Love And Pain, Me And Her - Bab 467 Menelepon Sutan

Kami bertiga berdiri di depan ruang operasi dan tidak ada yang berbicara. Beberapa saat kemudian, pintu ruang tiba-tiba terbuka, ketika dokternya berjalan keluar, kami bertiga langsung mengerumuni dokter tersebut.

Robi buru-buru bertanya kepada dokter “Dokter, bagaimana keadaan temanku ?”

Dokter melepaskan masker dan menjawab dengan terus terang “Dia tidak bermasalah besar, hanya saja kondisi tubuhnya agak lemah dan hipoglikemia, ditambah lagi kurang istirahat dan terlalu emosional, sehingga menimbulkan syok secara sementara. Kalian siapkan dulu prosedur menginap rumah sakit, setelah istirahat beberapa hari, dia sudah bisa pulang.”

Kata-kata dokter membuat hati kami yang masih tegang menjadi lega dalam seketika.

Robi mengurus masalah menginap rumah sakit. Suster membawa Veni ke kamar pasien biasa, setelah selesai mengurus Veni, waktu sudah jam enam lewat. Robi memintaku agar dapat mengantar Isyana pulang ke rumah dulu, sementara dirinya akan tetap merawat Veni di rumah sakit. Namun Isyana tidak menyetujuinya, Isyana mengatakan bahwa pada hari pertama ini, akan lebih cocok apabila dirinya yang tinggal di sini.

Aku menatap Isyana dengan tatapan penuh terima kasih. Meskipun hubungan Isyana dan Veni juga lumayan baik, namun bagaimanapun aku yang mengenalkan mereka berdua. Dalam beberapa waktu ini, Isyana sudah sangat berupaya dalam merawat Veni.

Akhirnya kami diskusi bersama dan mengambil keputusannya, setelah Isyana berangkat kerja pada besok pagi, Robi yang akan bergiliran untuk menjaga Veni.

Setelah mengurus semuanya, aku dan Robi keluar dari rumah sakit.

Dikarenakan aku tidak membawa mobil, sehingga saat ini aku bersiap-siap untuk naik taksi dan pulang ke studio tempat kerjaku. Pada saat menunggu taksi, Robi tiba-tiba bertanya padaku “Ugie, kamu tahu tempat tinggal Sutan ?”

Aku melirik sekilas ke arah Robi, lalu balik bertanya “Robi, kamu mau buat apa ?”

Aku sangat mengerti dengan siap Robi, apabila dirinya yang pergi mencari Sutan, mereka berdua pasti akan berkelahi. Saat ini reaksi wajah Robi menjadi seram, setelah itu dia menjawab dengan nada emosi “Aku ingin kasih tahu dia agar jangan menghubungi Veni lagi. Apabila dia terus demikian, aku pasti tidak akan sungkan kepadanya.”

Aku bisa mengerti perasaan Robi, namun aku juga tidak ingin membiarkan mereka bertemu, oleh sebab itu aku menepuk pundak Robi dan berkata “Robi, masalah ini serahkan saja padaku. Aku yang mengurus. Kamu lebih baik siap-siap dulu, setelah Veni keluar dari rumah sakit, kalian langsung berangkat saja ke Amerika.”

Robi berpikir sejenak, lalu diam-diam mengangguk.

Aku naik taksi untuk pulang ke studio. Setelah masuk ke dalam, aku mandi secara sederhana, lalu mengambil ponsel dan duduk di atas sofa sambil menyalakan rokok. Setelah menemukan nomor ponsel Sutan, aku langsung menghubunginya.

Telepon baru diangkat setelah bersambung sejenak. Pada saat masih belum sempat berbicara, sudah terdengar suara manja seorang wanita yang berasal dari sisi telepon “Ugie, kamu cari Sutan ya ?”

Suara ini sangat tidak asing, jelasnya adalah suaranya Wulandari. Aku dapat merasakan bahwa suasana hati Wulandari seolah-olah sangat baik. Nada bicaranya juga sangat santai. Namun dia semakin demikian, hatiku semakin tidak nyaman. Di dalam pemikiranku mulai muncul adegan Veni yang masih berbaring di kasur pasien, beserta wajahnya yang begitu pucat.

“Benar, aku cari dia, suruh dia angkat telepon.”

Aku berkata dengan nada datar.

Setelah itu Wulandari tersenyum senang, lalu berkata dengan nada menggoda “Sutan sedang di dapur dan menyiapkan makan malam untukku. Kamu tunggu sebentar ya, aku ke dapur untuk panggil dia.”

Kata-kata Wulandari membuat hatiku semakin sedih. Pada saat Veni pacaran dengan Sutan, jangankan memasak, bahkan pekerjaan rumah yang lainnya, Veni juga tidak membiarkan Sutan yang melakukannya. Veni begitu baik kepada Sutan, namun Sutan tetap saja beralih ke dalam pelukan Wulandari.

Sejenak kemudian, suara Wulandari yang lembut dan manja mulai terdengar di sisi telepon “Sayang, telepon dari Ugie, kamu cepat angkat.”

Aku yang mendengarnya bahkan ingin muntah di tempat. Aku merasa sepertinya Wulandari ini sengaja pamer mesra di hadapanku.

Tidak lama kemudian, Sutan mengangkat telepon dan langsung bertanya kepadaku “Ugie, kamu ada perlu ya ?”

Nada bicara Sutan tidak jauh berbeda dari biasanya.

Aku terdiam sejenak, lalu berkata dengan nada datar “Sutan, kamu ke depannya boleh jangan menelepon Veni lagi ?”

Mungkin saja dikarenakan Wulandari sedang berada di sisi Sutan dan Sutan tidak ingin membiarkan Wulandari mengetahui hal ini, sehingga dia terdiam sejenak dan bertanya secara sederhana,

“Kenapa ?”

Pada saat Sutan balik bertanya, api amarah di dalam hatiku meledak seketika, setelah itu aku berkata dengan nada datar “Menurutmu kenapa ? Kamu sudah memilih untuk putus dengannya dan mencari direktur Wu itu. Kamu sudah menyakiti dia dengan begitu dalam, jangan-jangan kamu ingin terus menyakitinya lagi ya ?”

Pertanyaanku yang beruntus membuat Sutan terdiam lagi. Beberapa saat kemudian, dia baru menjawab secara samar “Baik, aku mengerti !”

Sutan tetap saja tidak ingin membiarkan Wulandari mengetahui isi pembahasan kami, oleh sebab itu dia hanya menjawab secara samar.

“Sutan, semoga kamu dapat tepati kata-katamu !”

Setelah itu aku bersiap-siap untuk memutuskan sambungan telepon.

“Ugie, kamu tunggu sebentar.”

Sutan tiba-tiba berkata.

“Kenapa ? Kamu masih ada perlu ?”

Aku balik bertanya lagi, setelah itu Sutan langsung menjawab “Ada dua, pertama, aku dan Wulandari sudah mau menikah. Aku ingin tahu apakah kamu akan menghadiri acara pernikahan kami ?”

“Tidak !”

Aku menolak dengan tanpa ragu.

Jawabanku jelasnya di luar dugaan Sutan. Setelah itu dia terdiam sejenak dan bertanya lagi “Ugie, dalam beberapa tahun ini, temanku hanya ada kamu saja.”

Sutan masih belum selesai bicara, aku sudah langsung memutuskannya “Sudah, bilang saja urusan selanjutnya !”

Aku mengerti dengan diriku sendiri. Meskipun aku sangat tidak senang dengan Sutan mengenai masalah dirinya dan Veni, namun bagaimanapun kami telah bersahabat selama belasan tahun, apabila Sutan lanjut membujuk lagi, bisa jadi aku akan menyetujui permintaannya.

Sutan mengeluh nafas, lalu berkata dengan perlahan-lahan “Masalah kedua adalah masalah penurunan pemajangan produk Indoma.”

Jawaban Sutan membuatku terbengong sejenak. Sebenarnya aku juga sangat penasaran dengan masalah ini, namun aku tidak lanjut bertanya lagi, malahan berdiam diri dan menanti pembicaraan selanjutnya dari Sutan.

Sutan lanjut berkata “Aku sudah bahas dengan Djarum Grup, mereka sudah memajangkan produk kami. Aku ingin kasih tahu kamu, kamu coba mengingatkan Isyana agar dia jangan berulah sia-sia lagi. Kalau bukan karena Isyana memiliki hubungan yang spesial denganmu, aku pasti tidak bakal menyudahi masalah kali ini dengan begitu saja.”

Aku percaya dengan kata-kata Sutan. Pada saat itu juga aku sudah kasih tahu Isyana, apabila Indoma Food mau menuntut, keadaan Store Nirami akan sangat pasif. Isyana tentu saja tidak terlalu memedulikan hal tersebut, Isyana beranggapan bahwa dia dapat mencari alasan sembarang untuk membatalkan penjualan produk Indoma Food. Mengenal hal ini, pendapat aku dan Isyana saling bertolak belakang.

Namun aku tetap saja tersenyum sinis dan berkata “Sutan, rupanya aku dulu terlalu meremehkan kamu, kamu benar-benar ada kemampuan. Kamu bahkan bisa bertemu dengan pimpinan di Djarum Grup ya ?”

Jawabanku jelasnya ingin menggali informasi dari Sutan, aku ingin mengetahui bagaimana Sutan menghubungi Tyas. Namun Sutan juga tidak bodoh, dia tentu saja menyadari maksud dan tujuanku.

Novel Terkait

Hidden Son-in-Law

Hidden Son-in-Law

Andy Lee
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Perjalanan Cintaku

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
4 tahun yang lalu
My Japanese Girlfriend

My Japanese Girlfriend

Keira
Percintaan
4 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
4 tahun yang lalu
Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Tere Liye
18+
4 tahun yang lalu