanya. Amori mencium bau teh dan mencicipinya sebelum memuji.

"Bagus, teh bagus"

Teh ini adalah teh yang Isyana meminta Lulu untuk sediakan, tentu saja bagus.

Setelah berbicara santai dengan Amori beberapa saat, aku pun bertanya, " Amori, aku mendengar baru-baru ini kalian sedang sibuk dengan pesanan Beijing, bagaimana prosesnya?"

Pengetahuan ini terhadap pesanan ini tidak banyak. Dulu aku pernah bertanya kepada Isyana, tetapi dia tidak menjelaskan secara detail dan hanya berkata akan menjelaskan kepada aku nanti.

Setelah mendengar kata-kataku, Amori langsung mengerutkan alisnya dan menghela nafas panjang, "Hais, jangan membahas tentang itu lagi! Orang itu adalah klien teribet yang pernah aku lihat. Aku sudah mengubah proposalnya sebanyak 4-5x dan tetap masih gagal. Semalam aku lembur kerja lagi untu revisi proposal, aku baru mau memperlihatkannya kepada Presdir Mirani. Tetapi Presdir Mirani sepertinya sedang sibuk, jadi aku berlari ke kamu sini untuk duduk sebentar"

Tempat kami ini ada sebuah aturan tidak tertulis. Kalau bukan pesanan sendiri, orang lain akan berusaha untuk tidak bertanya banyak. Alasannya sangat sederhana, karena pesanan melibatkan komisi, ditakutkan terjadi persaingan internal dan akhirnya pesanan pun terbang.

Pada saat aku sedang berbicara dengan Amori, Lulu tiba-tiba mengetuk pintu dan masuk ke dalam ruangan. Dia tersenyum kepada kami sebelum berkata, "Kebetulan kalian berdua berada di sini, Presdir Mirani mencari kalian"

Aku langsung mencicipi teh dan berdiri untuk mengikuti Amori ke ruangan Isyana.

Mungkin karena faktor mental. Beberapa hari tidak bertemu membuat aku merasa Isyana terlihat semakin cantik. Dia mengenakan riasan tipis dan gaun putih. Auranya yang elegan memberikan kesan kelas sangat tinggi.

Isyana berdiri di depan mejanya dan sedang melihat jadwalya hari ini. Melihat kami masuk, dia pun tersenyum dan menunjuk ke sofa di samping, "Kalian duduk dulu, aku akan siap dalam sejenak"

Aku dan Amori duduk di atas sofa. Setelah mengurus masalahnya, Isyana pun duduk di seberang kami, kemudian dia bertanya kepada Amori, "Amori, bagaimana dengan revisi proposal kamu?"

Amori segera memberikan dokumen yang dia pegang kepada Isyana, "Presdir Mirani, kamu coba melihatnya. Ini adalah hasil revisi saya semama, anda coba melihat apakah masih ada tempat yang harus direviisi?"

Sambil membaca dokumen, Isyana tertawa dengan pahit, "Kalau menurut aku, proposal kamu sebelumnya sebenarnya sudah bagus. Sayangnya pihak sana terlalu keras. Ada beberapa hal itu mereka sengaja mencari kesalahan. Tetapi tidak ada solusi lain lagi, siapa menyuruh kita adalah pihak B"

Aku mengerti. Kata-kata Isyana memiliki unsur besar yang bertujuan untuk menghibur Amori. Karena bagaimana pun, tidak ada orang yang ingin revisi proposalnya berkali-kali.

Pesanan ini tidak berhubungan dengan aku, jadi aku pun hanya mendengar dengan diam di samping tanpa berkata apa pun.

Setelah membaca sejenak, Isyana tiba-tiba memberikan proposal Amori kepada aku dan berkata dengan nada suara lembut, "Ugie, coba kamu membaca proposal ini. Kalau tetap gagal, aku merasa kalian harus mendirikan sebuah tim perencanaan kecil yang khusus mengurus klien ini"

Aku mengambil proposal dan membuka halaman pertama yang memiliki tulisan hitam: "Proposal pasar penjualan cbMutiara Benua"

Novel Terkait

The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Pernikahan Tak Sempurna

Pernikahan Tak Sempurna

Azalea_
Percintaan
3 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
3 tahun yang lalu
Perjalanan Selingkuh

Perjalanan Selingkuh

Linda
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Marriage Journey

Marriage Journey

Hyon Song
Percintaan
3 tahun yang lalu
Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
3 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
3 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu